GCP 4. Pelajaran yang sulit

Keesokan harinya saat di sekolah. Seperti biasa aku diturunkan di depan pintu gerbang sekolah.

Saat aku hendak melangkahkan kaki masuk ke dalam gerbang, tiba-tiba saja lagi-lagi kepalaku tertimpa suatu benda.

“Aw..” pekikku.

“Eh, sori-sori.” ucap orang itu yang ternyata pak Rendra.

Pak Rendra pun langsung turun dari pohon dan berkata, “Rupanya mengenai kamu lagi, Ra? Hadeuh... Beneran aku tadi tidak sengaja. Tiba-tiba saja botol air minum di tanganku jatuh, tadi.”

“Hmm... Tidak apa-apa, pak. Aku tidak apa-apa.” sahutku sambil memegangi kepalaku.

“Tidak. Tidak bisa begitu. Aku harus kasih servis tambahan ekstra, nih. Hmm... Gimana kalau mulai hari ini saja aku kasih kamu servis tambahan ekstra?” tanyanya.

“Ha?” sahutku dengan wajah melongo.

“Ya sudah. Tidak usah kamu pikirkan. Kamu masuk dulu sana. Nanti kamu juga akan mengerti apa yang aku maksud.” ucapnya sambil mengelus-elus rambutku sehingga lagi-lagi membuatku bingung.

Mendengar perintahnya, aku pun langsung masuk ke dalam. Namun saat di perjalanan, aku bergumam, “Kenapa sih kalau bertemu dengannya pasti yang dia katakan itu servis tambahan?! Buat orang jadi merinding mendengarnya. Apalagi tadi dia bilang servis tambahan ekstra. Hadeuh.”

Beberapa saat kemudian, aku pun sampai di kelas. Aku langsung duduk di bangkuku dan meletakkan kepala di atas meja.

Saat aku sedang bermalas-malasan, tiba-tiba Mia datang mengagetkanku.

“Woi, Ra. Kamu sedang apa? Kok lesu sekali?” tanyanya.

“Eh... Kamu, Mi. Aku kira tadi siapa?” ucapku.

“Memangnya kamu kira tadi itu aku siapa?” godanya.

“Ah... kamu mah begitu, Mi. Tidak... Bukan siapa-siapa. Ya kali saja tadi ada cowo yang tahu-tahu suka sama aku gitu.” ucapku.

“Cie... Cie... Memang kamu sudah ingin pacaran?” tanya Mia.

“Ya... Ingin sih. Cuma...” ucapanku tidak aku lanjutkan.

“Cuma apa, Ra?” tanya Mia.

“Cuma... Hmm... Kamu kan tahu sendiri ayahku seperti apa orangnya. Kalau aku sampai ketahuan benar-benar pacaran, hadeuh... Aku tidak tahu deh, hukuman apa yang akan aku terima.” jelasku.

“Sabar... Sabar. Eh... Btw, yang kemarin di suruh pak Rendra sudah kamu kerjakan?” tanya Mia.

“Sudah.” sahutku.

“Lha, kalau sudah, kenapa tidak kamu tempel?” tanya Mia bingung.

“Oh, iya ya. Ya sudah, aku tempel dulu kalau begitu. Mumpung belum masuk.” ucapku dan Mia pun mengangguk.

Setelah beberapa saat kemudian, tulisan itu pun sudah aku tempel semua dan aku pun duduk lagi ke bangkuku.

Mengatahui jadwal yang kemarin di buat oleh pak Rendra aku tempel, anak-anak yang ada di kelas pun melihatnya.

Saat yang bersamaan, Mia berkata, “Ra, kamu piket hari sabtu?”

“Iya, Mi. Memangnya ada apa?” tanyaku.

“Tidak apa-apa, sih.” Sahutnya.

“O... Ya sudah kalau tidak apa-apa.” Ucapku.

Tak selang berapa lama, bel masuk pun berbunyi. Itu lah tandanya bahwa jam belajar pun di mulai.

