❤️❤️❤️
Sementara itu...
Aaron menelusuri jalanan ibukota mencoba
mencari jejak gadis asing itu, bahkan dia belum
tahu namanya sama sekali. Benar-benar gila.!!
Dia sudah merusak masa depan seorang gadis
yang bahkan tidak di kenalnya sama sekali.
Hari semakin beranjak siang, tapi Aaron belum
menemukan jejak gadis itu. Dia terlihat sedikit
frustasi, memukul kuat setir mobilnya. Aaron
menghentikan mobilnya mencoba berpikir
jernih dan mengendalikan emosinya. Sampai
akhirnya salah seorang agen nya menelepon.
"Bagaimana..? kau sudah menemukan
identitas gadis itu..?"
"Sudah Tuan.! Dia adalah putri seorang
pengusaha yang telah di jualnya pada ketua
Black Hunter. !"
"Apa yang terjadi.?"
"Ayahnya memiliki banyak hutang pada Ketua
Black Hunter dan mendapat ancaman darinya. !"
"Lacak ke tempat orang tuanya berada.!"
"Anggota yang lain sudah kesana Tuan, tapi
dia tidak ada disana.! Kelihatan nya pergi ke
tempat lain, kami akan mencoba melacak
semua koneksi dan teman-temannya.!"
''Hemm..lakukan dengan baik.!"
"Baik Tuan..!"
Aaron menutup telepon, mencoba menghela
napas. Dia merebahkan kepalanya ke sandaran
jok. Matanya terpejam rapat, bayangan wajah
Mayra terus saja bermain di dalam pikirannya.
Ini adalah sesuatu yang sangat aneh baginya. Bagaimana bisa dalam keadaan seperti ini dia
masih saja mengingatnya. Bagaimana bisa dia
begitu tergila-gila pada seorang wanita yang
jelas-jelas sudah menjadi milik sahabatnya.
"Aarrghh..!!"
Aaron semakin frustasi, dia meremas kepalanya
dan mengusap kasar wajahnya. Setelah sedikit
tenang, dia kembali meluncurkan mobilnya.
Dia harus mengakhiri semua kemelut dalam
pikirannya ini. Dia tidak boleh larut dan terus
terperosok pada jeratan perasaan yang sudah
jelas tidak akan pernah bersambut. Wanita itu
sudah bahagia sekarang. Dia sudah bisa tenang
dengan kehidupan nya kini karena orang-orang
yang menggangu ketentraman nya sudah dia
singkirkan semua. Seharusnya saat ini dirinya
ikut bahagia dan merasa lebih tenang.
Aaron memutuskan untuk datang ke rumah
sakit tempat Mayra dan Dirga di rawat. Dia
langsung menuju ruang NICU dimana putra
sahabatnya itu berada. Benar saja wanita itu
ada di sana, sedang menatap haru ke dalam
ruang perawatan bayi, memandang lekat bayi
mungil yang sedang meringkuk tenang dalam
tabung inkubator.
Perlahan Aaron mendekat kearah Mayra, ikut
menatap bayi mungil di dalam sana.
"Dia sangat tampan..!"
Aaron berucap dengan tatapan tetap lurus
pada bayi mungil di depannya. Mayra melirik
dengan cepat. Matanya terlihat menatap terkejut
pada sosok tinggi tampan yang sedang berdiri
menatap lurus kearah bayi mungil nya.
"A-Aaron..."
Mayra berucap lirih masih menatap Aaron
dengan sorot mata tak percaya laki-laki itu
ada di sini. Aaron melirik, keduanya saling
pandang kuat. Tatapan penuh cinta yang
terpancar dari mata Aaron dan tidak dapat
di sembunyikannya membuat Mayra dengan
cepat memalingkan mukanya.
"Kau..masih ada disini..?"
"Kenapa.? kamu merasa terganggu.?"
"Ahh.. tidak, bukan begitu. "
Mayra dengan cepat menggeleng dan menunduk.
Aaron menatap tajam wajah Mayra, dia berusaha
sekuat tenaga untuk mengendalikan dirinya saat
ini. Ingin rasanya dia memeluk dan mendekap erat
wanita yang ada dihadapannya ini untuk terakhir
kalinya, tapi itu hanya sebatas keinginan saja yang
tidak mungkin terwujud.
"Selamat ! Aku bahagia putramu lahir dengan
selamat. !"
Aaron berucap sambil kembali menatap lurus
ke depan dengan wajah datarnya.
"Semua berkat dirimu.."
Suara Mayra sedikit bergetar, dia mencoba
kembali menatap Aaron yang juga sedang
menatapnya.
"Terimakasih atas semua yang sudah kamu
lakukan untuk kebahagiaan kami."
"Itu bukan apa-apa.! Aku kesini ingin melihatmu
untuk terakhir kalinya.! Berbahagialah..karena
kebahagiaan mu, sesuatu yang berharga bagiku.!"
"Kau akan pergi ?"
