Bagi mereka yang bertugas di operasi rahasia Zetta Sonic, semua akan lebih sederhana bila Alex mati. Jauh. Lebih. Sederhana. Membuat surat kematian, memalsukan berita dan alasan kematian, menutupi semua hal akan lebih mudah daripada seandainya Alex bertahan hidup. Profesor Otto sadar benar akan hal ini.
Di sisi lain, operasi ini sendiri sudah memakan biaya besar dan berlangsung cukup lama. Tidak sampai satu tahun, memang. Profesor Otto dan Caitlin dulu melakukan penelitian mereka di laboratorium rahasia ICPA cabang Sinde. Baru pada awal tahu inilah, Nadira membuatkan mereka fasilitas khusus lalu menempatkan personel khusus pula. Setiap orang dicekoki betapa rahasianya operasi yang sedang mereka lakukan saat ini. Beritanya tak boleh bocor keluar.
Kenyataannya, berita itu kini tersebar entah ke mana dan oleh siapa.
Nadira tak berhenti membuat wajah cemberut sepanjang perjalanan menuju ruangan Alex. Dia masih sempat mengecek beberapa kerusakan sebelum ke ruang tersebut. Akhirnya pimpinan Sinde ini tiba di sana beberapa saat setelah Caitlin.
“Laporan?” tanyanya tak ramah.
Dokter Vanessa menjelaskan bagaimana lemahnya kondisi Alex saat ini juga kemungkinannya bertahan. Profesor Otto bergeming di samping kapsul kaca dengan dahi berkerut. Caitlin malas berada di sana. Dia sendiri kesal karena membiarkan dirinya dikalahkan Alex begitu saja dan malah terbangun di lemari sapu.
Saat pemikirannya melayang tak menentu, sambungan komunikasi terdengar dari sisi lain ruangan. Nadira memang memasang alat jaringan komunikasi yang bisa terhubung dari setiap ruangan.
Dokter Vanessa berpaling ke arah sisi gelap ruangan di mana lampu biru berkedip. Dia mendesah pelan sembari membuka jaringan komunikasi. “Dari ruang pengobatan. Jangan bilang kalau Jayden kesakitan atau apa.”
Jaringan komunikasi terbuka setelah jemari ramping sang dokter mengusap layar tablet PC. Sebuah layar hologram melayang di udara, menunjukkan rupa Jayden yang berantakan dan agak pucat. Layar itu sesungguhnya cukup jauh dari mereka, namun tak seorang pun berniat mendekat. Gambar dan suara Jayden seharusnya cukup jelas dari posisi mereka yang ada di tengah ruangan saat ini.
“Hai, Jayden. Ada yang bisa kulakukan untukmu?” Dokter Vanessa bertanya lembut sekalipun dirinya berharap agar tidak perlu meninggalkan ruangan Alex saat itu.
Sebelum Jayden sempat menjawab, Nadira sudah menyahut duluan. “Aku tidak memanggilmu!”
Itulah tantangan tersendiri punya atasan tak ramah. Kalau Jayden tidak memberi tahu Nadira perihal identitas Alex, wanita itu pasti marah besar. Kalau Jayden memberikan informasi itu secepatnya pun, dirinya akan tetap kena sembur. Pilihan mana pun akan membuatnya diomeli. Mengingat kekacauan yang sudah dia buat, Jayden memilih menyerahkan beban pada Nadira. Dia pimpinan mereka. Dialah yang seharusnya membuat keputusan setelah tahu siapa korban Dragon Blood.
Segera sesudah mendengar nama Marcus Anthony Hill disebut, keheningan memenuhi ruangan. Tak perlu waktu lama, keheningan ini berubah jadi serbuan tatapan pada si pimpinan. Nadira menekuk wajah keriputnya. Jemarinya bertautan di bawah dagu, seolah ingin berdoa tapi bukan. Dia sedang berpikir.
“Apa kamu yakin?” Nadira bertanya seolah ingin mencemooh informasi penting Jayden.
[Positif.] Ini bukan pertama kalinya Jayden diragukan hari ini.
“Jadi, Mark berusaha merebut Zetta Sonic dariku sampai mengirim anaknya sendiri ke medan tempur? Benar-benar menjijikkan!”
[Sebenarnya aku tidak yakin soal itu.]
“Jelaskan, Jayden! Aku sedang tidak ingin main tebak-tebakan denganmu.” Nadira memang tidak pernah ingin main tebak-tebakan. Dia menuntut penjelasan cepat dan runtut supaya bisa segera mengambil keputusan yang diperlukan.
[Begini, awalnya aku mendeteksi adanya kebocoran data di ICPA cabang Regis.]
“Kamu bilang itu Killer Bee!”
