❤️❤️❤️
Sean menatap berat kearah Raya yang masih
berdiri mematung, mencoba meyakinkan
diri atas apa yang di dengarnya.
"Mulai besok kau akan menempati posisi
sebagai sekretaris pribadi Presdir."
Sean kembali menegaskan. Perlahan Raya
kembali duduk di hadapan Sean. Jessica kini
mendekatinya, berdiri di samping Raya yang
masih terdiam dalam ketidakpercayaan.
Sekertaris pribadi Presdir ? apa dia sedang
berada dalam dunia khayalan.?
"Kenapa aku harus di mutasi ke bidang lain.?
Aku tidak akan bisa menjalankan misi ini !"
"Aku sudah menjelaskan semuanya pada
beliau, tapi keputusan nya adalah mutlak.!"
Wajah Raya berubah semakin tidak nyaman.
Sekretaris pribadi Presdir.? Entah ini sebuah
keajaiban ataupun kesialan, karena setahu
dia, Presdir perusahaan ini adalah orang yang
sangat misterius, dan tidak mudah untuk di
telusuri. Tapi kenapa sekarang ini sosok itu
tiba-tiba saja ingin menampakkan diri pada
dunia luar ? Apa yang terjadi sebenarnya.?
"Aku masih bisa menolak semua ini kan.?"
"Aku akan memberimu dua pilihan.!"
Sean berucap dengan mimik yang sangat
serius. Raya dan Jessica langsung menatap
penasaran kearah Sean yang kini menghela
napas penuh keyakinan.
"Kau menerima pinangan ku, lalu menikah
denganku. Atau kau akan menerima posisi
penting ini.!"
Wajah Raya langsung berubah tertekan,
sedang wajah Sean tampak di penuhi oleh
harapan.Lain lagi dengan Jessica yang ikut
berharap Raya menerima lamaran Sean.
Bagi Raya kedua-duanya bukanlah pilihan
yang menguntungkan.
"Aku tidak bisa melepasmu Ray, kalau kau
menerima posisi ini, kau akan pergi kemana
Presdir pergi.!"
Kembali ucap Sean, kali ini wajahnya terlihat
sangat cemas. Raya menundukkan kepalanya.
Dia memang berat kalau harus menjauh dari
Sean, tapi ini adalah peluang bagus baginya
untuk menjauh dari laki-laki jahat itu. Bisakah
dia mengambil posisi ini sementara dirinya
sedang berada di bawah pengawasan nya.?
"Aku..aku belum bisa mengambil keputusan.
Ini sangat mendadak bagiku."
Lirih Raya akhirnya di tengah kekalutan nya.
Sean menatap tenang wajah Raya, harapan
nya begitu besar agar Raya menerima dirinya.
Sean benar-benar tidak peduli pada kondisi
gadis itu yang menjadi korban kekerasan.
Karena baginya perasaannya terhadap gadis
itu jauh lebih penting. Kalau Raya menolak
permintaan Presdir, maka dia akan dengan
senang hati mendeklarasikan hubungan nya
dengan Raya di depan Tuan nya itu.
"Baiklah, aku akan memberimu waktu sampai
besok pagi. Karena waktunya sangat urgent.!"
"Baiklah.. Kalau begitu aku permisi dulu."
Raya berdiri, lalu menundukan kepala sedikit
di hadapan Sean setelah itu dia membawa
Jessica melangkah keluar ruangan.
***
Pulang kerja Raya memutuskan untuk pergi
ke rumah Keluarga Atmaja terlebih dulu. Dia
ingin mengambil beberapa berkas penting
juga bertemu dengan sang adik kesayangan,
Arka. Begitu bertemu mereka berdua langsung
melepas rindu dengan saling berpelukkan.
"Apa kakak akan melaporkan kasus kemarin.?
Aku akan ikut mengantarmu.!"
Raya terdiam, wajahnya berubah sedikit muram.
Dia tahu pasti kalau Arka tidak bisa menerima
semua kejadian itu begitu saja.
"Arka, ada banyak hal yang harus di pikirkan
sebelum kita mengambil satu keputusan. Dan
kakak tidak bisa egois, hanya mementingkan
kepuasan sendiri saja."
Raya mengusap kepala Arka yang duduk di
samping nya dengan tatapan bingung.
"Apa maksud Kakak, apa Kakak akan
membiarkan penjahat itu bebas begitu saja.?"
Tatapan Arka terlihat penuh emosi, dia sudah
menyimpan kemarahan nya sejak kemarin dan
kini mengendap di jiwanya. Raya menggeleng,
dia kembali mengusap rambut adiknya itu.
"Tentu saja tidak, Kakak tidak akan pernah
membiarkan orang itu tenang dan menjalani
hidupnya tanpa beban.! Walau bagaimanapun
penjahat itu harus membayar semua yang
telah di perbuat nya.!"
