Ke esokan harinya, aku mulai berusaha untuk seius belajar. Aku mencoba pelan-pelan untuk memahami setiap pelajaran yang di ajarkan.
Sementara...untuk les, pak Rendra selalu mengajariku dan menjelaskan semuanya padaku dengan sabar.
Di ulang-ulangnya terus menerus sampai aku benar paham. Hingga saatnya ujian pun tiba...
“Hai, Ra. Kamu sudah siap?” tanya Mia yang tiba-tiba datang entah dari mana dan membuatku terkejut.
“Eh...kamu, Mia. Buat aku kaget saja.” ucapku.
“Ish. Kamu ini. Gimana? Sudah siap belum?” tanya Mia.
“Entahlah. Aku tidak yakin.” sahutku sambil mengangkat ke dua bahuku dan berjalan santai diikuti oleh Mia.
***
Tak terasa satu minggu pun cepat sekali berlalu. Ujian semester pun telah memasuki hari terakhir. Aku yang dari awal merasa tersiksa dengan ujian ini pun akhirnya bisa bernafas lega.
Tapi saat aku hendak pulang, tiba-tiba...
‘Pletak..’ kepalaku di pukul oleh pak Rendra saat kami berpapasan.
“Aw... Pak. Kenapa, sih kok tahu-tahu pukul kepala?!” protesku sambil mengelus-ngelus kepalaku yang dia pukul.
“Kenapa? Sakit, ya?” godanya.
“Tidak sih. Tidak begitu sakit. Hehehe...” sahutku.
“Ra, kamu lebih baik banyak berdoa, ya. Mudah-mudahan nilaimu bagus.” ucap pak Rendra lirih di samping telingaku dan memperingatkan aku.
“Kenapa memangnya, pak?” tanyaku.
“Kenapa kamu bilang. Kamu lupa dengan kesepakatan kita?” ucapnya.
“Kesepakatan? Memang kita pernah ada kesepakatan apa?” tanyaku.
“Haiz... Rupanya kamu beneran lupa. Ok. Akan aku ingatkan kamu lagi. Kita itu punya kesepakatan... Jika nilaimu naik minimal 60% dari jumlah soal, maka aku akan mengatakan rahasiaku. Tapi jika nilaimu masih saja jelek, maka mulai saat itu kamu akan aku berikan hukuman.” Jelas pak Rendra.
“Lha? Perasaan...kalau aku tidak salah ingat, kita tidak ada kesepakatan masalah nilaiku yang masih jelek. Kenapa sekarang ada?” protesku.
“Memang kemarin tidak ada. Tapi sekarang sudah aku tambahkan.” ucapnya.
“Apa, pak?” ucapku spontan dengan nada agak berteriak.
“Ststtst... Sudah ah. Bapak pergi dulu. Ingat. Kamu banyak-banyaklah berdoa, ya supaya tidak dapat hukuman dari bapak.” Ucapnya berpesan sebelum akhirnya dia pergi meninggalkan aku yang sedang menahan emosi.
“Aaaaaaaaargh..!!!” teriakku kesal dan emosi.
“Kamu kenapa, Ra?” tanya Mia yang baru saja menyusulku.
“Eh... Oh, aku tidak apa-apa.” sahutku.
“Benarkah?” tanyanya dan aku pun mengangguk.
“Ya sudahlah. Ayo kita rayakan hari selesainya ujian ini.” ajak Mia.
“Ah. Tidak lha, Mi. Aku mau langsung pulang saja.” ucapku.
“Kenapa?” tanyanya bingung.
“Tidak kenapa-kenapa. Aku hanya sedikit lelah saja.” sahutku mencari alasan.
“Oh. Ya sudah kalau begitu. Tapi kapan-kapan kita keluar main, ya.” Ucap Mia dan aku pun mengangguk.
“Ya sudah. Ayo kita pulang.” ucapnya lagi dan aku pun mengangguk sambil tersenyum.
Setelah sampai di rumah. Aku teringat kembali dengan ucapan pak Rendra. Membuat aku menjadi sangat kesal sekali dibuatnya.
‘Tok... Tok... Tok...’ suara pintu kamarku di ketuk.
“Siapa?” tanyaku
“Orang.” sahutnya.
“Iya tahu kalau orang. Masa’ hantu?!” celetukku.
“Ish... Ada apa sih adikku sayang. Kok sepertinya uring-uringan gitu?” tanya kak Zaki yang langsung saja masuk ke dalam kamarku.
“Itu tuh.. Teman kakak. Buat aku emosi saja.” rajukku.
“Teman kakak?! Siapa?” tanya kak Zaki.
“Itu. Siapa lagi kalau bukan pak Rendra.” sehutku dengan nada sewot.
“Memangnya dia kenapa, Ra?” tanya kak Zaki bingung.
“Itu... Masa’ tadi dia bilang kalau bakal kasih aku hukuman kalau nilai ujian semesterku kali ini jelek.” ucapku kesal.
“Ya ampun, Ra. Begitu saja kamu emosi?!” ucap kak Zaki sambil geleng-geleng.
Aku pun hanya diam karena aku memang sedang tidak ingin banyak bicara.
“Ra. Nih ya kakak kasih tahu sesuatu sama kamu. Kamu tahu tidak kenapa dia seperti itu sama kamu?” tanya kak Zaki dan aku pun menggelengkan kepala.
“Ra... Dia seperti itu karena dia itu peduli sama kamu. Kamu jangan memikirkan kata hukuman itu. Tapi cobalah kamu memahami makna dari kata hukuman itu sendiri.” jelas kak Zaki dan aku pun hanya terdiam.
“Ya sudah. Kalau begitu kakak keluar dulu. O ya, kakak hampir lupa. Orang yang tadi sudah buat kamu emosi, ada di luar tuh.” ucap kak Zaki.
“Apa, kak?” tanyaku spontan karena terkejut.
“Sudah. Sana temui. Siapa tahu saja dia akan menjelaskan kenapa tadi dia bilang seperti itu ke kamu.” bujuk kak Zaki.
“Tapi, kak.” ucapku yang ragu karena masih ada rasa kesal di hati.
“Sudahlah, Ra. Sudah sana temui.” ucap kak Zaki lagi.
“Iya.... Iya... Aku nanti nyusul.” ucapku.
“Benar, ya.” ucap kak Zaki berpesan.
“Iya.” sahutku lagi.
“Ya sudah. Kalau begitu kakak keluar duluan.” ucapnya dan aku pun mengangguk.
Setelah kak Zaki tidak ada, aku pun merebahkan diri sesaat di atas tempat tidur.
“Mau apa lagi, sih ni guru satu?! Buat kesal saja.” gerutuku.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Maghpuja Br Tampubolon
jadi pengen deh punya guru sayang/suka sama aku wkwk
2023-04-30
0
Ney Maniez
🤔🤔🤔
2022-07-17
0
Ney Maniez
😲🙄🙄🙄
2022-07-17
0