❤️❤️❤️
"Perkenalkan, nama saya Ansel Danzstone..
Asisten pribadi Tuan De Enzo."
Pria muda itu membungkukkan badan dengan
sikap dan gaya yang sangat elegan dan halus,
telapak tangan kiri di dadanya. Tampak sangat berkelas dan berbeda. Raya terlihat menatap
bingung pria itu.Asisten pribadi Tuan De Enzo..? Kenapa rasa-rasanya nama itu sangat familiar
di telinga nya.
"Silahkan masuk Nona.."
Pria tadi atau Ansel mempersilahkan Raya
untuk masuk, mata mereka kembali bertemu,
saling menatap sebentar. Manik abu itu dengan
cepat mengerjap seolah-olah ingin menghindari
tarikan sihir khusus yang terpendar dari sorot
mata sendu nan indah milik Raya.
Perlahan Raya melangkah masuk ke dalam
ruangan. Untuk sesaat dia tampak terpukau
melihat segala fasilitas dan kemewahan yang
ada di tempat itu. Raya tahu pasti, Apartemen
ini adalah unit paling mewah dan paling mahal
yang ada di negara ini.
"Silahkan duduk dengan nyaman. Anda tidak
perlu takut. Saya tidak akan melakukan
sesuatu yang akan merugikan anda."
Ansel kembali berbicara dengan intonasi suara
yang sangat enak di dengar, tegas namun tetap
terkesan ramah dan bersahabat membuat Raya merasa sedikit nyaman. Gadis itu mendudukkan
bokong nya perlahan masih mencoba menelisik
suasana di dalam apartemen itu.
"Kenapa saya di bawa ke tempat ini.? Bisa
tolong katakan sebenarnya apa yang kalian
inginkan.?"
"Tepatnya yang di inginkan oleh Tuan kami."
Ansel tampak tersenyum tenang membuat
Raya tertegun melihat senyum itu. Pria ini
sangat bertolak belakang dengan laki-laki
jahat itu. Dia terlihat sangat ramah dan juga
hangat, berbeda dengan manusia satu itu.
"Nona Raya, silahkan anda pelajari surat
perjanjian ini.!"
Ansel meletakkan sebuah dokumen di depan
Raya kemudian duduk tenang di hadapannya.
Raya menautkan alisnya melihat map kuning
di atas meja. Apa, surat perjanjian.?
"Apa ini.? perjanjian apa maksudnya.?"
"Sebaiknya di lihat dulu dokumen nya agar
anda mengerti isinya. Pelajar semua dengan
seksama. Tidak perlu terburu-buru."
Ansel kembali tersenyum sambil menatap
Raya dengan tenang. Sungguh dia tidak bisa
kalau harus melewatkan pemandangan indah
di depan matanya ini. Wanita ini sangat lah
berbeda dengan wanita-wanita cantik yang
selama ini di temui dan berada di sekeliling
dirinya. Matanya tampak begitu memukau
dan memiliki sihir yang sangat kuat.
Dengan sedikit ragu Raya meraih dokumen
itu lalu menatap sekilas kearah Ansel yang
masih setia dengan senyum manisnya.Raya
membuka berkas yang ada di dalamnya.
Membaca dan meneliti nya secara detail.
Matanya tampak melebar tidak percaya
setelah dia selesai membaca seluruh isi
dari surat perjanjian itu yang menyatakan
bahwa, untuk menjaga kemungkinan akan
adanya kehamilan yang terjadi pada Raya
akibat insiden malam itu, maka..
Pihak pertama ( Tuan De Enzo)
Akan menikahi pihak kedua ( Nona Raya)
1.Selama 3 bulan ke depan untuk memastikan
ada tidak nya kehamilan. Kalau hasilnya negatif,
maka setelah 3 bulan pihak kedua di bebaskan.
2 .Kalau terjadi kehamilan maka pernikahan
akan terjadi sampai bayi nya lahir. Setelah itu
pihak kedua akan di bebaskan. Dan bayi nya
jadi milik pihak pertama.
"Apa-apaan ini.? Perjanjian macam apa ini.
Sangat menggelikan.!"
Raya melempar dokumen itu ke atas meja
dengan wajah yang terlihat memerah menahan
serbuan emosi yang langsung saja naik. Ansel menatap tenang wajah cantik Raya dengan
senyum yang tidak pernah pudar dari bibir nya.
"Anda tidak punya pilihan lain Nona. Kalau
anda menolak maka kesejahteraan keluarga
anda jadi taruhan nya.!"
Ansel kembali meletakkan dokumen lain di
hadapan Raya yang semakin di kuasai oleh
kemarahan serta rasa tidak terima.
