Begini teorinya, jangan sentuh apa pun bila kamu tak paham apa itu. Tangannya bisa menggapai beberapa tuas juga tombol yang ada pada tubuh pilar. Beberapa punya keterangan jelas, beberapa lagi tidak. Jadi, jelas bukan pilihan cerdas untuk menarik tuas atau menekan tombol sembarangan. Selain tuas atau tombol, tangannya bisa meraih yang lain. Pisaunya, tentu saja. Apalagi, saat ini Damon juga sudah cukup dekat.
Alex menghunuskan pisau yang dia bawa. Aksi yang tidak pernah dia sangka akan dilakukan. Tusukan tersebut mengenai perut lawan. Darah pun memancar. Damon oleng ke belakang sambil mengumpat. Tekadnya yang kuat tak membuatnya menyerah. Damon menarik pistolnya, membalas serangan. Seharusnya tembakan itu mengenai Alex.
Seharusnya.
Nyatanya tidak. Jayden menarik Damon jatuh. Tembakan itu pun memeleset. Bukannya mengenai Alex, pelurunya malah mengenai panel di bagian bawah dinding bertanda petir. Panel listrik. Sasaran yang sangat buruk untuk ditembak.
Lampu-lampu di luar yang tadinya menyorot kubah kaca kini mendadak padam. Lampu di dalam kubah kaca sendiri meredup. Bersamaan dengan itu, dinding kaca pada pilar perlahan turun. Sistem keamanan tambahan telah dinonaktifkan. Tabung hijau itu bergeming telanjang di atas podium metalik.
Alex melihat cairan di dalam tabung itulah yang sebenarnya memancarkan cahaya. Sesuatu di dalamnya sesekali bergelembung seperti air dalam akuarium. Memancing rasa penasaran dan menimbulkan kegelisahan.
Damon menggeliat. Setelah berhasil menendang Jayden, dia mengulurkan tangan demi mengambil tabung. Sengatan listrik menyambar. Sengatan itu mencegah siapa pun yang berusaha mengusik tabung tanpa izin. Damon mengumpat lagi. Dia menarik tangan Alex, menggunakannya untuk mengambil tabung hijau.
Alex berusaha meronta namun Damon lebih kuat. Dia hanya bisa berteriak ketika sambaran listrik menyengat tangannya. Sarung tangan Alex bisa menetralisir bahaya termasuk mengurangi sengatan tersebut. Ini membuatnya berhasil menyentuh tabung hijau di dalam sekalipun kesakitan. Alex mengintip di tengah rasa sakitnya. Damon menyeringai lebar. Alex tahu tak boleh melepaskan tabung itu.
Begitu tabung ditarik keluar dari tempatnya, Alex berusaha mendekapnya. Sementara Damon yang sudah tak sabar lagi, berusaha menarik tabung itu ke arahnya. Alex memeluk pilar bagian bawah agar bisa mempertahankan posisi. Matanya memejam erat dalam kesakitan. Dia tak bisa melihat apa yang selanjutnya terjadi.
Jayden, sebaliknya, menatapnya dengan ngeri. Tabung hijau tersebut tidak berhasil didapatkan salah satu pihak. Tabung tersebut malah ikut tersengat sambaran listrik. Lebih buruk lagi, tabungnya terbuka karena Damon berusaha menariknya paksa dari Alex. Itu mimpi buruk bagi Jayden. Kalau bukan Nadira, Tiger, atau Caitlin yang akan membunuhnya, insiden ini yang bisa mengirimnya langsung ke alam baka.
Ledakan tak terhindarkan lagi. Guncangannya begitu kuat terasa bagai gempa. Suara keras membuat tuli sesaat. Asap tebal menyesakkan memenuhi ruangan. Bau aneh menyengat terasa menusuk hidung. Untungnya, ledakan itu tidak menimbulkan api dan tidak menghancurkan kubah kaca.
Jayden bertahan sambil melindungi kepalanya sendiri. Setelah suara retak dan teriakan memilukan lenyap, dia tetap bergeming di posisi. Dia sempat mengira kalau dirinya telah tewas sampai dia merasakan adanya perubahan udara di sekeliling. Selain itu, dia mendengar suara dengung, semacam suara saluran udara yang dinyalakan. Jayden memberanikan dirinya bergerak pelan. Ketika membuka mata, dia melihat Tiger sedang melotot di dekatnya. Pria besar itu mengatakan sesuatu tapi telinga Jayden masih tuli.
Tiger pun mulai berteriak.
Jayden mengerjap, mengusir rasa pedih di matanya. Perlahan, pendengarannya pun mulai normal. “Tiger?”
“Bagus! Setidaknya kamu masih hidup, jadi aku bisa membunuhmu nanti.” Suara Tiger bukan hanya terdengar sebagai ancaman tapi juga sebagai bentuk kepedulian kalau rekannya masih hidup. “Apa yang terjadi?”
