"Bu, ini Diana.. Gilang serius ingin menikahinya, kami sudah siap, terlebih Gilang Bu.. jarak kami memang 10 tahun, tapi di usia Diana yang ke 20 ini, dia sangat dewasa Bu, umur Gilang sudah 30 tahun Bu, Gilang sudah siap menikahi Diana" ujar Gilang dihadapan Ayah dan Ibunya.
"Sudah berapa lama kalian pacaran" tanya sang Ayah.
"Sudah lama, Ayah. Sejak Diana duduk di kelas 3 SMA akhir" Gilang menurunkan pandangannya ketika Ayahnya bertanya.
"Jadi gadis ini yang membuat kamu, selalu menolak perjodohan di keluarga kita?" tanya sang ibu membuat wajah Diana pias.
Gadis itu hanya menundukkan kepalanya, manik mata coklatnya hanya menatap sepatu sneakernya, debaran jantungnya tidak kunjung mereda, kedua tangannya bertemu dan bertumpu pada pahanya, menahan himpitan perasaan yang terus bergejolak dan siap menerima lontaran hinaan dari keluarga ini.
"Bu, tolonglah ibu mengerti, Gilang sangat mencintai Diana bu, Gilang tidak bisa mencintai wanita lain selain Diana, tidak ada Dianapun.. Gilang tidak akan bisa menikah tanpa cinta Bu" kata Gilang sangat antusias.
"Gilang tidak akan melepaskan Diana, apapun yang terjadi, Ayah dan Ibu setuju atau tidak, Gilang akan tetap menikahinya, karena Gilang sangat mencintainya" Gilang berkata dengan tegas kepada ibunya.
"Gilang! jangan kurang ajar kepada Ibumu!" bentak Ayahnya.
"Ayah, Gilang hanya mengungkapkan isi hati Gilang yang tidak pernah Ayah dan Ibu tahu, Gilang tidak mau mengalami seperti Ayah dan Ibu, menikah dengan perjodohan" kata - kata Gilang menampar keras harga diri sang Ayah di depan Diana.
"Gilang!" teriakan sang Ayah membuat Diana terkejut.
"Mas Gilang, jangan bicara seperti itu kepada Ayah dan Ibu, Mas tidak boleh durhaka Mas" Suara Diana dengan penuh kelembutan menggetarkan hati Gilang, tangan lembutnya digenggam erat oleh Gilang.
"Lalu apa Diana, apakah kita harus berpisah dan berhenti melanjutkan rencana kita berdua? Katakan Diana" Diana hanya menggeleng, semburat kemerahan dimatanya siap mengalirkan cairan bening yang telah ditahannya.
"Aku mencintaimu Mas, tapi kita tidak bisa melangkah tanpa restu orang tua, mungkin Ayah dan Ibu Mas Gilang, masih butuh waktu" Diana menatap lekat mata Gilang.
"Sejak kenal gadis ini sikapmu mulai berubah, hilang sudah tata krama yang diajarkan keluarga ini kepadamu Gilang" Kata sang ibu mulai menangis.
Sang ibu pun bangkit berdiri dan meninggalkan ruang tamu, memasuki kamarnya tanpa mengucapkan sepatah katapun.
"Jangan pernah menyakiti hati ibumu Gilang, itu tidak baik" kata sang Ayah bangkit berdiri dan meninggalkan ruangan itu tanpa permisi, menyusul istrinya.
"Diana, maafkan aku.. maafkan sikap Ayah dan Ibuku, aku sangat mencintaimu Diana, aku akan bicara lagi pada Ayah dan Ibu" Gilang menggenggam erat jemari Diana.
"Mas, aku memang tidak pantas untukmu Mas, Ayah dan Ibumu pasti tidak akan setuju, aku pernah bilang kan.. ini akan sulit untuk kita" Diana menatap lembut wajah Gilang yang kini berjongkok didepan lututnya.
"Lantas kita harus berpisah dan melupakan cinta kita Diana? Apa kau bisa?" Airmata yang ditahan Diana akhirnya menetes juga mendengar perkataan Gilang
"Entahlah Mas, aku terbiasa dengan kebisuan, mencintaimu dalam kesepian hidupku, aku mungkin telah biasa, aku bukan siapa- siapa Mas, kamu bisa mendapatkan yang jauh lebih baik dari aku Mas" kini Diana mulai terisak lirih.
"Kau bisa.. bagaimana denganku Diana? Aku tidak bisa hidup tanpa mu, Sayang" Gilang mencium jemari Diana yang tengah terisak lirih.
