Kurang lebih satu minggu setelah ujian berlangsung, kini tiba di mana hari pembagian hasil ujian. Aku yang di beri ultimatum seperti itu oleh pak Rendra pun hanya bisa berharap-harap cemas.
“Hai, Ra. Kenapa kamu terlihat sangat tidak bersemangat sekali seperti ini?” tanya Mia yang tahu-tahu sudah berada di sampingku.
“Eh... Kamu, Mi. Iya, nih. Aku kepikiran nilaiku nanti. Kira-kira masih sama saja atau ada peningkatan, ya?!” ucapku.
“Haiz... Aku kira kenapa. Sudahlah, Ra. Asal kamu yakin, semua akan baik-baik saja.” ucap Mia mencoba menenangkan diriku.
“Iya, Ra.” sahutku pasrah.
Setelah beberapa saat kemudian, kertas hasil nilai ujian pun di berikan ke masing-masing siswa. Dan ketika tiba giliranku yang mengambil kertas hasil ujian, tiba-tiba...
‘Ra, pulang sekolah tunggu bapak di tempat biasa.’ Tulis pak Rendra di selembar kertas.
Saat setelah membaca tulisan itu, aku langsung menggelengkan kepala tanda kalau aku takut untuk bertemu dengan pak Rendra.
Melihat ekspresiku yang seperti itu, pak Rendra pun tidak mau kalah. Dia pun memberikan tatapan tajam padaku tanda dia tidak mau tahu. Pokoknya aku harus menunggunya.
Mendapatkan jawaban ekspresi seperti itu, aku mau tidak mau pasrah. Jika tidak, bisa-bisa aku di laporkan ke ayahku karena mendapatkan nilai jelek.
“Haizz....” desahku saat sudah kembali duduk di mejaku sambil melihat ke arah lembar kertas nilai ujianku yang hanya memiliki rata-rata 5,5.
Khususnya matematika yang hanya mendapat nilai 50% dari total jumlah seluruhnya.
Karena berhubung hari ini adalah hari pembagian hasil nilai ujian, jadinya sekolah pun berlangsung cepat.
Dengan langkah kaki yang berat, aku pun menuju tempat biasa aku menunggu mobil.
Karena di sanalah aku biasa bertemu dengan pak Rendra.
Setelah menunggu beberapa saat, tiba-tiba...
“Ra, cepatlah naik.” perintahnya dan aku pun menurutinya.
Ketika aku sudah duduk di dalam mobil, pak Rendra pun menjalankan mobilnya menuju suatu tempat.
“Pak, ini di mana?” tanyaku bingung saat sudah sampai di tempat yang di tuju.
“Ini adalah tempat di mana bapak bisa bebas menghukum kamu.” ucapnya dengan nada yang membuatku jadi takut.
“Pak. Bapak mau menghukum aku seperti apa?” tanyaku terbata-bata karena ketakutan.
Di saat yang bersamaan, tiba-tiba pak Rendra mendekatkan wajahnya padaku dan bilang, “Aku akan menghukummu dengan... ‘Pletak’... Ini.”
“Aw...” pekikku kesakitan sekaligus terkejut sambil memegang dahiku yang di sentil oleh pak Rendra.
“Ini.” Ucapnya sambil memberikan sebuah kotak kecil padaku.
“Apa ini, pak?” tanyaku.
“Bukalah.” perintahnya dan aku pun langsung membukanya.
Betapa terkejutnya aku karena ternyata gelang yang waktu itu aku mau telah di beli oleh pak Rendra.
“Bapak tahu dari mana kalau aku suka sekali gelang ini?” tanyaku.
“Kamu tidak perlu tahu aku tahu dari mana. Yang penting sekarang gelang itu sudah menjadi milik kamu.” ucap pak Rendra.
“Terimakasih, pak.” ucapku dan dia pun mengangguk sambil tersenyum.
Saat aku sedang asik melihat gelang itu, tiba-tiba aku teringat sesuatu.
“Pak. Bapak kok malah memberiku hadiah? Kan nilaiku tidak sesuai dengan kesepakatan waktu itu.” tanyaku bingung.
“Kamu tidak suka?” ucap pak Rendra.
“Bukan tidak suka, pak. Tapi aku bingung saja kenapa bapak kasih hadiah ke aku.” jelasku.
“Oh. Kamu mau tahu alasannya apa?” tanya pak Rendra dan aku pun mengangguk.
“Bagini, Ra. Bapak kasih hadiah kamu itu karena bapak ingin memberikan semangat serta penghargaan atas hasil usahamu dalam meningkatkan nilaimu.” jelas pak Rendra.
“Oh, begitu. Kalau begitu, aku ucapkan terimakasih sekali lagi deh pak.” Ucapku sambil tersenyum dan dia pun spontan mengacak-ngacak rambutku.
“Ya sudah kalau begitu kita pulang, ya.” ucap pak Rendra dan aku pun mengangguk.
Lalu tanpa menunggu lama, mobil pun di nyalakan dan kami pun pulang.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Ney Maniez
👍
2022-07-17
0
Zifa Zifa
akhir nya yg di impikan jadi milik much juga 😊😊😊😊😊 ra👍👍👍👍👍👌👌👌
2021-03-25
0