GCP 19. Ayah dan hukuman

Untuk beberapa saat kami berdua berpelukan seperti itu. Betapa nyamannya aku bersama dengan pak Rendra.

“Ra, lebih baik kita pulang sekarang.” ucap pak Rendra dan aku pun mengangguk.

Mobil pun akhirnya di jalankan dan pak Rendra pun mengantarku pulang. Namun saat sudah sampai di rumah, ternyata sudah ada ayah di depan rumah.

Pak Rendra pun ikut turun untuk menyapa ayah. Sedangkan aku sendiri langsung masuk ke dalam kamar.

Saat sore harinya, saat aku sedang asik mendengarkan musik di dalam kamar, tiba-tiba ayah masuk.

“Ra, kamu dan Rendra ada hubungan apa?” tanya ayah yang tiba-tiba dan To the poin.

“Maksud ayah?” tanyaku.

“Ra, kamu tidak usah mencoba menutup-nutupi dari ayah. Ayah juga dulu pernah muda. Jadi ayah tahu semuanya.” ucap ayah.

“Hmm.... Ayah. Aku minta maaf karena aku sudah melanggar pesan ayah.” ucapku lirih.

“Maksudnya melanggar pesan ayah itu apa, Ra?” tanya ayah.

“Hmm... Yah. Aku dan pak Rendra baru saja mengakui perasaan kami masing-masing.” ucapku yang masih lirih.

“Apa, Ra? Kalian jadinya sudah berpacaran?” tanya ayah dan aku pun mengangguk.

“Ra. Ayah kan dulu pernah berpesan padamu. Kamu jangan pacaran dulu. Kamu harus fokus dengan sekolahmu.” ucap ayah dengan nada agak sedikit membentak.

“Iya, yah. Aku ingat. Tapi, yah. Aku benar-benar menyukai dan juga menyayangi pak Rendra. Tolong lha, yah. Biarkan hubungan kami ini untuk tetap berjalan.” ucapku memohon.

“Ra, kamu kan tahu sendiri kalau ayah ini paling tidak suka kalau di bantah?! Sekarang begini... Ayah tidak mau tahu, ayah akan memberikan kamu hukuman. Kamu tidak boleh keluar dari kamar sampai kamu benar-benar tahu di mana salahmu.” ucap ayah tegas.

“Ayah..” ucapku memelas sambil meneteskan air mata.

Ayah pun langsung pargi dari kamarku tanpa mau tahu kesedihanku.

Di dalam kamar, aku benar-benar kacau dan kalut. Tidak ada hentinya aku menangis hingga aku tertidur.

Ke esokkan paginya, kepalaku terasa berat sekali. Mungkin ini adalah akibat dari aku menangis semalaman.

‘tok... tok... tok...’

“Ra, apa kamu sudah bangun?” ucap seseorang dari luar yang terdengar seperti kak Zaki.

“Ada apa, kak?” tanyaku.

“Kakak masuk, ya.” ucap kak Zaki meminta izin untuk masuk ke dalam kamar.

“Iya.” sahutku singkat.

Tak lama kemudian, kak Zaki pun masuk ke dalam kamar.

“Ra, kenapa kamu terlihat lusuh seperti ini?” tanya kak Zaki dan aku pun hanya terdiam.

“Ra, dengarkan kakakmu ini baik-baik. Kamu harus percaya kalau segala sesuatunya itu akan indah pada waktunya.” Ucap kak Zaki sambil mengelus-ngelus kepalaku.

“Ya sudah. Sekarang kamu mandi atau cuci muka. Setelah itu kamu makan sarapan yang ada sudah kakak bawakan ini.” ucap kak Zaki lagi dan kemudian pergi.

Namun belum juga keluar dari kamar, tiba-tiba kak Zaki berkata, “O ya, Ra. Nanti siang kakak ke kamarmu lagi. Ok.”

Sebagai catatan... Baik kak Zaki atau pun aku, kami berdua sudah sangat tahu kalau ayah marah seperti apa. Jadi kami berdua tidak berani untuk menentang ayah.

Setelah kak Zaki benar-benar pergi, aku pun dengan malas mencuci mukaku dan memakan sarapan yang telah di siapkan oleh kak Zaki.

Saat siang harinya, Kak Zaki pun datang lagi dengan membawakanku makan siang.