"Orang tuamu akan menuntutmu memilih Mas, aku atau orang tuamu, dan aku tidak ingin itu terjadi, aku mohon Mas, berikan waktu kepada orang tuamu agar bisa menerimaku Mas, aku tidak bisa melihatmu dalam pilihan yang sulit, sebaiknya aku dan kamu mengalah Mas" airmata Diana menetes di sela jemarinya, Gilang menyurutkan airmatanya dengan jemarinya.
"Bagaimana kalau tetap tidak menyetujui kita?" tanya Gilang menatap memohon pada mata Diana.
"Mungkin kita tidak berjodoh, Mas" Diana menyeka hidung yang telah basah.
"Aku hanya menginginkanmu Diana" Gilang mencium kening Diana.
"Gilang! Hentikan tangisan ibumu!" kata Ayahnya muncul kembali dan masuk lagi ke ruang tengah.
"Sebentar Diana, tunggu sebentar ya? Aku akan menenangkan ibu dulu, minumlah sayang.. aku akan segera kembali, aku akan berusaha membujuk Ayah dan Ibu" Gilang mencium kening Diana lalu berlalu pergi meninggalkan Diana dalam kecemasannya.
Gilangpun kembali bersimpuh di kaki pangkuan ibunya.
"Bu, tolong mengertilah.. Apa ibu tidak ingin Gilang bahagia? Gilang sangat mencintai Diana Bu" Gilang pun akhirnya menangis dipangkuan ibunya.
"Kamu menangisi gadis itu? Banyak gadis kelas atas yang pantas kamu tangisi Gilang, dia hanya gadis biasa, dari kalangan bawah yang tidak sederajat dengan kita, kamu kebanggaan keluarga kita Gilang, apa kata orang nantinya, bila kau menikahi gadis biasa, Ayah dan Ibu ini dari keluarga terpandang, kami berdarah biru" kata Ayahnya menampar siapa saja yang mendengarnya.
"Ibu tetap tidak setuju, gadis itu bukan dari kalangan kita, tidak sederajat, bibit bebet bobotnya tidak sebanding dengan kita" sang ibu terus saja menolak restunya.
"Tapi Gilang sangat mencintainya bu" Gilang memohon kepada ibunya.
"Gilang, dengarkan kata- kata ibumu, tidak baik kau melawannya" kata sang ayah.
"Cepat antarkan gadis itu pulang, dan jangan pernah menemuinya" sang ibu bangkit berdiri memasuki kamar, Gilang menatap sang ibu sampai bayangan ibunya menghilang.
"Sudahlah, kamu juga terpaut 10 tahun, gadis itu terlalu muda untukmu dan kamu anak tunggal, keluarga Satya Samudera tidak mungkin memilih menantu sembarangan" kata sang ayah semakin mengiris hati Gilang.
"Ayah, Gilang sangat mencintai Diana dan Gilang tidak bisa mencintai wanita lain selain Diana, dia wanita yang baik dan wanita yang kuat, dia sangat mandiri, Gilang ingin membahagiakannya" ujar Gilang, sudut matanya kini memerah.
"Ayah dan Ibu tidak bisa memberimu restu, anak itu cuma menginginkan hartamu saja, sudahlah.. jangan berdebat dengan ayah.. menantu keluarga ini paling tidak S1, dia hanya lulusan D1 keluarganya juga biasa saja bukan dari kalangan yang se level dengan kita,.. Cinta mudah datang dan pergi.. antar dia pergi dan berhentilah berhubungan dengannya" Sang ayah pun berlalu di hadapannya. Kepala Gilang tertunduk lesu.
Sementara, Diana telah menghilang dari ruang tamu, tentu saja karena dia mendengar hinaan yang terus mendera telinganya yang menyakitkan hatinya, bukan bermaksud tidak sopan tapi kakinya mengajaknya untuk pergi dari kediaman Gilang karena sesak didadanya tidak bisa dia tahan lagi, dia hanya ingin menangis dengan keras.
Diana, gadis itu hanya bisa menangis, berlarian di tengah rinai hujan tanpa arah dan tujuan, dia hanya ingin bertemu ayah dan ibunya secepat yang dia bisa, mengeluarkan keluh kesahnya dan berharap sakit hatinya menghilang terganti dengan kedamaian.
Bila kamu menyukai Novel ini, Jangan Lupa Dukungan Vote, Like, Komen, Koin, Poin dan Rate bintangkuu yaa Reader Tersayang. 😘😘🥰🥰💕💐
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 199 Episodes
Comments
Ney Maniez
🥺🥺🥺🥺kasian diana
2023-08-02
0
Hani Ekawati
Nyesek juga ya, tapi itu realita sih kalau orang kaya besanan nya juga sama orang kaya 😂
2023-01-18
0
Oby Ardana
hmm...
2022-05-04
0