Ujar Raya dengan penekanan di setiap kata-
katanya di sertai nada kebencian yang jelas
sekali terdengar dari ucapannya. Arka meraih
tangan Raya, menggenggam nya kuat.
"Kakak harus kuat, dan aku minta jangan
pernah mengulangi kebodohan itu lagi, itu
hanya akan merugikan diri kakak sendiri.!"
Raya tersenyum lembut. Dia mengacak rambut
adik semata wayangnya itu.
"Baiklah Tuan Muda, Kau dewasa terlalu cepat.
Belajarlah dengan baik dan serius.!"
Ledeknya sambil kemudian memasukkan
barang-barang bawaannya, setelah itu berdiri,
menatap ke sekeliling kamarnya.
"Apa kakak sudah benar-benar mengambil
keputusan.?"
"Sepertinya ini memang sudah menjadi jalan
hidup Kakak, semoga ini yang terbaik."
Ujar Raya sambil kemudian melangkah keluar
dari kamarnya di temani Arka yang membawa
tas bawaan Raya. Tiba di ruang keluarga dua
saudari tirinya sudah menunggu dengan
tatapan yang terlihat merendahkan.
"Syukur deh kalau kamu masih punya malu.
Kita juga tidak tidak ingin menampung gadis
korban pemerkosaan..!!"
Riri berkata pedas sambil maju ke hadapan
Raya yang berdiri santai, berusaha untuk tidak
meladeni ocehan dua saudari nya itu yang tidak
pernah membiarkan dirinya bebas begitu saja.
Arka langsung maju, tangannya terkepal kuat,
tapi Raya segera menarik nya, menatapnya
lembut memberi isyarat agar tetap tenang.
"Aku datang kesini hanya ingin mengambil
barang-barangku, jadi aku permisi sekarang.!"
"Ya sudah sana pergi.! Kita juga tidak ingin
terkena sial gara-gara kamu! Cihh..kau bisa
membawa pengaruh buruk pada keluarga ini.!"
Desis Riri sambil menekan dan mendorong
bahu Raya membuatnya mundur beberapa
langkah .
"Kak Riri, apa kamu bisa bersikap tenang
sedikit saja.? Apa kalian tidak ingat, kalau
kak Raya tidak mengorbankan dirinya demi
kita, mungkin sekarang ini kita semua hanya
tinggal nama saja !"
Arka berteriak maju ke hadapan Riri dengan
tatapan garang di telan kemarahan. Riri dan
Mila membelalakkan matanya melihat Arka
begitu gigih membela kakak satu ayahnya itu.
"Hei..bocah, jangan ikut campur kamu ya !
Itu kan dia sendiri yang mau menyerahkan
dirinya pada penjahat itu.!"
Geram Mila sambil ikutan maju ke hadapan
Arka dan Raya yang kini maju melindungi
adiknya itu.
"Kalian semua sudah kelewatan. Aku sudah
bosan melihat sikap arogan kalian ke kak
Raya.!"
Arka tetap ngotot ingin memberi pelajaran
pada kedua kakak menyebalkan nya itu.
Dia kembali maju ke hadapan Riri dan Mila.
"Sudah minggir kamu, jangan ikut campur.!
Dasar bocah tidak tahu diri, apa sih yang
kamu bela dari kakak murahan seperti dia.!"
Decak Mila sambil mendorong tubuh Arka
sampai remaja tanggung itu mundur beberapa langkah dengan wajah yang sudah memerah
tidak terima hinaan Mila pada Raya. Dua orang
pelayan yang ada di tempat itu hanya bisa
melihat perdebatan empat bersaudara itu
tanpa bisa ikut campur.
"Dan kamu, pergi dari sini, jangan pernah
lagi datang kesini, sana pergi..!!"
Mila mendorong tubuh Raya cukup keras
hingga tubuh nya hampir saja terjatuh kalau
sosok Griz tidak muncul di waktu yang tepat.
Dengan sigap wanita maskulin itu menahan
tubuh Raya, tatapan nya kini menyala kearah
Mila dan Riri yang langsung berdiri kaku di
tempat melihat aura gelap yang keluar dari
sosok tinggi tegas itu.
"Satu kali lagi kalian menyentuh kulit Nona
ku, aku pastikan kalian tidak akan melihat
matahari esok hari dengan tenang.!"
Ancam Griz dengan tatapan nyalang nya
yang langsung menciutkan nyali Riri dan
Mila. Lutut mereka kini mulai terasa lemas.
Siapa wanita menyeramkan ini.? Kenapa
tiba-tiba saja muncul dan mengatakan
kalau Raya adalah Nona nya.?
Raya menatap sebentar kearah Griz yang
masih menatapi kedua kakak beradik itu.
Sementara Arka tampak bengong terpukau
pada sosok cool Griz yang terlihat begitu
keren di matanya.