Mayra bertanya dengan cepat, matanya terlihat
sedikit berair, wajah Aaron terlihat kembali datar
tanpa ekspresi. Dia menarik napas panjang.
"Hemm..! Aku punya tanggung jawab besar
sekarang.! Semoga aku bisa memulai hidupku
yang baru tanpa bayang-bayang mu..!"
Ujar Aaron, mereka kembali saling pandang.
Dengan sedikit gemetar, Aaron meraih tangan
Mayra dan menciumnya perlahan dengan mata
yang terlihat berat. Mayra berdiri mematung
saat kemudian Aaron melangkah pergi dari hadapannya.
Kini perasaan Aaron terasa sedikit lega. Dia
berjanji dalam hati, tidak akan lagi muncul di kehidupan mereka. Mayra terlihat sedikit berat melepas kepergian Aaron, namun Aaron sudah bertekad tidak akan lagi mencoba masuk ke
dalam kehidupan mereka. Dia sudah tenang
sekarang. Yang harus di lakukan nya mulai
saat ini adalah melupakan perasaan nya
terhadap Mayra walau dia sadar itu akan
sangat sulit baginya karena Mayra adalah
cinta pertamanya.
Aaron kembali menelusuri jalanan mencoba
melanjutkan pencariannya terhadap gadis itu.
Ada perasaan tidak nyaman dalam hatinya.
Bayangan wajah gadis itu terus menenuhi
benaknya membuat Aaron di dera rasa
bersalah dan frustasi berat.
Dia menyambar ponsel nya begitu benda
pipih itu bergetar karena ada panggilan masuk.
"Hallo..kau sudah menemukan jejaknya.?"
"Sudah Tuan. Gadis itu masuk rumah sakit."
"Apa yang terjadi dengan nya.?"
"Sepertinya percobaan bunuh diri Tuan."
DEG !
Jantung Aaron seakan terhantam sesuatu.
Wajah nya seketika berubah mengeras, kelam.
Cengkraman tangan nya di setir mobil semakin
kuat. Dia menghentikan laju mobilnya.
"Bagaimana keadaannya sekarang.?"
"Kritis Tuan, sepertinya harapan hidupnya
sangat tipis."
Tangan Aaron semakin bergetar, buku-buku
jarinya sampai memutih karena cengkraman
yang terlalu kuat di telapak tangannya.
"Kirimkan aku alamat rumah sakit nya.!"
"Baik Tuan."
Aaron melempar ponselnya ke jok samping.
Dia memukul setir mobil berkali-kali untuk
meluapkan emosi nya. Sial ! sial ! sial ! Dia
yakin karena perbuatan bejatnya gadis itu
sampai nekad melakukan upaya pelenyapan
diri. Aaron mengacak rambutnya frustasi.
Dia benar-benar mengutuk dirinya sendiri.
Bayangan wajah gadis itu kini semakin jelas
menjelma di pelupuk matanya. Tatapannya
yang sendu, sorot matanya yang lemah penuh
dengan ketakutan sekaligus permohonan
kini terlintas nyata dalam ingatannya.
"Aarrghh..sial.!! Kenapa aku bisa lepas
kontrol semalam.?!"
Aaron membenturkan kepalanya ke stir
mobil dengan tinju terkepal sempurna.
Dia memang penjahat..! Tapi selama ini
dirinya tidak pernah melakukan kekerasan
seksual terhadap wanita. Selama ini dia
hanya berhubungan dengan wanita yang
memilki standar tinggi dengan syarat harus
membawa surat keterangan sehat dan bebas
dari segala macam penyakit. Dia tidak pernah berhubungan dengan sembarang wanita.
Tapi kenapa begitu melihat gadis itu gairah
dan hasratnya tiba-tiba saja melonjak, hingga
dia mencoba untuk melupakan keinginannya
memiliki gadis itu dengan minum-minum
dan akhirnya malah seperti ini hasilnya.
Aaron membuka kembali ponselnya, melihat
detail alamat rumah sakit tempat gadis itu
di rawat saat ini, dia kembali meluncurkan
mobilnya menuju rumah sakit tersebut.
***
Sudah beberapa jam Raya berada di ruang
operasi. Semua dokter ahli berkumpul di
ruangan itu melakukan tindakan maksimal
untuk menyelamatkan nyawa gadis itu yang
kini berada di ujung tanduk. Semua prosedur penyelamatan sudah di lakukan. Namun kondisi
nya berada di ambang kritis, sayatan pada pergelangan tangannya mencapai titik arteri
menyebabkan putusnya aliran darah. Di tambah
lagi dia terlambat mendapatkan pertolongan.
Sean dan Jessica masih setia menunggu di
depan ruang operasi dengan ekspresi wajah
yang sudah tidak terbaca. Keduanya terlihat
begitu tertekan oleh ketakutan dan kecemasan.
Sean sampai mendatangi dan memarahi
kepala rumah sakit karena para bawahannya
belum juga memberi kabar baik.
