Jayden berpaling ke belakang. Sesuai ucapan Killer Bee, pasukan yang datang ini berjumlah selusin. Mereka mengenakan pakaian yang tidak akan pernah dipakai rekan-rekannya. Mereka lebih mirip gerombolan ter*ris di televisi. Kalau situasi ini bisa lebih buruk, tentu saja karena adanya pihak lain yang datang sungguhan untuk operasi rahasia mereka, Zetta Sonic. Ketika orang-orang itu mengangkat senapan, Jayden tahu tak ada saat yang lebih tepat lagi untuk beraksi sesuai gajinya.
“Lari!” Alex berseru lebih dulu.
“Tidak!”
Jayden mengambil alat mungil tadi yang digunakan untuk mengirim pesan. Dia mengusap layar. Segera saja sebuah pintu selebar dinding jatuh dari langit-langit. Pintu ini menutup memberikan perlindungan sempurna di antara pasukan tersebut dan ketiga orang lainnya. Jayden berhasil mengaktifkannya tepat ketika tembakan dimulai. Dari balik pintu tersebut, mereka bisa mendengar keributan samar di baliknya.
Alex hanya bisa melongo.
Matanya mengamati bagaimana Jayden dan alat mungilnya bekerja. Alat tersebut tak lebih tebal dari setengah milimeter. Terbuat dari bahan logam dan berkilau perak di bawah sinar lampu. Bagian atasnya merupakan layar sentuh penuh seperti kebanyakan ponsel pintar. Ketika butuh fitur lebih lengkap, dia bisa membukanya seperti ponsel lipat.
“Aku sudah mengirim pesan darurat dari tadi. Di mana back up yang kuminta?” Jayden mengomel sendiri. Tangannya mengutak atik layar sentuh ganda di dalam alat miliknya. “Sial! Mereka memakai alat pengacak sinyal.”
“Apa pintu ini bisa diandalkan?” Alex bertanya sambil menelan ludah. Pertarungan jarak dekat dan aksi tembak-tembakan hanya sekadar mimpinya hingga hari ini.
“Tergantung tembakan seperti apa yang mereka gunakan.”
Jayden menghampiri rekannya. “Cait! Caitlin! Bangun!” Tangannya mengguncang si gadis berambut coklat. Gadis itu bergeming. “Hei, bangun!”
Alex mengambil ponselnya sendiri. Dia berusaha melihat ke balik pintu menggunakan kamera yang tadi dia retas. “Sepertinya mereka punya senapan yang lebih besar, Jayden. Mungkin bukan bazooka, tapi kupikir kita harus keluar dari sini!” balas Alex.
“Kamu yang perlu keluar dari sini!” Jayden balas membentak sambil menuding. “Kamu seharusnya tidak ada di sini. Aku? Aku pelindung tempat ini. Tidak akan kubiarkan mereka merebut Zetta Sonic dari kami.”
“Apa sesungguhnya Zetta Sonic--”
“Bukan urusanmu!” bentak Jayden.
Alex terdiam sesaat. Dia tak ingat kapan terakhir kali seseorang membentak dirinya, tapi Jayden jelas yang paling seram. Setelah beberapa detik tertegun, Alex tahu dia harus dan bisa melakukan sesuatu. “Kamu butuh bantuanku.”
“Kamu bercanda?!”
“Hei, aku merobohkan dua temanmu. Kamu sendirian. Kita harus bekerja sama kalau memang mau mereka pergi.”
“Kalau boleh jujur, aku juga mau kamu pergi dari sini!” Jayden menggertakkan gigi. Itu jelas bukan opsi terbaik yang bisa dia pikirkan tapi jelas satu-satunya opsi yang paling tersedia sekarang. “Aku bahkan tidak tahu siapa kamu. Kamu bisa saja mengatur ini semua untuk mendapatkan Zetta Sonic.”
“Aku enggak mungkin merebut sesuatu yang baru kutahu hari ini.” Alex mendesah. “Dengar, namaku Alex. Aku ke sini untuk mencari tahu Mark Hill bukan Zetta Sonic.”
Tepat setelah Alex bicara, mereka mendengar ledakan besar di balik pintu. Jayden telah mengenakan kembali kacamatanya. Dia bisa melihat kalau pasukan tersebut memang tengah menembak dengan senapan yang lebih besar. Pelurunya mengenai pintu, membuat ledakan dan guncangan hebat. Tinggal masalah waktu sampai pintu tersebut hancur.
Jayden menyeret Caitlin agak ke kiri. Di sana, dia membuka pintu geser menuju lemari sapu. Didorongnya Caitlin masuk ke dalam.
“Dia akan membunuhku saat bangun nanti. Tunggu! Tidak, tidak. Dia harus mengantre giliran dengan Nadira dan Tiger.”
Alex mengernyit. “Ngomong-ngomong, kalian polisi sungguhan, ‘kan?”
“Apa?! ICPA bukan polisi. Mirip, tapi bukan,” Jayden memicingkan mata padanya.