Jayden bergerak lagi. Dia mengerang, menyadari kalau ada peluru yang bersarang di pahanya. “Ada serangan,” ujar Jayden lirih. Suaranya bukan hanya serak tapi juga bergetar karena lelah dan takut.
“Aku tahu. Aku menjatuhkan beberapa orang dalam perjalanan ke sini. Kamu beruntung kami tiba tepat waktu.” Tiger mengangkat senapan, melemparkan pandang pada beberapa orang berseragam di dalam ruang. Seragam putih dan helm putih pula. Orang-orang itu reman mereka. “Aku menghancurkan pengacak sinyal yang ada di luar. Nadira sedang dalam perjalanan ke sini. Dan, kamu dalam masalah besar, Jayden.”
Jayden tak perlu diberitahu soal itu. Dirinya sadar benar telah membuat kesalahan fatal. Bukan hanya membiarkan orang asing seperti Killer Bee masuk ke dalam markas rahasia mereka. Dia telah membuat cairan eksperimen mereka, Dragon Blood atau darah naga, jatuh ke tangan yang salah. Tunggu! Jatuh ke tangan yang salah? Jayden baru menyadari kalau Damon masih ada dalam ruangan.
Tiger membantunya duduk untuk bisa melihat lebih jelas. Salah seorang petugas datang menghampiri, mulai memeriksa keadaan lukanya. Orang ini melemparkan beberapa pertanyaan padanya. Tapi, Jayden terlalu sibuk mengamati sekeliling.
Damon tergeletak di tanah, tertutupi cairan merah, dan sedikit berasap. Mungkin tewas, mungkin masih hidup, mungkin sekarat. Jayden tak begitu peduli. Dia lebih penasaran dengan apa yang terjadi pada Alex.
Jantungnya berdegup kencang ketika melihat dua petugas mengangkat Alex ke atas sebuah tandu putih dengan tutup melengkung. Seperti peti mati tapi bagian atasnya terbuat dari kaca. Sepintas juga mirip kapsul raksasa. Alex di dalamnya tak lagi mengenakan masker. Wajahnya sepucat mayat dengan urat-urat membiru di sekeliling leher dan pipi. Cairan hijau membasahi pakaian serta wajahnya. Jayden bahkan yakin kalau cairan itu keluar dari mulutnya bukan hanya tumpah di atasnya seolah Alex meminumnya.
“Hei!” Tiger berteriak setalah diacuhkan cukup lama.
Jayden tersentak dibuatnya.
“Aku sedang bertanya padamu! Jawab aku! Kamu tahu apa yang terjadi!?” Pertanyaan Tiger terdengar sebagai bentak kekesalan.
“A-- A-- Apa… Apa dia mati?” Jayden masih merasakan suaranya bergetar.
“Siapa yang peduli? Dia penyusup.”
Jayden peduli. Entah kenapa. Meski begitu, dia tidak mau menyatakannya apalagi di depan rekannya. “Kalau begitu, darah naga…” Ucapan Jayden berhenti. Dia tak tahu harus bertanya apa.
“Jatuh ke tangan yang salah!”
Itu bukan jawaban yang ingin didengar Jayden. Darah naga atau Dragon Blood merupakan cairan penelitian mereka. Itulah alasan kenapa operasi rahasia Zetta Sonic dibentuk. Kini, semuanya berantakan. Tabungnya pecah berhamburan di atas lantai. Sementara sebagian besar isinya melumuri si Killer Bee.
“Tidak…” Hanya itu yang bisa keluar dari mulut Jayden. “Tidak…”
Tiger salah ketika bilang kalau darah naga jatuh ke tangan yang salah. Istilah yang lebih tepat adalah masuk ke tubuh yang salah. Tubuh itu adalah tubuh penyelamat nyawa Jayden. Anak itu, Alex, kini berada di ambang kematian.
Tiger mendengus. “Aku berani bertaruh kalau dia terinfeksi cukup banyak Dragon Blood. Hampir tak ada yang tersisa di lantai. Profesor Otto akan meratapi hasil kerjanya selama bertahun-tahun. Dokter Vanessa mungkin harus mengurus surat kematian. Dan, aku… Mungkin ada baiknya mulai mencari pekerjaan lain. Saranku untukmu. Tulis surat wasiat. Nadira tidak akan suka ini. Kamu bisa berakhir di penjara atau peti mati, tergantung suasana hatinya.”
Jayden paham kalau hukuman fisik, pemecatan, penjara, bahkan hukuman mati tidak ada apa-apanya dibandingkan rasa bersalah seumur hidup. Itu pun kalau Alex bertahan hidup.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 306 Episodes
Comments
Kerta Wijaya
🤟🤟
2022-08-11
0
Rikko Nur Bakti
berubah.....jadi....
2022-04-25
1
Diana Dwiari
cairan hijau...ah...jd kembaran nya Hulk kali....ha...ha....
2022-02-24
1