"Itu adalah dokumen pengalihan seluruh
aset yang di miliki oleh ayah anda. Sekarang
semua itu sudah atas nama Tuan Kami.!"
"Apa..?? Sebenarnya siapa Tuan kalian itu.
Kenapa dia bisa seenaknya membuatku
berada pada posisi ini.!"
"Anda akan tahu sendiri nanti.!"
"Maaf, aku tidak bisa menerima semua ini.
Ini adalah kejahatan, pemerasan yang tidak
bisa di tolerir, aku akan melaporkan Tuan
kalian itu.!!"
Raya benar-benar habis kesabaran. Dia berdiri
dengan kasar, lalu melangkah kearah pintu.
"Anda tidak akan kemana-mana Nona. Mulai
saat ini anda akan menempati apartemen ini
untuk sementara sampai pernikahan kalian
di langsungkan.!"
Raya menghentikan langkahnya. Dia berbalik,
menatap tajam wajah tampan Ansel yang kini
berdiri, keduanya saling menatap kuat.
"Maaf Tuan Ansel, tapi aku tidak suka di atur.
Aku adalah manusia bebas. Kalian tidak bisa
seenaknya mengatur hidupku.!"
"Kami sudah menempatkan penjaga di luar.
Jadi tidak ada kesempatan bagi anda untuk
lari dari tempat ini. Ingat, Tuan kami adalah
orang yang bisa melakukan apapun yang di
inginkan nya, tanpa terkecuali.!!"
Tegas Ansel sambil kemudian melangkah ke
hadapan Raya. Kini mereka sudah berdiri
berhadapan dalam jarak cukup dekat. Dan
Ansel semakin mengagumi keindahan rupa
wanita yang ada di hadapannya ini.
Raya memalingkan wajahnya sambil berdecak
kesal dengan apa yang harus di hadapinya
saat ini. Kenapa semua nya jadi begini sih.?
"Kalau begitu biarkan aku pulang dulu untuk
mengambil barang-barang ku.!"
"Itu tidak di perlukan, semua hal yang anda
butuhkan sudah ada di tempat ini. Saya akan
menunjukkan kamar anda. Silahkan..!
Ansel merentangkan tangan membimbing
Raya yang masih berdiri mematung. Namun
akhirnya mau tidak mau Raya melangkah
juga sesuai dengan arahan Ansel.
Raya tampak bengong begitu dia sampai
di dalam kamar yang di tunjukan Ansel.
"Ini adalah kamar pribadi anda. Akan ada ART
yang datang setiap hari sesuai jam kerja. Dan
kami juga menyediakan seorang supir pribadi
khusus yang akan menemani kemanapun
anda pergi.!"
Ansel memberi penjelasan pada Raya yang
terlihat masih berdiri mematung melihat apa
yang ada di ruangan super besar nan mewah
itu. Hatinya kini semakin merasa tidak enak
dan ada banyak ketakutan serta kecurigaan
yang memenuhi otaknya.
"Semua pakaian dan keperluan pribadi anda
ada di dalam ruangan itu. Istirahatlah, saya
harus pergi melaporkan semua ini pada Tuan."
Ansel membungkuk, lalu bersitatap sebentar
dengan Raya yang hanya bisa terdiam. Tidak
lama pria elegan itu pergi dari hadapan Raya
yang kini mendudukkan dirinya di atas sofa.
Dia merebahkan tubuhnya ke sandaran sofa,
mencoba untuk memahami dan meyakini apa
yang terjadi sekarang, bahwa semua ini bukan
sebuah mimpi belaka.
***
Malam mulai merayap saat Raya baru saja
selesai menjalankan ibadah sholat isya.
Cukup lama dia berdoa dan mencurahkan
segala keluh kesah nya, mengadu kepada
Tuhan atas segala hal yang terjadi pada nya
saat ini. Dia juga memohon ampunan karena
telah melalaikan kewajibannya beberapa
hari terakhir ini.
Raya merapihkan kembali semua peralatan
ibadahnya dan menyimpan nya di atas meja
kerja yang ada di sudut ruangan. Ketakutan
kini mulai menghinggapi perasaan nya saat
menyadari dirinya sekarang hanya tinggal
sendiri di tempat ini walaupun ada penjaga
di luar sana. Dan perutnya sekarang minta
di isi, sejak pagi dia memang belum makan
apapun karena semua masalah yang harus
di hadapinya.
Raya memberanikan diri untuk keluar dari
kamarnya. Saat ini dia mengenakkan gaun
tidur terusan warna pink berbahan sutra
dengan model dan ukuran yang sangat
cocok membalut tubuh indahnya. Dengan
menahan rasa takut dia turun ke lantai
bawah untuk melihat apakah ada sesuatu
yang bisa di makan atau di masaknya.
