Setelah sampai di rumah, ternyata pak Rendra pun ikut turun. Namun sebelum turun dia berkata dengan suara lirih, “Ra, aku tidak akan melepaskanmu.”
“Apa, pak?” tanyaku spontan memastikan apakah aku tadi tidak salah dengar.
Mendengar aku bertanya seperti itu, pak Rendra pun hanya melihatku dan tersenyum sambil berkata, “Lebih baik kita segera turun sekarang.”
Setelah mengatakan itu, pak Rendra pun turun. Sementara itu aku hanya bisa melongo tidak habis pikir.
“Ish... Kenapa sih dia selalu saja kasih jawaban yang tidak jelas seperti ini?!” gumamku dalam hati dan kemudian aku pun ikut turun.
Sesampainya di dalam rumah, ternyata sudah ada kak Zaki.
“Eh, Ren. Kamu kebetulan datang. Ada yang mau aku tanyakan padamu.” ucap kak Zaki.
“Ada apa, Zak?” tanya pak Rendra.
“Kamu sudah beri hadiahnya ke ‘dia’?” tanya kak Zaki.
“Belum, Zak. Aku masih tunggu waktu yang tepat untuk memberikan itu padanya.” sahut pak Rendra.
“Tunggu... Tunggu... ‘dia’?! Siapa sih ‘dia' yang dimaksud kakak dan pak Rendra? Jangan-jangan perempuan yang waktu itu ingin di beri hadiah oleh pak Rendra?!” gumamku dalam hati saat mendengar obrolan mereka.
Setelah mendengar obrolan mereka itu, seketika suasana hatiku merasa tidak enak. Dengan suasana hati yang seperti itu, aku pun memutuskan untuk langsung masuk saja ke dalam kamar.
Malam harinya, aku sama sekali tidak bisa tidur karena selalu memikirkan obrolan kak Zaki dan pak Rendra tadi siang.
“Ya ampun... Aku ini kenapa, sih? Kenapa aku selalu memikirkan obrolan mereka tadi siang?” gerutuku sambil membolak balikkan badan di atas tempat tidur.
Ke esokan harinya, aku masih tetap harus berangkat ke sekolah karena ada ujian perbaikan nilai.
“Haiz... Nasib ya nasib. Hadeuh.” gumamku lirih sambil menguap karena mengantuk semalaman tidak bisa tidur.
Di saat yang bersamaan...
“Pagi semua...” ucap guru itu saat masuk ke dalam kelas.
Seketika aku mendongakkan kepalaku dan melihat siapa yang barusan memberi salam.
“Ha? Ampun deh. Kenapa harus pak Rendra lagi, sih?” gerutuku yang kemudian menundukkan kepala lemas.
Dengan sangat malas dan ngantuk, membuatku sama sekali tidak bisa fokus dengan semua soal yang ada di lembar kertas ujian.
“Ah. Sudahlah. Isi sebisanya saja. Yang penting di isi. Perkara salah atau benar, dapat hukuman atau tidak, itu apa kata nanti saja deh. Yang penting cepat selesaikan dan pulang lalu tidur.” pikirku.
Setelah beberapa saat kemudian, aku pun akhirnya sudah menyelesaikan semua soal ujian tersebut dan mengumpulkannya.
Namun, ketika aku hendak keluar dari kelas, tiba-tiba...
‘Ehm..’ pak Rendra pun memberiku isyarat..
Aku pun spontan langsung menengok ke arah pak Rendra dan.. “Hehehehe...” setelah itu... ‘Kabuuuuuuur...’
Entah bagaimana ekspresi pak Rendra saat itu. Tapi aku benar-benar ingin cepat pulang dan tidur.
Sesampainya di rumah, aku pun langsung masuk ke dalam kamar dan merebahkan diri di atas kasur dan kemudian tertidur.
Di saat aku sedang tertidur, aku merasa ada yang sudah mengecup dahiku. Antara sadar dan tidak, aku melihat sosok seseorang yang sedang duduk di sebelahku.
Karena aku terlalu mengantuk, jadinya...aku pun tertidur lagi. Dan saat aku benar-benar terbangun, di kamarku tidak ada siapa pun. Hanya aku sendiri yang ada di kamar ini.
“Haiz... Apakah tadi itu hanya mimpi?”
gumamku sambil memegang dahiku yang masih dapat kurasakan kecupan hangat di dahiku ini.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Ney Maniez
😘
2022-07-17
0
Ney Maniez
🤔🤔
2022-07-17
0
Zifa Zifa
I like it thooorrr😆😆😆😆❤❤❤❤
2021-03-25
0