“Perubahan rencana! Mundur!” Suara Jayden kali ini terdengar seperti sentakan.
[Apa!? Kenapa? Apa yang terjadi?] Caitlin terdengar gusar di speaker. [Bukannya kamu bilang dia sedang ke sini?]
“Ya, sebenarnya anak itu sudah menemukan tuas dan Tiger sedang ke arahnya. Kupikir tidak akan ada masalah. Tapi, dia baru saja menjatuhkan Tiger.”
[Apa maksudmu menjatuhkan? Tidak ada yang bisa mengalahkan Tiger dalam pertarungan tangan kosong. Dia sebuas namanya. Tiger itu mantan petarung bebas tingkat internasional. Tunggu! Jangan bilang kalau dia menembak Tiger!]
“Tidak. Anak itu hanya membuatnya pingsan. Seharusnya begitu.”
[Lalu? Aku masih bisa membereskannya.]
“Jangan, Cait! Mundur! Killer Bee juga berhasil mengambil ponsel Tiger. Kamu tahu apa artinya? Dia tahu ada yang disembunyikan di sini. Lebih buruk lagi, dia menggunakan kode Tiger untuk mengakses sistem keamananku.”
[Kamu seharusnya bilang lebih awal!] Suara Caitlin agar bergetar karena sedang berlari.
“Maaf. Aku butuh waktu untuk menyalakan kembali semuanya.”
[Menyalakan?]
“Dia sempat mengambil alih sistemku. Mematikan beberapa fitur termasuk sensor panas dan menyalakan ulang semua kamera. Intinya, sekarang aku kehilangan dia.”
[Bagaimana bisa?]
“Semacam virus. Sejenis itulah. Beri aku waktu beberapa menit untuk membereskan kekacauan di sini. Sementara itu, kamu bisa cari dia kalau mau. Jangan terlalu dekat, dia lebih berbahaya dari dugaan kita. Sesuai namanya. Lebah pembunuh. Kecil tapi mematikan.”
[Kita? Sejak awal Nadira minta kamu menyingkirkannya tapi kamu malah mengundangnya ke sini.]
“Oke, baiklah. Aku terlalu meremehkannya. Tapi, kali ini aku sungguhan. Jaga jarakmu darinya. Kita tidak tahu trik apa lagi yang dia miliki.”
[Ya, ya, ya. Terima kasih untuk peringatanmu yang tak berguna, J!]
“Hanya itu yang bisa kudapatkan sekarang!” Jayden membiarkan jalur komunikasinya dengan Caitlin terbuka. Tangannya sibuk mengetik. Sesibuk itu pula matanya mengawasi layar besar. Seharusnya kamera menampilkan setiap sudut tempat tersebut. Nyatanya, saat ini dia tak bisa menemukan sosok asing selain teman-temannya sendiri.
Tiger tergeletak di lantai atas. Caitlin ada di lantai pertama bawah tanah, bersembunyi di persimpangan, menanti kedatangan Killer Bee. Sementara itu, dua anggota senior mereka sedang keluar mencari makan siang. Nadira sedang tidak berkunjung. Dirinya terjebak di ruang komputer, penjara sekaligus tempat perlindungannya.
“Sial! Di mana dia? Bagaimana dia bisa menghilang begitu saja? Dia bukan hantu!”
[Kamu masih ingat kisah yang diceritakan Tiger saat kita pertama kali kemari?] Caitlin terdengar pelan, seolah berbisik karena tak mau kedengaran.
“Itu karangannya!” Jayden mencibir. “Tidak ada pembunuhan di waduk ini. Tidak ada mayat yang dimasukkan ke dalam dinding. Tidak ada kutukan, mayat hidup, apalagi hantu. Lagipula, perlukah kita membahas itu di saat seperti ini? Aku perlu mencari dia sebelum Nadira kembali. Kalau tidak, Nadira yang akan membunuhku!”
[Kalau begitu, apa kamu melihat sesuatu di persimpangan dekatku?]
Jayden berhenti sebentar. Matanya memperbesar beberapa layar. Mereka menunjukkan posisi berbeda menuju persimpangan tempat Caitlin tengah bergeming sambil memeluk shotgun. “Aku tidak yakin apa maksudmu.”
[Coba kamera 12.] Caitlin masih berbisik.
Kamera 12 diposisikan dekat pintu masuk X-01 menghadap ke arah persimpangan. Tidak ada apa pun di sana selain lorong kosong. “Aku tidak melihat apa pun. Kamu menyembunyikan dirimu dengan baik. Killer Bee tidak akan tahu kalau kamu di sana. Apa kamu mau mundur mencari tempat persembunyian lain?
[Begini, J. Aku punya berita baik dan berita buruk.]
