'Hallo Ben, aku ingin kau memberikan informasi.. data karyawan resepsionis yang masih bekerja maupun yang sudah tidak bekerja'
'Baiklah kau email saja'
'Iya Ben, besok saja.. terima kasih'
Mario memasukkan ponselnya ke saku celananya, mobilnya melaju kencang ke arah klinik dimana Diana dirawat disana. Mario pulang membersihkan dirinya, mengganti bajunya dan kembali ke klinik, karena mengingat hari sudah malam. Dia kembali ke klinik sendiri tanpa Paman Leon yang mengantarnya.
Mengingat ciuman indahnya, Mario tidak berhenti memikirkan wajah gadis itu, debaran hatinya susah di kendalikan, dia ingin cepat- cepat menemui gadis itu dan menunggunya sampai siuman. Entahlah Mario menjadi pribadi yang aneh saat ini, seharusnya dia cukup mengantar ke klinik namun hatinya menjadi tidak tega.
Sesampainya di klinik, Mario bergegas menuju ruang IGD, tempat dimana Diana terakhir ditinggalkan.
"Tadi saya membawa pasien kesini, seorang perempuan yang pingsan dan dalam keadaan basah, maksudnya Paman saya yang membawa kesini, sekitar satu jam yang lalu" kata Mario langsung menuju ruang IGD dan disambut dokter jaga.
"Perempuan dengan mantel coklat?" tanya dokter itu.
"Aah iya, apakah sudah dipindahkan? Dimana dia sekarang?" tanyanya kembali.
"Baru beberapa menit yang lalu dibawa keluarganya Mas" kata Dokter jaga itu.
"Keluarganya?"
"Iya tadi ponselnya bunyi dan menanyakan dimana keberadaan yang punya ponsel dan suster menjawab di klinik ini"
Argh kenapa aku tidak terpikir ponselnya.. siall
"Baik dok, terima kasih" Mariopun memutuskan meninggalkan klinik itu menuju mobilnya.
Mantelku?? Argh.. cincin Kenanga.. Kartu ucapan merah jambu.. sialll.. Hilang semua.. aku harus mencarinya kemana.. Aargh.. sial.
*****
Gilang melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, berulang kali dia mengusap wajah Diana yang tengah tidur dipangkuannya, memastikan demamnya turun.
"Mas.. kita sampai mana?" Diana mengerjapkan mata, lalu bangun untuk duduk dari tidurnya.
"Sebentar lagi sampai, Diana" Gilang mengusap puncak kepala Diana.
"Siapa yang membawaku ke klinik Mas?"
"Katanya seorang lelaki setengah baya, namanya Pak Leon umurnya 52 tahun, dia menemukanmu di pemakaman dalam keadaan pingsan, dia juga membayar biaya administrasinya" Gilang mencoba menjelaskan
"Bagaimana aku mengembalikan mantel ini Mas, apa bapak itu meninggalkan nomer ponselnya?" tanya Diana
"Mas sudah mencatatnya di ponsel" jawab Gilang.
"Aku tadi bermimpi ketemu seorang perempuan cantik, dia bilang hidupku akan bahagia, aku hanya perlu terus berharap saja kepada harapan, ada laki- laki yang mencium bibirku dalam mimpi itu, aku harap itu dirimu Mas" Diana mencoba mengingat mimpi anehnya.
"Diana, aku kan membuatmu bahagia, perempuan itu benar.. aku akan membahagiakanmu.. aku akan menikahimu, aku akan melamarmu besok kepada ibu kepala panti asuhan" ujar Gilang.
"Benarkah Mas? Apakah Ayah dan Ibumu sudah merestui kita?" binar mata Diana terlihat jelas, dia berpikir mungkin inilah arti mimpi itu.
"Aku sudah pergi dari rumah, Diana.. Aku tidak membutuhkan restunya" kata- kata Gilang seketika meredupkan bola mata Diana.
"Mas.. kita tidak boleh mendahului atau menentang orangtua Mas.. kita tidak mungkin melangkah tanpa restu" Diana menatap arah jalan yang masih ramai.
"Aku sudah memikirkannya Diana, kita akan memulai hidup baru, kita menikah dengan cara yang sederhana saja, apa kau tidak keberatan? kita akan pindah dari kota ini, makanya aku memintamu mengundurkan diri dari tempat kerjamu, karena sudah merencanakan ini, kita akan menikah dan pindah dari sini, kita akan memulai hidup baru" Gilang mengusap lembut pipi Diana dengan punggung jemarinya.
"Tapi Mas.. apa Mas tidak takut durhaka Mas?"
"Cinta kita tidak salah Diana sayang.. kita saling mencintai dan ingin melakukan kebaikan, orangtua ku yang kejam.. tidak memikirkan kebahagiaan anaknya, malah memikirkan pandangan orang.. maafkan kedua orangtua ku Diana" kembali membelai rambut Diana.