Akhirnya setelah lama menunggu pintu ruang
operasi terbuka juga. Sean langsung berdiri
dan menyerbu kearah rombongan dokter
yang baru keluar dari ruangan.
"Bagaimana keadaannya.? dia baik-baik saja
kan ? Katakan bagaimana hasilnya.?"
Sean mencengkram kerah jubah Dokter kepala
yang langsung mengangkat tangannya dengan
wajah pucat pasi. Mereka semua cukup tahu
dan mengenal siapa itu Sean Sebastian. Dia
adalah salah satu petinggi dari perusahaan
otomotif terbesar di dunia dan menjabat
sebagai direktur di kantor cabang yang ada
di negara ini.
"Tu-Tuan..tenang lah. Pasien selamat, tapi
masih harus masuk ke ruang ICU. Dia perlu penanganan lebih lanjut.."
Sean melepaskan cengkraman nya. Raut
wajahnya masih terlihat tidak puas.
"Lakukan perawatan yang terbaik untuk nya.
Aku tidak akan mengampuni kalian kalau
terjadi sesuatu padanya.!"
"Ba-baik Tuan. Kami akan memberikan semua
perawatan dan penanganan yang terbaik ."
"Apa aku bisa melihat nya sekarang.?"
"Kami akan memindahkan nya dulu Tuan."
"Baiklah..! lakukan semua nya dengan baik."
"Baik Tuan, kami permisi.!"
Para Dokter tampak menunduk di hadapan
Sean kemudian berlalu pergi dengan lutut
sedikit gemetar. Sean meremas kepalanya,
hatinya masih saja resah.
Akhirnya setelah lama menunggu mereka
bisa masuk juga ke ruangan tempat Raya
mendapat perawatan intensive. Jessica
menangis pilu melihat kondisi Raya saat
ini yang tampak menyedihkan. Beberapa
alat bantu menempel di tubuh nya. Dia
terlihat sepucat kapas tanpa rona merah
yang biasa menghiasinya. Raya seolah
enggan untuk membuka matanya lagi.
Sean duduk lemas di kursi sambil memegang
tangan kanan Raya yang luput dari aksi nekad
nya. Dia menatap redup wajah sepucat mayat
itu, hatinya perih bukan main. Wanita ini sudah
membuat dirinya kalah dalam pertaruhan hati.
Dia belum sempat menyatakan niatnya untuk
melamar wanita ini, tapi sekarang harus di
hadapkan pada kenyataan menyakitkan ini.
"Raya.. apa yang terjadi padamu.. Kenapa
kamu harus melakukan kebodohan ini.? Apa
tidak bisa membicarakan semua nya dengan
cara baik-baik.? Aku di sini ada untuk mu."
Sean berucap dengan suara yang sangat berat.
Dia menggenggam kuat tangan Raya, mencium
nya dengan penuh perasaan. Jessica semakin
deras mengeluarkan air matanya. Bagaimana
dia bisa mengatakan semuanya pada pria itu,
bahwa telah terjadi hal buruk pada sahabatnya
ini. Dia tahu Bos nya itu sangat mendambakan
Raya, walau selama ini Raya belum menerima
perasannya. Raya masih betah bertahan dengan
status jomblonya. Dan dia adalah sosok wanita
karir yang sangat konsen dengan tujuan nya.
"Aku tidak akan membiarkan apapun terjadi
padamu Raya..Aku akan melakukan apapun
untuk membuatmu tetap hidup.!"
Ucap Sean penuh dengan keyakinan. Mata
nya menatap lekat wajah cantik Raya yang
kini terlihat begitu tidak berdaya..
"Mohon maaf Tuan, Nona.. waktu kunjungan
terbatas. Kami harus melakukan pengecekan
kembali pada kondisi pasien."
Seorang Dokter dan dua orang perawat
masuk kedalam ruangan mengingatkan
mereka bahwa waktu kunjungan sudah
habis. Sean dan Jessica menarik napas
berat, mau tidak mau mereka harus keluar
dari ruangan itu.
"Kau sudah memberitahu keluarganya.?"
Sean bertanya pada Jessica begitu mereka
keluar dari ruangan.
"Sudah Mr.. Mereka sedang menuju kesini."
"Baiklah. Kau tunggu mereka di sini. Aku
harus ke kantor dulu. Beritahu aku kalau
terjadi sesuatu padanya."
"Baik Mr.."
Jessica menunduk sedikit. Sean berlalu
pergi bersama dengan asistennya yang
sudah menunggu dari tadi di luar ruangan.
***
Happy Reading....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
andi hastutty
aduh Sean blom jodohmu
2023-10-12
0
Ida Blado
cara penulisannya ini sebenernya sgt mengganggu,,,, setiap baris kalimat selalu di beri spasi,dan baanyak kalimat yg terputus
2022-11-26
0
Sofia Pontoh
Gikaa..Novel ini bagus THOR...aq bru tamat baca kemaren.. eeh skrg aq mau baca kembali...🤩🤣😁🙏🙏
2022-08-02
0