Ke esokkan harinya, aku datang ke sekolah. Lagi-lagi aku merasa jantungku ini ingin copot ketika aku melihat pak Rendra.
“Ampun deh. Ini rasanya benar-benar sangat menyiksa sekali.” gumamku lirih ketika pak Rendra memasuki kelas.
“Ada apa, Ra?” tanya pak Rendra yang entah dari kapan sudah ada di sampingku untuk memberikan kertas ujian.
“Hehehe... Tidak ada apa-apa, pak.” sahutku yang kemudian mengambil kertas ujian yang dia berikan.
Dengan susah payah aku mengerjakan semua soal tersebut. Susah payah bukan karena soalnya, tapi susah payah karena jantungku ini berdetak sangat cepat sekali.
Setelah beberapa saat berusaha, akhirnya aku pun dapat menyelesaikan semua soal tersebut dan kemudian langsung keluar dari ruang kelas.
Saat aku sudah berada di luar, aku merasa sangat lega sekali.
“Akhirnya...” ucapku sambil mengangkat ke dua tanganku.
Dan di saat yang bersamaan...
“Akhirnya kenapa, Ra?” tanya seseorang dari belakang.
Saat aku menoleh ke arah sumber suara, ternyata tadi yang berbicara adalah...
“Eh kamu, Mi. Tidak kok, tidak kenapa kenapa.” Sahutku
“Benarkah?” ucapnya seperti tidak percaya dan akhirnya aku pun mengangguk.
Setelah beberapa saat kemudian, aku tersadar kalau Mia hari ini ada di sekolah.
“Eit... Tunggu dulu. Kamu kok sekarang ada di sekolah?” tanyaku pada Mia.
“Hehehe... Iya, Ra. Nilaiku di mata pelajaran ini turun, Ra. Jadinya hari ini aku ada perbaikan nilai.” jelas Mia.
“Oh, begitu.” sahutku.
Untuk sesaat kami berdua terdiam. Hingga akhirnya...
“Mi, aku boleh cerita sesuatu tidak?” tanyaku.
“Boleh. Mau cerita apa?” tanyanya.
“Tapi kamu jangan ceritakan ini pada siapa pun, ya.” Pintaku dan dia pun mengangguk mengiyakan.
“Hmm... Begini, Mi. Rasa-rasanya aku itu suka deh dengan pak Rendra.” Ucapku.
“Apa, Ra? Kamu suka dengan pak Rendra?” ucapnya dengan nada terkejut.
“Ststtst..!!” aku menyuruh Mia untuk jangan keras-keras nada bicaranya.
“Iya, Mi.” lanjutku.
“Bagaimana bisa, Ra?” tanyanya bingung.
“Jadi begini... Pak Rendra itu ternyata temannya kakakku. Dan dia beberapa kali mengantarku pulang dan juga main ke rumahku. Bahkan dia kadang memberiku perhatian yang menurutku dapat membuatku salah paham.” jelasku.
“Memang perhatian yang pak Rendra kasih itu seperti apa, Ra?” tanya Mia.
“Ya seperti... “ aku menghentikan ucapanku karena tiba-tiba saja pak Rendra datang.
“Mi, kamu kenapa belum pulang?” tanya pak Rendra.
“Belum, pak. Sebentar lagi.” Sahutku.
“Ya sudah. Kalau begitu kita pulang bareng. Aku tadi di telepon ayahmu untuk datang ke rumah.” ucapnya.
“Eh? Iya iya, pak. Nanti ketemu di tempat biasanya saja kalau begitu.” ucapku.
“Tidak usah. Kamu tunggu di sini saja. Nanti bapak yang akan ke sini.” Ucapnya.
“Ha?” sahutku terkejut.
“Sudahlah. Sebentar. Bapak ke kantor dulu. Menyerahkan kertas ujian ini.” ucap pak Rendra sambil mengelus-ngelus rambutku dan kemudian pergi.
Mia yang melihat adegan itu pun hanya bisa melongo.
“Tuh kan, Mi. Ya seperti itu pak Rendra padaku. Bagaimana aku jadi tidak salah paham?” ucapku lirih.
“Wkwkkwkwk... Ih, Ra. Nikmati saja. Kalau memang kamu suka, ya tidak apa-apa. Hanya saja...” Mia tidak melanjutkan ucapannya.
“Hanya saja apa, Mi?” tanyaku.
“Hanya saja, kalau bisa... Jika memang ternyata perasaanmu ini berbalas, lebih baik kalian sembunyikan. Karena, dari yang aku tahu kalau di sekolah ini ada peraturan sekolah yang melarang adanya hubungan antara guru dan murid.” jelas Mia.
“Benarkah itu, Mi?” tanyaku dan Mia pun mengangguk.
“Terus aku bagaimana?” tanyaku lirih.
“Terserah padamu, Ra. Tidak ada yang melarang perasaan itu tumbuh kok. Asal.. Jangan sampai ketahuan saja.” ucap Mia.
“Oh, begitu ya?” tanyaku dan Mia pun mengangguk.
“Ya sudah deh kalau begitu.” ucapku.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Ney Maniez
👍👍👍
2022-07-17
0
Zifa Zifa
lanjuuut thooorrr sampai ending 👍👍👍👍👍😊😊😊😊😊
2021-03-25
0