[Ya, itu memang Killer Bee. Justru itu masalahnya.] Jayden bisa melihat bagaimana Nadira siap menyemburkan amarah, jadi dia buru-buru melanjutkan. [Dia mengintip data mereka tanpa mengambilnya sama sekali.]
“Terserah! Itu tetap saja pencurian data! Intinya, dia ke sini karena kamu sok pahlawan! Itu urusan ICPA cabang Regis bukan kita! Kalau kamu tidak mengirimkan virus pada pencuri data mereka, anak ini tidak akan ada di sini, Jayden! ”
Jayden menarik napas dalam-dalam. [Aku tidak berusaha sok pahlawan. Aku hanya menjalankan tugasku sebagai salah satu anggota ICPA.]
“Lupakan soal ICPA! Aku sudah memindahkanmu ke operasi khusus ini!”
Jayden sangat tergoda untuk melanjutkan debat karena bagaimana pun operasi Zetta Sonic ini merupakan bagian dari ICPA. Demi mengurangi sakit hati dan rasa lelah, Jayden memilih diam lebih dulu.
Nadira masih berteriak-teriak. “Sekalipun kamu bisa melihat semua yang terjadi dalam sistem ICPA, aku tidak pernah menyuruhmu untuk membantu cabang mana pun, Jayden. Itu masalah mereka. Dalam hal ini, itu masalah cabang Regis bukan cabang Sinde apalagi tim khusus ini! Aksimu membuat Zetta Sonic mencuat keluar!”
Mendadak, alat di dekat mereka mendengung keras disertai alarm pelan. Berbarengan dengan itu, Alex di dalam kapsul mulai meronta. Tubuhnya terikat pengaman dan matanya terpejam erat, masih dalam kondisi tak sadar. Meski demikian, guncangan yang dia timbulkan cukup kuat. Begitu kuat sampai kapsul tempatnya berbaring ikut berguncang.
Tak seorang pun berani mendekat kecuali si dokter. Vanessa bisa melihat bagaimana tubuh Alex kejang. Sebenarnya, istilah kejang kurang cocok di sini. Tubuh Alex seolah ingin memberontak lepas dari pengikatnya. Sesuatu dalam diri Alex memberikan cukup banyak energi untuk bergerak tanpa henti.
Vanessa buru-buru memeriksa kondisi Alex melalui panel-panel yang terpasang di sekeliling kapsul. Detak jantungnya masih sama, begitu pula tekanan darah dan indikator lainnya. Mulai resah, Vanessa kini memastikan kalau pengamannya masih terpasang. Buatnya, Alex nampak seperti manusia yang sedang berubah jadi zombie.
Caitlin melirik si profesor. “Apa ini normal, prof?”
Profesor Otto bergeming di tempat. “Kita tidak tahu apa yang normal dalam kondisi semacam ini, Cait. Lebih baik, kita berdoa supaya dia tidak meledak.”
Jayden yang tidak ada di sana ikut menanti dengan was-was.
Untuk beberapa saat selanjutnya, hanya ada suara dengung dan guncangan kapsul. Keanehan itu hanya berlangsung selama beberapa menit, tapi rasanya seperti berjam-jam. Keheningan kembali dengan kondisi berbeda.
Caitlin merengut, jantungnya berdegup tak karuan. Profesor Otto mengambil kursi untuk duduk, lututnya menyerah kalau harus berdiri lama sambil mendengarkan pimpinan mereka marah-marah atau melihat kondisi Alex yang tak menentu. Satu-satunya yang berani bicara justru sang dokter.
“Baiklah, itu tadi cukup mengejutkan,” ujarnya lirih. Kemudian, dia berpaling pada Jayden, “Sampai di mana kita tadi?”
“Cukup! Kalian urus anak ini. Aku perlu waktu untuk berpikir.” Nadira menoleh pada Henrietta, sebuah isyarat agar keluar dari ruangan tersebut.
[Tunggu! Dengarkan aku dulu!] Jayden memohon kali ini. [Coba pikir baik-baik. Alex tidak perlu mencuri data dari cabang Regis kalau dia memang ada di pihak Regis.]
Ucapan Jayden membuat orang di dalam ruangan itu saling lempar pandang.
“Baik, pemikiran itu cukup masuk akal, Jayden.” Suara Nadira agak melembut kali ini. “Sepertinya Alex mencuri data dari ayahnya sendiri tanpa tahu kalau Marc Hill adalah pemimpin ICPA cabang Regis.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 306 Episodes
Comments
Kerta Wijaya
🤟
2022-08-11
0
Rikko Nur Bakti
ooooo....begitu,....
2022-04-25
1
anggita
🐝👍👍
2022-01-30
1