“Haiz... Ni anak satu, ya. Kenapa masih bermuram durjana seperti ini?!” ucap kak Zaki heran melihatku, sementara aku masih saja diam.

“Ya sudah... Ya sudah... Begini. Tunggu sebentar.” ucap kak Zaki sambil mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang.

Setelah beberapa saat kemudian..

“Ni, Ra.” ucap kak Zaki sambil memberikan ponselnya padaku.

“Ha?” ucapku bingung.

“Bicaralah. Setelah itu kamu makan. Kakak keluar dulu.” Ucap kakak dan kemudian pergi.

Aku yang bingung dengan sikap kak Zaki pun akhirnya mencoba melihat ke arah layar ponsel tersebut.

“Ha?” ucapku lirih tapi terkejut karena ternyata yang dihubungi kakak tadi adalah pak Rendra.

“Halo..” ucap pak Rendra.

“Ha... Ha... Halo.” Sahutku gugup

“Tiara?” ucapnya seperti nada percaya tidak percaya kalau itu aku.

“Iya, pak. Ini aku.” sahutku.

“Ada apa, Ra?” tanya pak Rendra.

“Tidak ada apa-apa, pak.” sahutku lirih.

“Kalau tidak ada apa-apa, kenapa suaramu seperti suara orang yang sedang sedih?” tanya pak Rendra dan aku pun terdiam.

“Ra?! Sebenarnya ada apa, Ra?” tanyanya lagi.

“Hmm... Pak. Sebenarnya aku pernah di pesan oleh ayah untuk tidak boleh berpacaran dulu. Tapi semalam ayah sudah tahu. Lalu aku sekarang sedang di hukum tidak boleh keluar dari kamar sampai aku sadar dengan kesalahanku.” jelasku.

“Oh. Begitu rupanya. Ya sudah. Kamu sabar dulu sebentar ya. Siapa tahu nanti ayahmu akan berubah pikiran dan dapat menerima hubungan kita ini.” ucap pak Rendra.

“Tapi, pak. Apa bapak mau menunggu?” tanyaku.

“Mau. Bagiku... Jangankan menunggu untuk beberapa jam, menunggu untuk belasan tahun pun aku mau.” Ucap pak Rendra.

“Terimakasih, pak.” ucapku.

“Iya, sayang. Kamu jangan sedih lagi ya. Besok kita juga akan bertemu lagi. Kamu sabar sebentar lagi, ya.” ucap pak Rendra.

“Ha? Maksud bapak apa, ya? Kok bapak bisa yakin kalau besok itu aku sudah boleh keluar dan bertemu bapak?” ucapku bingung.

“Hehehe.... Sudahlah. Kamu tidak usah banyak berpikir apa-apa lagi. Kamu cukup dengar dan ingat baik-baik kata-kataku ini. Segala sesuatunya pasti akan menjadi indah pada waktunya, Ra.” Ucap pak Rendra.

“Iya, pak.” sahutku lirih.

“Ya sudah. Kamu sekarang tenangkan pikiranmu dan coba untuk mengalihkan diri dari rasa sedih.” Ucap pak Rendra berpesan padaku.

“Iya, pak.” Sahutku lagi.

“Ya sudah kalau begitu, teleponnya aku tutup dulu, ya. Aku masih ada pekerjaan. Hari ini harus selesai karena besok aku ada urusan jadi tidak bisa datang ke sekolah.” ucap pak Rendra.

“Iya, pak.” sahutku lagi.

“Jangan sedih ya, sayang.” ucapnya sebelum akhirnya menutup teleponnya.

Setelah telepon di tutup, aku pun termenung memikirkan semua pesan-pesan pak Rendra padaku tadi.

“Ya sudahlah. Mungkin memang aku harus percaya kalau segala sesuatunya pasti akan indah pada waktunya.” gumamku lalu memakan makan siang yang tadi di berikan kak Zaki untukku.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Ney Maniez

