Setelah beberapa saat kemudian, pak Rendra pun datang.
“Ra, kamu sudah selesai ngobrolnya?” tanya pak Rendra sambil melihatku dan juga Mia.
“Sudah, pak.” sahut Mia mendahuluiku.
“Oh. Ya sudah kalau begitu. Kita pulang sekarang, Ra.” ucap pak Rendra mengajakku untuk pulang.
“Haiz.... Ya sudahlah.” ucapku pasrah karena sebenarnya aku sedang merasa tidak nyaman berdua dengan pak Rendra.
“Ra, semangat..!!” ucap Mia menggodaku.
“Ish. Kamu ini.” ucapku dan Mia pun hanya ketawa cekikikan.
Melihat tingkah kami, pak Rendra pun hanya tersenyum saja.
“Kalian memangnya sedang membicarakan apa? Kok terlihat seru sekali.” tanya pak Rendra saat kami berdua berjalan menuju tempat parkir.
“Oh.. Tidak kok, pak. Kami tidak sedang membicarakan apa-apa.” sahutku.
Dan di saat yang bersamaan aku berkata pada diriku sendiri, “Kan sangat tidak mungkin kalau aku bilang bahwa kami tadi sedang membicarakan bapak.”
“Eh, Ra. Silahkan.” ucapnya padaku saat dia membukakan pintu mobilnya.
“Ha?” ucapku spontan.
“Sayang.... Kamu kenapa malah melamun. Cepat naiklah.” Ucapnya sekali lagi.
“Eh, iya iya.” Sahutku sambil masuk ke dalam mobil.
Saat di dalam mobil, lagi-lagi jantungku berdetak sangat cepat sekali.
“Hadeuh... Betapa tersiksanya aku kalau seperti ini.” gumamku dalam hati dengan ekspresi putus asa.
“Ra, kamu tidak apa-apa?” tanyanya yang sudah berada di dalam mobil dan ternyata memperhatikan ekspresiku.
“Ha?! Aku tidak apa-apa.” Sahutku.
“Syukurlah. Kalau kamu ada apa-apa, kamu cerita ya. Jangan kamu pendam sendiri.” pesannya.
“Iya, pak.” sahutku.
Mobil pun akhirnya di jalankan. Dan beberapa waktu kemudian, kami sudah sampai di rumah.
Saat kami sampai di rumah, aku pun langsung turun dari mobil dan langsung masuk ke dalam kamar.
“Hik... Hik... Hik... Rasanya tersiksa sekali.” ucapku lirih.
Beberapa saat kemudian setelah aku mengganti pakaianku, aku pun keluar. Saat sampai di ruang TV, aku melihat pak Rendra dan ayah sedang mebicarakan sesuatu yang tidak aku mengerti.
“Ah, sudahlah.” gumamku.
Aku pun langsung duduk dan menonton TV. Saat aku sedang asik menonton TV, tiba-tiba...
“Ra. Menurut kamu bagaimana?” tanya ayah yang aku sendiri tidak mengerti apa maksudnya.
“Bagaimana apanya, Yah?” tanyaku bingung.
“Om... Sudahlah. Rasanya tidak usah bertanya pada Tiara. Aku yakin ini tidak ada masalah.” ucap pak Rendra.
“Oh begitu, ya. Ya sudah kalau begitu. Kita lakukan sesuai rencana saja.” ucap ayah.
“Ha?! Kalian ini sedang bicara apa, sih?” tanyaku pada mereka berdua.
“Ish.” ucap ayah singkat dan kemudian pergi meninggalkan kami berdua di ruang TV.
“Ra, tidak usah bingung begitu. Nanti kamu juga akan mengerti sendiri.” ucap pak Rendra.
“Bagaimana aku bisa mengerti kalau aku sendiri saja tidak tahu awal ceritanya.” ucapku dan pak Rendra pun hanya tersenyum.
“Ah, sudahlah. Aku mau main keluar saja.” ucapku sambil bangkit dari tempat duduk.
“Ra, kamu mau ke mana?” tanya pak Rendra setengah berteriak.
“Main.” sahutku yang berteriak karena jarakku dengan pak Rendra sudah lumayan jauh.
“Mau aku antar?” tanyanya sambil masih berteriak.
“Tidak usah. Tidak perlu. Aku bisa sendiri.” sahutku yang juga masih sama, berteriak.
Saat sore harinya setelah aku kembali dari main, aku melihat kalau pak Rendra sudah pulang. Sedikit kecewa sih. Tapi lebih baik seperti ini.
Ke esokkan harinya, aku pun masih ada yang harus aku perbaiki nilai mata pelajarannya.
Dengan berusaha seolah-olah tidak terjadi apa-apa, aku pun akan melewati hari terakhir ini.
“Mudah-mudahan aku bisa.” gumamku dalam hati saat memasuki gerbang sekolah.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Ney Maniez
💪💪💪
2022-07-17
0
Zifa Zifa
tiara di jodoh in sama pak rendre ya thooorrr 🤩🤩🤩🤩🤩🤩
2021-03-25
0