Dengan hati yang berat, aku mengambil buku catatanku. Berhubung belum ada jadwal. Jadinya aku tidak tahu sekarang itu mata pelajaran apa.

Namun, ketika aku sedang memainkan pulpenku, tiba-tiba aku terkejut.

‘tak..’ pulpenku pun terjatuh.

“Pak Rendra?” ucapku dalam hati.

Di saat yang bersamaan...

“Pagi anak-anak.” sapa pak Rendra saat masuk ke dalam kelas.

“Pagi, pak.” sahut semua anak-anak dalam kelas.

“O ya, pagi ini kita akan mengawalinya dengan pelajaran Matematika. Ok?!” ucap pak Rendra.

“Nah, sebagai pembuka, bapak akan berikan kalian soal dan menilai seberapa jauh kalian masih mengingat pelajaran yang telah lalu.” Tambahnya sambil membagikan selembar kertas soal matematika.

Di saat yang bersamaan...

“Oh, no!! Ini... Ini pelajaran yang aku benci seumur hidup. Kenapa sih harus soal yang ini?” gerutuku sambil melihat kertas soal yang ternyata semuanya soal bentuk akar alias...

Hasil dari 8√2 + 4√18 – 2√50 \= ?

Dan jumlah soalnya ada 20 soal yang hampir sama seperti itu. Itu di kerjakan dalam waktu 30 menit.

“Ada apa, Tiara?” tanya pak Rendra yang ternyata mendengar gerutuku.

“Hehehe... Tidak ada apa-apa kok, pak.” sahutku.

“O, ya sudah. Kalau begitu cepat kamu kerjakan.” ucapnya yang kemudian pergi.

“Hadeuh..” gumamku sambil tepok jidat.

Setelah 30 menit kemudian, kertas soalnya pun di suruh untuk dikumpulkan. Hanya saja di lembar kertas soalku, aku tidak menjawab satu pun soal yang ada di sana.

Aku pasrah. Karena biar bagaimana pun aku tidak tahu cara mengisinya. Dan kalian tahu, tidak?! Bagaimana ekspresi pak Rendra waktu melihat kertas soalku. Hehehe... Dia langsung melihat ke arahku dengan tatapan tajam seperti mau menerkam mangsanya.

Dan beberapa saat kemudian, pak Rendra pun berkata, “Ok. Rupanya ada banyak dari kalian yang masih mengingat pelajaran ini. Nah, sekarang kita akan lanjut ke materi matematika kita yang pertama, ya?”

Setelah mengucapkan itu, pak Rendra pun langsung memberikan beberapa catatan tentang rumus dan juga dia pun menerangkannya langsung.

Tapi berhubung karena akunya yang susah mengerti, jadinya aku tidak paham dengan apa yang sedang pak Rendra ajarkan.

Beberapa saat kemudian, pelajaran pun telah selesai. Aku pikir aku bisa bernafas lega. Namun, ternyata aku salah. Tiba-tiba saja pak Rendra berkata, “O ya. Nanti jam istirahat, Tiara datang ke kantor, ya.”

“Ha?” sahutku spontan.

“Kok ha, sih?” tanya pak Rendra.

“Maaf. Kalau boleh aku tahu, aku di suruh ke kantor untuk apa ya, pak?” tanyaku agak sedikit takut.

“Oh. Kamu ke kantor buat ambil jadwal mata pelajaran.” sahut pak Rendra.

“O, gitu. Ya sudah. Nanti aku ke kantor.” ucapku.

Setelah mendengar ucapanku, dia pun langsung ke luar dari ruang kelas. Saat pak Rendra sudah tidak terlihat lagi di kelas, aku pun menarik nafas panjang dan ini di sadari oleh Mia.

“Hei, Ra. Kamu kenapa?” tanya Mia.

“Eh, aku tidak apa-apa, Mi.” Sahutku mentupi perasaan takutku.