"Sudah Griz, aku tidak apa-apa kok. Kita pergi
dari sini sekarang juga. Arka..kakak pergi ya,
baik-baik di rumah.!"
Raya menepuk bahu Arka yang hanya bisa
mengangguk pelan dengan tatapan tidak
lepas dari sosok Griz. Raya melangkah pergi
di kawal oleh Griz meninggalkan semua orang
yang masih terdiam di tempat.
"Kak Raya hebat, dia memakai jasa bodyguard
sekarang, pengawalnya juga keren abis.!"
Desis Arka sambil senyum-senyum sendiri.
seraya menggaruk tengkuknya saat mengingat
bagaimana kerennya sosok Griz.
***
Di sebuah ruang VVIP restaurant termahal
yang ada di pusat kota, saat ini Aaron dan
Ansel tampak sedang duduk menikmati
makan malamnya. Ansel terlihat sangat
antusias dengan semua hidangan lokal
yang ada di restauran ini.
"Besok, setelah semuanya berjalan sesuai
rencana kau kembali terbang ke negara xx..
Sepertinya aku masih harus membereskan
sisa masalah disini sampai tuntas.!"
Aaron mengakhiri makan malam nya yang
terlihat kurang berselera. Berbeda dengan
Ansel, tampaknya pria muda dengan aura
wajah yang sangat berbeda itu sangat
menikmati makanan yang ada di depannya.
"Apa Kakak serius akan menikahi gadis itu.?"
Ansel menatap Aaron yang merebahkan
tubuh nya ke sandaran sofa, memainkan
tablet kecil tipis di tangannya.
"Aku hanya membutuhkan keturunan darinya.
Benih itu sangat berharga, tidak bisa tumbuh
di sembarang rahim !"
"Kalau kakak berubah pikiran, biarkan aku
menggantikan posisi mu menikahi gadis itu.!"
Aaron menghentikan aktifitas nya seketika.
Matanya kini bergulir pada Ansel yang saat
ini sedang menatapnya serius.
"Apa yang ada di otak kecil mu itu.? Apa kau
menyukai wanita itu.?"
Tatapan Aaron kini berubah setajam silet.
Ansel memalingkan wajahnya, kembali fokus
pada makanannya.
"Dia sangat lah istimewa. Aku belum pernah
melihat mata seindah itu. Sangat dalam dan
memiliki sihir yang begitu mematikan.! Kau
beruntung menjadi pemilik kehormatannya.!"
Aaron terdiam, namun tatapannya terlihat
semakin menusuk dan mulai mengeluarkan
kebekuan di sekitarnya.
"Hanya ada satu wanita yang memiliki mata
indah dan membius, dan itu tidak akan bisa
di kalahkan oleh wanita manapun.!"
Desis Aaron dengan tatapan mata yang kini
berubah hampa. Pikirannya kembali melayang
pada satu sosok yang sedang berusaha untuk
di lupakan nya. Namun ternyata itu sangatlah
sulit untuk di lakukannya.
"Mungkin bagimu wanita itu adalah yang paling
indah.Tapi aku adalah petualang cinta. Wanita
ini benar-benar berbeda, dia memiliki sesuatu
yang istimewa dan tidak terbantahkan.!"
Aaron kembali melirik kearah Ansel, menatap
kuat sosok adik sepupu sekaligus asisten
pribadinya itu. Pria inilah yang selama ini
menjadi sosok pengganti kedudukannya.
"Kau adalah ******** kecil. Aku tidak akan
membiarkan wanita itu tersentuh pria lain
selama dia dalam pengawasanku.! Dia harus
bebas dari pengaruh buruk manusia lain.!"
Tegas Aaron sambil meletakkan tablet nya.
Ansel mengakhiri makan malamnya.
"Kalau begitu berikan dia padaku begitu kau
membebaskan nya.!"
Kedua mata tajam pria itu kini saling beradu,
berusaha menembus kedalaman hati masing-
masing. Aaron mendengus, memukul kepala
Ansel dengan wajah yang terlihat semakin
dingin. Dia berdiri, tidak lama kemudian
melangkah pergi keluar dari ruangan itu.
Ansel hanya bisa menghembuskan nafas
berat. Meraih tas kecil berisi berbagai alat
canggih yang selalu setia menemani waktu
dan kegiatan nya yang super padat. Selama
ini dia lah yang menjalankan perusahaan
milik saudara sepupunya itu, sementara
orang nya sendiri malah asyik mengembara..
***
Happy Reading.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
andi hastutty
Ansel hahahha 🤭
2023-10-13
0
Wirda Wati
namanya aja keren maharaya...
kasihan Sean dan Ansel.🤣🤣🤣🤣
2022-12-19
0
gia gigin
Ansel dan Sean terima nasib🤣🤣🤣
2022-10-07
0