Merasa salah bicara, Alex buru-buru mengganti topik. “Sekarang bagaimana cara kita keluar dari sini? Hanya ada satu jalan masuk dan keluar, ‘kan?”
“Kamu sepertinya sudah cukup mengenal fasilitas ini, eh?” Jayden mendekatkan gelang putihnya ke wajah. Dengan beberapa sentuhan di permukaannya yang mulus, muncul layar hologram yang terproyeksi ke udara. “Orang-orang ini jelas menginginkan Zetta Sonic. Akan kuaktifkan sistem perlindungan ganda. Setidaknya, dia akan aman.”
“Bagaimana dengan kita?”
“Kita akan mengalihkan perhatian orang-orang itu!”
“Lalu? Kamu akan membunuh mereka?”
“Tidak, jenius! Kita harus menangkap mereka semua. Apa kamu selalu membunuh untuk menyelesaikan masalah?”
“Tidak! Aku tidak pernah dan tidak akan membunuh!”
“Kamu tidak terdengar seperti kriminal!”
“Memang bukan!” Alex memutar bola matanya. “Sekarang apa rencanamu?”
“Kita kalah jumlah. Tidak mungkin menghadapi mereka secara fisik.”
“Apa kalian tidak punya jebakan atau semacamnya?”
Jayden berpikir sebentar. “Kita bisa membuatnya.”
“Apa maksudmu membuatnya?”
Kali ini, suara keras terdengar lagi. Bukan hanya suara ledakan melainkan suara barang hancur dan terlempar. Mereka tak perlu melihat untuk tahu apa yang terjadi. Jayden bisa saja menurunkan pintu yang lain, namun sekarang mereka perlu menarik orang-orang itu dari jalan utama. Caranya cukup sederhana, tembak saja.
Jayden melepaskan beberapa tembakan ke lantai. Alex memilih menghemat pelurunya. Sebenarnya, cara itu cukup berbahaya mengingat kalau lawan mereka menang secara jumlah dan besarnya senjata.
“Ke sini!” Jayden berlari secepat mungkin.
Alex mengikuti di belakang. Dia menyempatkan diri mengganti pakaiannya menjadi warna putih lewat gelang yang dia pakai. Warna yang sama dengan sekitar membuatnya lebih sulit dikenali, itu idenya.
Jayden membawa mereka ke sebuah area luas. Area ini punya satu sisi dinding berupa kaca. Alex tahu kalau mereka persis ada di sisi bendungan. Di balik kaca tebal itu, ada air dalam jumlah besar. Mendadak, Alex tahu apa rencana Jayden. Brilian dan sangat berbahaya.
“Kamu yakin soal ini?” seru Alex.
“Tentu. Sekarang pakai ini dan lindungi aku. Dinding ini dikunci manual.” Jayden memberikan gelang putihnya pada Alex dan menunjuk sebuah tombol samar. Sementara itu, dirinya berlari ke pojok dekat dinding kaca.
Alex menurut tanpa berani bertanya. Pasukan di hadapannya berhenti dan melepas tembakan. Alex merasakan napasnya tertahan ketika deretan peluru meluncur. Tepat saat itulah, gelang di tangannya membuat pelindung hijau transparan tapi solid. Semua peluru yang mengenainya pun terpental menjauh.
“Perisai plasma?” tebak Alex.
Berikutnya Alex melihat pintu lorong tempat mereka berlari tadi kini tertutup. Begitu pula pintu di sisi lain. Tersisa satu pintu saja di sisi kanan.
“Ayo!” sahut Jayden.
Alex melihat sebuah pintu besar tengah turun dari langit-langit di sisi kanan. Jayden melewatinya sambil menunduk, Alex terpaksa berguling agar sempat masuk pula. Begitu pintu ini tertutup, Jayden membuka pintu lain. Ralat, dinding. Persis seperti dugaan Alex, dinding kaca penahan air terbuka. Alex menyaksikannya dengan mata kepala sendiri karena pintu yang tertutup barusan separuhnya juga terbuat dari kaca.
Galonan air menghempaskan gerombolan tersebut ke dinding. Orang-orang itu meronta mencari udara. Napas Alex ikut tertahan. Dia tahu kalau mereka bisa saja tewas tenggelam. Selain itu, dia juga menyadari kalau ada yang ganjil dari gerombolan tersebut.
“Sekarang, posisi terbalik.” Jayden merebut kembali gelangnya dan menodongkan pistolnya pada Alex. “Angkat tanganmu dan jangan coba berbuat aneh-aneh, Killer Bee! Aku beda denganmu. Aku enggak akan ragu menembak.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 306 Episodes
Comments
Kerta Wijaya
🤟🤟
2022-08-10
0
Rikko Nur Bakti
lanjoet
2022-04-25
1
🍭ͪ ͩ𝕸y💞🅰️nnyᥫ᭡🍁❣️
next
2021-05-31
1