Tiba di dapur Raya segera mengecek lemari
pendingin, namun ternyata tidak ada apa-apa
di dalam nya. Dia membuka semua lemari
dan laci yang ada di ruangan dapur super
canggih itu.
"Huuh... tidak ada apa-apa di sini.!"
Keluh Raya sambil mendudukkan dirinya di
atas kursi. Perutnya kembali berbunyi dan
rasanya dia sudah benar-benar kelaparan.
Raya tersentak kaget saat melihat ada satu
bayangan yang terpantul di dinding. Dia
segera berdiri dan membalikkan badan.
Matanya menatap terkejut kearah Aaron
yang tiba-tiba saja sudah ada di sana,
sedang berdiri tenang dengan menenteng
plastik putih besar di tangannya.
"Kau.. bagaimana bisa masuk kesini.?"
Aaron melangkah ke dekat Raya yang sontak
mundur dengan tatapan waspada. Pria itu
mengernyitkan alisnya melihat reaksi Raya
yang masih saja ketakutan saat berhadapan
dengan nya. Tidak ! ini tidak bisa di biarkan.
Wanita itu tidak boleh terus memelihara
trauma nya, karena itu akan mengganggu
kestabilan jiwa dan mental nya.
"Aku belum makan.!"
Ujar Aaron sambil meletakkan barang yang
di bawanya di atas meja. Wajah Raya sedikit
bereaksi, geli campur geram saat mendengar
ucapan laki-laki jahat itu.
Memang nya Kau pikir aku sudah makan.?
Dasar menggelikan!
"Kenapa kau mengurung ku di sini tanpa
menyiapkan apapun di sana !!"
Kesal Raya sambil melirik sekilas kearah
lemari pendingin. Aaron mendekat, Raya
mundur dengan tatapan semakin waspada.
"Mulai besok semua akan tersedia.!"
"Tapi aku lapar sekarang.! Apa kau pikir
hanya dirimu saja yang belum makan.?"
Ketus Raya masih mundur hingga kini
tubuh nya membentur dinding kitchen sink.
Ada reaksi aneh di wajah tampan Aaron.
Dia semakin maju mendekat kearah Raya.
"Ma-mau apa kamu.? Berhenti.! jangan maju,
jangan mendekat.!"
Raya mulai panik, dia memekik kuat saat
Aaron mengurungnya, meletakkan tangan
di kedua sisi tubuh Raya. Wajah mereka kini
semakin dekat, tubuh Raya mulai tegang,
gemetar, di serang ketakutan dan bayangan
kejadian kemarin. Aaron harus membawa
wanita ini pada kenormalan nya kembali.
"Aku akan melakukan apapun yang aku mau,
dan kau tidak punya kesempatan untuk lari
ataupun menolaknya.!"
Aaron berbicara di telinga Raya yang sontak
memejamkan matanya dengan tubuh bergetar
hebat. Mata Aaron menatap kuat wajah Raya
yang kini ada di depannya, begitu dekat tanpa
batas. Wajah yang begitu sempurna di setiap
detailnya. Kembali, ada desiran aneh yang kini
mengaliri setiap tetesan darah di tubuh pria itu.
Aaron menelan salivanya berat saat bibir merah
alami Raya berada tepat di depannya, bibir yang
masih terasa bagaimana manis dan lembut nya,
dan dia belum pernah merasakan nikmatnya
bibir wanita lain melebihi manis dan nikmatnya
bibir ranum wanita ini. Bibir ini memiliki candu.
"Jangan menyentuh ku.! Aku mohon..!"
Raya berucap dengan suara yang sangat pelan
sedikit bergetar. Dia tidak sanggup mendorong ataupun keluar dari kurungan laki-laki itu, karena
tubuh nya saat ini sudah lemas duluan.
"Siapkan makan malam.!"
Desis Aaron dengan suara berat berusaha
untuk mengalihkan segala desakan keinginan
liarnya. Raya membuka mata, mereka saling
menatap kuat.
"Kau pikir aku pelayan mu.? siapkan saja
sendiri.!"
Ketus Raya sambil kemudian menekan dada
Aaron berusaha untuk keluar dari kurungan
nya. Namun sedetik kemudian tiba-tiba saja
lampu padam membuat Raya menjerit keras
ketakutan, reflek menubrukan wajahnya ke
dada bidang Aaron, tangannya mencengkram
kuat pinggiran jas yang di kenakkan oleh pria
itu. Tubuhnya kini bergetar hebat di serang
kepanikan dan ketakutan...
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
andi hastutty
semua masalah dicurhatkan ma sang penciptanya bagus sekali 😘
2023-10-12
0
Sonia pramita
hai Thor aq mampir ya 😁😁😁
2023-05-02
0
Wirda Wati
kerennn
2022-12-19
0