“Aku mau dengar berita baik tanpa berita buruk.”
[Kamu terlalu banyak meminta. Kamu tahu apa yang kulihat saat ini? Aku melihat sosok anak kecil berpakaian hijau terang sedang berjalan medekat.]
Jayden menggeleng. Kalau Caitlin benar seharusnya sosok hijau itu tampak di layar. Kenyataannya, tidak ada apa pun di sana. Lorong kosong, cuma itu. “Cait, kamu yakin dengan apa yang kamu lihat? Tolong konfirmasi ulang.”
[Confirmed!]
“Mundur--”
[Tidak! Akan kuhadapi dia!]
“Cait!”
Saat itulah Jayden merasakan kengerian merayapi punggung dan lehernya. Kamera tersebut menunjukkan Caitlin tengah bergulat dengan sosok tak terlihat. Si gadis berusaha menembak tapi lawan berhasil mencegahnya. Mungkin juga lebih buruk. Bisa saja Killer Bee mengutak atik senapan itu dalam waktu singkat. Jayden tak bisa memastikan.
Caitlin menendang sesuatu yang tak bisa ditampilkan di kamera. Sepertinya gagal karena berikutnya, Caitlin sendiri terdorong ke belakang. Shotgun miliknya ditarik tapi Caitlin berhasil mempertahankannya. Aksi tarik-tarikan itu tak berakhir baik. Shotgun meletus. Jayden merasakan keringat dingin mengucur di dahinya.
Kamera pengawas yang mereka gunakan memang kamera mahal. Bukan hanya kualitasnya tajam, tapi juga suara dan videonya berwarna. Jayden melihat jelas ada cairan berwarna merah di sana. Entah milik siapa, Caitlin atau sosok tak terekam itu. Perkelahian belum usai tapi kesabaran Jayden sudah.
Dia mengambil beberapa barang dari laci di bawahnya. Sebuah gelang putih lebar, kacamata berbingkai putih, kartu akses, juga pistol. Jayden harus keluar dan melihat apa yang terjadi dengan matanya sendiri. Lagipula, ruang komputer tidak benar-benar memenjarakannya. Kemampuannya yang membuatnya bertahan di sana selama berjam-jam.
Jayden mengaktifkan fitur di kacamatanya. Kini dia bisa melihat lorong-lorong bagaikan peta tiga dimensi. Ditambah dengan sensor panas dan sensor lain yang sudah berhasil dia perbaiki, Jayden siap berhadapan dengan Killer Bee. Dia bahkan siap bila harus menghadapi hantu cerita Tiger.
Semua lorong di ruang bawah tanah memang nampak serupa. Semuanya bernuansa putih dengan penerangan dalam rupa garis. Minimalis futuristik sesuai dengan peralatan yang ada di sana. Si pemimpin wanita, Nadira, menghabiskan hampir separuh anggaran tahunannya untuk fasilitas di sana. Jayden tak bisa berbohong kalau sangat suka dengan semua kecanggihan yang ada. Dengan catatan, dia pengendalinya.
Killer Bee membuatnya penasaran sekaligus kesal. Jelas-jelas kalau dia lebih baik dari Killer Bee tapi bisa-bisanya Killer Bee mengakalinya. Dia harus menangkap Killer Bee dengan tangannya sendiri.
Jayden menggunakan lift langsung ke lantai B1 tempat Caitlin sedang menghadapi penyusupnya. Si pemuda berlari cepat. Terkurung dalam ruang bawah tanah dalam waktu lama tak membuat kemampuan fisiknya menurun. Mereka punya fasilitas ruang latihan sampai ruang medis. Tempat itu tak ubahnya seperti kota micro.
Dipandu oleh fitur dalam kacamata, Jayden tiba di tempat yang benar. Di sana, dia melihat bercak darah di lantai. Caitlin berdiri. Tangannya memegangi bahu sosok berbaju serba hijau di dinding.
Jayden buru-buru mencerna apa yang terjadi. Darah itu berasal dari penyusup bukan temannya. Caitlin aman, bahkan cenderung menang. Si penyusup mengenakan baju hijau cerah yang membuatnya tak tampak di kamera. Campuran teknik green screen dan kemampuan meretas berhasil melenyapkannya dari layar.
“Kamu ditangkap atas nama ICPA, Killer Bee!” Jayden berlari mendekat sambil menodongkan pistol.
“Jangan ke sini!” seru Caitlin.
Jayden terlalu cepat. Lagi-lagi, asap hijau membubung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 306 Episodes
Comments
Kerta Wijaya
🤟🤟
2022-08-10
0
Rikko Nur Bakti
alurnya dan kalimat nya bikin.....
2022-04-25
1
Diana Dwiari
wow
2022-02-24
1