"Tapi Mas..
"Sudahlah Diana.. kau masih mencintaiku kan" Gilang meraih jemari tangan Diana dan menciumnya.
"Sangat Mas" Diana menyandarkan kepalanya di lengan Gilang mencium lengannya dan melingkarkan tangannya diperut Gilang.
"Diana, kita akan hidup bersama, aku akan bekerja dan kamu juga bekerja, aku pernah menjanjikan kebahagiaan yang layak untukmu, tapi mungkin kita akan bersusah payah dulu, aku tidak bisa memberimu gelimangan kemewahan yang pernah ku tawarkan, aku terlalu percaya diri.. aku pikir orangtua ku akan merestui kita, apa kamu mau hidup sederhana denganku Diana, aku akan berusaha membahagiakanmu, aku berjanji akan membuatmu tidak kekurangan suatu apapun... Diana.. Apakah kau mau sayang?" Gilang mengecup pucuk kepala Diana yang masih bersandar di lengan Gilang.
"Mas, apakah aku pernah meminta apapun darimu? Dan kau tahu hidupku jauh dari kata sederhana, aku hanya ingin bersamamu apapun keadaanmu, aku siap Mas, aku tidak menginginkan kemewahan atau harta berlimpah, aku ingin hidupku lebih hidup dan itu bersamamu, kita akan berjuang bersama Mas, dalam suka maupun duka, suatu hari nanti Ayah dan Ibumu pasti akan mengerti Mas dan akan menerima hubungan kita, berikan waktu untuk mereka, mungkin kita bisa menundanya Mas sampai Ayah dan Ibu Mas Gilang setuju" kata Diana membuat Gilang terharu.
"Diana, terima kasih.. aku sangat mencintaimu, kau membuatku semakin yakin untuk menikahimu, aku tidak ingin menundanya, Ayah dan Ibuku sudah tidak menganggapku anak mereka, aku telah meninggalkan rumah, kita akan segera menikah dan pindah dari kota ini, kita akan membangun keluarga kita sayang, ahh aku tidak sabar rasanya" Gilang meluapkan kebahagiaanya dengan mencium pelipis Diana.
Tidak lama mereka memasuki halaman panti dimana Diana tinggal dan menghabiskan waktu bersama, Diana keluar dari mobil lalu mempersilahkan Gilang masuk ke ruang tamu panti itu.
Diana masuk kedalam kamarnya untuk berganti pakaian, dia melepas mantelnya dan memeriksa satu persatu. Betapa kagetnya dia saat mendapati kotak kecil terbalut kain bludru berwarna merah marun dan disana terdapat cincin berlian, Diana melepaskan cincin itu dan meneliti apakah ada tulisan, tapi ternyata tidak, Diana memasangkan dijemarinya sangat pas dan sangat cocok di jari manisnya, tidak lama Diana memasukkan kembali cincin itu dan tak kalah terkejutnya saat melihat di kantong sebelahnya terdapat kartu ucapan merah jambu.
Bukankah ini tulisanku? apa ini milik pemuda yang mencuri ciuman pertamaku? Bagaimana aku mengembalikannya?
Diana akhirnya menyimpan barang- barang pribadi milik si empunya mantel coklat itu, berharap nanti akan bertemu dengan pemiliknya, lalu meletakkan mantel itu di tempat pakaian kotor, agar besok dia bisa mencucinya. Diana akhirnya masuk kamar mandi untuk membersihkan dirinya, dia masih merenungi mimpinya, dia mencoba berpikir keras dengan menatap cermin, lalu meraba bibirnya.
Rasa aneh menyelimuti hatinya, tapi dia tidak tahu itu apa, hatinya seperti diliputi kerinduan yang begitu asing.
Ada apa denganku? Siapa gadis dalam mimpiku?
-
-
Bila kamu menyukai Novel ini, Jangan Lupa Dukungan Vote, Like, Komen, Koin, Poin dan Rate bintangkuu yaa Reader Tersayang. 😘😘🥰🥰💕💐
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 199 Episodes
Comments
Cinta Jing Xuan
setelah maraton baca valentino si red velvet lanjut kesini....
meski masih adaptasi sama setting tempatnya (di forgotten love eropa, di diana indo) ceritanya beda banget ma yg lain,,, CEO-terpaksa menikah-wanita malam-selingkuh-perjodohan-nikah kontrak dan sejenisnya..
semoga selanjutnya tetap pada kejutan2 dan alur yg nggak terduga😍
2022-06-15
3
Aruna arfiana
no coment
2022-05-11
0
Lilis Sukaesih
❤️❤️❤️❤️
2022-05-09
0