Tak terasa, waktu cepat sekali berlalu. Kini sudah waktunya untuk istirahat. Aku pun meminta Mia untuk menemaniku namun ternyata tidak bisa karena Mia sedang buru-buru untuk ke toilet.

Sesampainya di kantor, aku langsung menemui pak Rendra.

“Permisi, pak.” ucapku.

“Oh, kamu sudah datang. Ini jadwal mata pelajaran untuk kalian. Tempel di samping jadwal piket.” ucapnya sambil memberikanku selembar kertas.

“Lalu ini. Kamu baca ini dalam hati saja.” Pintanya dan aku pun langsung melihat ke arah kertas yang dia tunjukkan.

Ya ampun... Ternyata tulisannya...

“Pulang sekolah ini, aku antar kamu pulang.”

“Ha?” ucap dalam hatiku spontan saat aku membaca tulisan itu.

Dan di saat yang bersamaan...

“Kamu mengerti, Ra?” tanya pak Rendra.

“Eh?! Iya. Baiklah.” sahutku.

“Ya sudah, kamu boleh balik ke kelas sekarang dan jangan lupa nanti.” ucapnya dan aku pun mengangguk lalu pergi.

Di perjalanan menuju kelas, aku merasa bingung. Kenapa pak Rendra ingin mengantarku pulang.

Karena penasaran, aku pun mencoba untuk memastikan. Siapa tahu ini adalah ulah kak Zaki. Lalu aku pun sembunyi-sembunyi menelepon kak Zaki.

“Halo, kak.” Ucapku saat telepon di angkat kak Zaki.

“Hmm... Ada apa?” tanyanya dengan nada malas.

“Kak... Kakak tadi suruh teman kakak lagi, ya untuk mengantarku pulang lagi?” tanyaku.

“Tidak, tuh. Cuma tadi dia telepon kakak dan bilang kalau ternyata kamu benar-benar tidak bisa mengerjakan soal matematika SMP. Jadi dia ingin coba mengajarkan kamu sampai bisa.” Jelas kakak.

“Apa, kak?! Kakak kan tahu kalau aku memang lemah di pelajaran matematika. Kalau begini caranya sih, ini namanya mau bunuh aku pelan-pelan.” gerutuku.

“Ish... Kamu jangan bilang seperti itu. Dia seperti itu kan karena dia peduli sama kamu.” ucap kakak.

Mendengar ucapan kakak, dalam hati aku berkata, “Peduli apanya? Jangan bilang kalau ini yang dia tadi maksud servis tambahan ekstra, deh. Ih... Serem.”

“Ra? Kamu masih di situ, kan?” tanya kakak karena tidak mendapatkan respon sahutan dari aku.

“Eh, iya kak. Ya sudahlah kalau begitu. Terimakasih, kak.” ucapku yang langsung mematikan sambungan teleponnya.

Saat telepon di tutup, sambil berjalan ke kelas, aku lalu berfikir ulang tentang apa yang harus aku lakukan siang nanti. Apakah aku harus kabur pulang duluan atau aku menunggu pak Rendra.

“Hadih... Pusiiing..!!” ucapku lirih.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Maghpuja Br Tampubolon