Ney Maniez

💪💪💪

2022-07-17

0

Zifa Zifa

Zifa Zifa

semangat thoo6👌👌👌👍👍👍👍

2021-03-25

0

Zifa Zifa

Zifa Zifa

semangat thoo6👌👌👌👍👍👍👍

2021-03-25

0

lihat semua
Episodes
1 GCP 1. Awal pertemuan
2 GCP 2. Perkenalan
3 GCP 3. Insiden kecoa
4 GCP 4. Pelajaran yang sulit
5 GCP 5. Kelas tambahan
6 GCP 6. Hukuman yang membuat kacau hati
7 GCP 7. Guru privat
8 GCP 8. Membuat janji
9 GCP 9. Genggaman tangan
10 GCP 10. Dibuat kesal
11 GCP 11. Membeli hadiah
12 GCP 12. Pak Denis
13 GCP 13. Hadiah kecil
14 GCP 14. Aku ini kenapa?
15 GCP 15. Ingat pesan ayah
16 GCP 16. Peraturan sekolah
17 GCP 17. Jaga jarak
18 GCP 18. Ternyata
19 GCP 19. Ayah dan hukuman
20 GCP 20. Bertunangan
21 GCP 21. Rahasia kita
22 GCP 22. Guru baru
23 GCP 23. kecewa
24 GCP 24. Janjian
25 GCP 25. Sedikit cemburu
26 GCP 26. Kabar
27 GCP 27. Berusaha untuk percaya
28 GCP 28. Kak Zaki sewot
29 GCP 29. Pak Rendra Vs Bu Cecil (1)
30 GCP 30. Pak Rendra Vs Bu Cecil (2)
31 GCP 31. Kisah masa lalu
32 GCP 32. Ajakan bu Cecil
33 GCP 33. Cerita
34 GCP 34. Tugas
35 GCP 35. Hampir saja keceplosan..
36 GCP 36. Murid baru
37 GCP 37. Penuh dengan kata tiba-tiba
38 GCP 38. Flashback
39 GCP 39. Insiden dan kekesalan Tiara
40 GCP 40. Gumaman isi hati
41 GCP 41. Cerita Awal-awal pak Rendra bertemu Tiara
42 GCP 42. ancaman bu Cecil
43 GCP 43. Kenyataan yang pahit
44 GCP 44. Kesedihan
45 GCP 45. Penjelasan Mia
46 GCP 46. Akhirnya
47 GCP 47. Hari yang dinantikan (End)
48 Ekstra part Sehari sebelum pernikahan
49 Prakata dari Author
Episodes

Updated 49 Episodes

1
GCP 1. Awal pertemuan
2
GCP 2. Perkenalan
3
GCP 3. Insiden kecoa
4
GCP 4. Pelajaran yang sulit
5
GCP 5. Kelas tambahan
6
GCP 6. Hukuman yang membuat kacau hati
7
GCP 7. Guru privat
8
GCP 8. Membuat janji
9
GCP 9. Genggaman tangan
10
GCP 10. Dibuat kesal
11
GCP 11. Membeli hadiah
12
GCP 12. Pak Denis
13
GCP 13. Hadiah kecil
14
GCP 14. Aku ini kenapa?
15
GCP 15. Ingat pesan ayah
16
GCP 16. Peraturan sekolah
17
GCP 17. Jaga jarak
18
GCP 18. Ternyata
19
GCP 19. Ayah dan hukuman
20
GCP 20. Bertunangan
21
GCP 21. Rahasia kita
22
GCP 22. Guru baru
23
GCP 23. kecewa
24
GCP 24. Janjian
25
GCP 25. Sedikit cemburu
26
GCP 26. Kabar
27
GCP 27. Berusaha untuk percaya
28
GCP 28. Kak Zaki sewot
29
GCP 29. Pak Rendra Vs Bu Cecil (1)
30
GCP 30. Pak Rendra Vs Bu Cecil (2)
31
GCP 31. Kisah masa lalu
32
GCP 32. Ajakan bu Cecil
33
GCP 33. Cerita
34
GCP 34. Tugas
35
GCP 35. Hampir saja keceplosan..
36
GCP 36. Murid baru
37
GCP 37. Penuh dengan kata tiba-tiba
38
GCP 38. Flashback
39
GCP 39. Insiden dan kekesalan Tiara
40
GCP 40. Gumaman isi hati
41
GCP 41. Cerita Awal-awal pak Rendra bertemu Tiara
42
GCP 42. ancaman bu Cecil
43
GCP 43. Kenyataan yang pahit
44
GCP 44. Kesedihan
45
GCP 45. Penjelasan Mia
46
GCP 46. Akhirnya
47
GCP 47. Hari yang dinantikan (End)
48
Ekstra part Sehari sebelum pernikahan
49
Prakata dari Author

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!