Maghpuja Br Tampubolon

salah keknya kak

2023-04-29

0

Maghpuja Br Tampubolon

Maghpuja Br Tampubolon

maaf kak, itu salah kak

2023-04-29

0

Ney Maniez

Ney Maniez

🤭😁👍

2022-07-17

0

lihat semua
Episodes
1 GCP 1. Awal pertemuan
2 GCP 2. Perkenalan
3 GCP 3. Insiden kecoa
4 GCP 4. Pelajaran yang sulit
5 GCP 5. Kelas tambahan
6 GCP 6. Hukuman yang membuat kacau hati
7 GCP 7. Guru privat
8 GCP 8. Membuat janji
9 GCP 9. Genggaman tangan
10 GCP 10. Dibuat kesal
11 GCP 11. Membeli hadiah
12 GCP 12. Pak Denis
13 GCP 13. Hadiah kecil
14 GCP 14. Aku ini kenapa?
15 GCP 15. Ingat pesan ayah
16 GCP 16. Peraturan sekolah
17 GCP 17. Jaga jarak
18 GCP 18. Ternyata
19 GCP 19. Ayah dan hukuman
20 GCP 20. Bertunangan
21 GCP 21. Rahasia kita
22 GCP 22. Guru baru
23 GCP 23. kecewa
24 GCP 24. Janjian
25 GCP 25. Sedikit cemburu
26 GCP 26. Kabar
27 GCP 27. Berusaha untuk percaya
28 GCP 28. Kak Zaki sewot
29 GCP 29. Pak Rendra Vs Bu Cecil (1)
30 GCP 30. Pak Rendra Vs Bu Cecil (2)
31 GCP 31. Kisah masa lalu
32 GCP 32. Ajakan bu Cecil
33 GCP 33. Cerita
34 GCP 34. Tugas
35 GCP 35. Hampir saja keceplosan..
36 GCP 36. Murid baru
37 GCP 37. Penuh dengan kata tiba-tiba
38 GCP 38. Flashback
39 GCP 39. Insiden dan kekesalan Tiara
40 GCP 40. Gumaman isi hati
41 GCP 41. Cerita Awal-awal pak Rendra bertemu Tiara
42 GCP 42. ancaman bu Cecil
43 GCP 43. Kenyataan yang pahit
44 GCP 44. Kesedihan
45 GCP 45. Penjelasan Mia
46 GCP 46. Akhirnya
47 GCP 47. Hari yang dinantikan (End)
48 Ekstra part Sehari sebelum pernikahan
49 Prakata dari Author
Episodes

Updated 49 Episodes

1
GCP 1. Awal pertemuan
2
GCP 2. Perkenalan
3
GCP 3. Insiden kecoa
4
GCP 4. Pelajaran yang sulit
5
GCP 5. Kelas tambahan
6
GCP 6. Hukuman yang membuat kacau hati
7
GCP 7. Guru privat
8
GCP 8. Membuat janji
9
GCP 9. Genggaman tangan
10
GCP 10. Dibuat kesal
11
GCP 11. Membeli hadiah
12
GCP 12. Pak Denis
13
GCP 13. Hadiah kecil
14
GCP 14. Aku ini kenapa?
15
GCP 15. Ingat pesan ayah
16
GCP 16. Peraturan sekolah
17
GCP 17. Jaga jarak
18
GCP 18. Ternyata
19
GCP 19. Ayah dan hukuman
20
GCP 20. Bertunangan
21
GCP 21. Rahasia kita
22
GCP 22. Guru baru
23
GCP 23. kecewa
24
GCP 24. Janjian
25
GCP 25. Sedikit cemburu
26
GCP 26. Kabar
27
GCP 27. Berusaha untuk percaya
28
GCP 28. Kak Zaki sewot
29
GCP 29. Pak Rendra Vs Bu Cecil (1)
30
GCP 30. Pak Rendra Vs Bu Cecil (2)
31
GCP 31. Kisah masa lalu
32
GCP 32. Ajakan bu Cecil
33
GCP 33. Cerita
34
GCP 34. Tugas
35
GCP 35. Hampir saja keceplosan..
36
GCP 36. Murid baru
37
GCP 37. Penuh dengan kata tiba-tiba
38
GCP 38. Flashback
39
GCP 39. Insiden dan kekesalan Tiara
40
GCP 40. Gumaman isi hati
41
GCP 41. Cerita Awal-awal pak Rendra bertemu Tiara
42
GCP 42. ancaman bu Cecil
43
GCP 43. Kenyataan yang pahit
44
GCP 44. Kesedihan
45
GCP 45. Penjelasan Mia
46
GCP 46. Akhirnya
47
GCP 47. Hari yang dinantikan (End)
48
Ekstra part Sehari sebelum pernikahan
49
Prakata dari Author

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!