Alex menghela napas panjang. Dia tak percaya kini gilirannya ditodong. Mau tak mau, dirinya pun mengangkat tangan. Jayden menarik masker dan tudungnya lepas, membuat wajahnya terekspos. Kondisi tidak menguntungkan bagi Alex dan bisa berbuntut panjang bahkan seandainya dia bisa keluar dari fasilitas bawah tanah ini.
“Kamu jauh lebih muda dari dugaanku. Berapa umurmu?” Jayden bertanya, penasaran.
“Lima belas. Kenapa? Masalah buatmu?”
Jayden mengernyit di balik kacamatanya. Dia memang sudah menduga itu sebelumnya. Meski begitu, mendengar tebakannya benar dari mulut si Killer Bee sendiri terasa berbeda. Dia sempat membandingkan dirinya sendiri ketika berusia lima belas tahun. Sebelum kenangan-kenangan buruknya keluar, diambilnya cable tie dari saku. “Ikat dirimu sendiri.”
“Kamu akan menahanku? Itu bukan keputusan bijak.”
“Kenapa? Kamu akan membayarku supaya melepaskanmu?” Jayden tergelak oleh idenya sendiri, sama sekali tidak berpikir kalau uang saku Alex hampir menyamai gajinya.
“Tidak. Tidak terpikir ke arah sana, sih,” jawab Alex. “Tapi, kamu masih butuh bantuanku. Mereka sepertinya sudah diperlengkapi alat selam.”
Jayden terbelalak kali ini. Kepalanya menengok ke arah ruang sebelah yang dipenuhi air waduk. “Apa!? Bagaimana mereka bisa membawa alat semacam itu? ******* macam apa mereka ini? Memangnya-- Lari!” Jayden belum selesai mengomel ketika salah seorang dari pasukan itu menembaki kaca pintu.
Alex menyadari rasa ganjil yang sempat dia rasakan. Orang-orang itu memakai helm yang cukup aneh. Ada bagian menggelembung di bagian bawah. Mungkin berisi udara cadangan. Berarti Alex tak akan bisa menggunakan kapsul biusnya pada mereka.
“Sekarang, apa rencananya?”
“Menunggu bantuan dan tetap hidup.”
“Itu tidak kedengaran seperti rencana.”
“Itu memang bukan rencana. Itu fakta yang akan jadi kenyataan beberapa saat lagi.”
Keduanya berlari dalam fasilitas bawah tanah tanpa kepanasan. Tempat itu punya sistem pengudaraan baik dan canggih juga tentunya mahal. Alex bisa melihat berapa banyak teknologi terbaru yang dipakai di sana. Sebanyak itu pula peralatan canggih yang tak pernah dia lihat sebelumnya. Beberapa bahkan dimiliki oleh Jayden yang tengah memimpin jalan.
Di belakang mereka, pintu pengaman berjatuhan dari langit. Sepertinya Jayden mengunci sebanyak mungkin agar mereka bisa selamat. Jayden mendadak berhenti di perempatan depan. Bukan karena salah jalan atau tersesat, melainkan karena pencahayaan di sekeliling mereka mendadak jadi merah. Lorong-lorong putih kini dibanjiri sinar merah bak darah. Tak hanya itu, raungan alarm terdengar memekakkan telinga.
“Aku cukup yakin ini bukan alarm kebakaran” Alex menebak.
“Bukan. Itu alarm Zetta Sonic.” Jayden bisa merasakan kengerian merayapi dirinya. “Seseorang telah membuka paksa ruangan Zetta Sonic!”
“Kamu bilang sudah mengaktifkan keamanan tambahan.”
“Sepertinya kami butuh tambahan lagi.” Berikutnya, dia mengambil lorong di kanan.
Alex mengikut di belakangnya. Mereka melalui sisi lain berdinding kaca. Kali ini sedikit berbeda. Ada cahaya hijau samar jauh di dalam kegelapan. Sesuatu yang berkilau di dalam gelapnya air. Tanpa aba-aba, sinar-sinar putih menyala. Mereka menerangi kubah kaca yang dibangun di tengah air.
Kubah tersebut mengingatkan Alex pada snow globe yang sering dibawakan ibu sebagai oleh-oleh. Selain beda ukuran, kubah kaca ini tidak memiliki air di dalamnya. Dia sendiri berada di dalam air. Sebuah pilar tinggi tinggai berdiri di tengah. Di tengah pilar itu sendiri ada tabung berkilau hijau. Perlahan, Alex bisa melihat kedatangan seseorang dari bawah. Sepertinya pintu masuk ke dalam kubah hanyalah dari bawah karena tak ada jembatan atau lorong yang menghubungkan gedung ini pada kubah kaca tersebut.
Jayden berhenti di sebuah lorong buntu. Alex baru menyadari kalau itu sebuah lift ketika pintu kaca di belakang mereka tertutup saat Jayden menekan tombol di samping.
“Sial! Mereka pasti berpencar tadi!” gerutunya. “Dan, apa yang kamu lakukan di sini?” Jayden menatap Alex lekat-lekat di matanya. “Kalau kamu masih mau hidup, cari jalan keluarmu sendiri! Tempat ini rahasia.”
“Kupikir peringatanmu sudah terlambat.” Alex mengenakan maskernya lagi. Entah apa yang ada dalam pikirannya sampai dia bisa melibatkan diri pada hal semacam ini. Sesuai ucapannya sendiri, semua sudah terlambat.
Mereka bisa merasakan lift tersebut turun pada titik tertentu, bergerak mendatar, dan mulai naik. Alex tahu kalau mereka akan ke kubah tersebut. Dia menyiapkan pistolnya dan kapsul bius. Tiba-tiba saja, Alex tahu kalau akhirnya akan tiba. Mereka kalah jumlah, kalah senjata, kalah cepat. Dibutuhkan keajaiban untuk lolos hidup-hidup.
Benar saja. Sebelum pintu lift terbuka di dalam kubah kaca, Alex melihat sosok laki-laki berbaju hitam seperti gerombolan tadi sedang menodongkan senjata ke arah mereka. Helmnya ada di lantai, wajahnya dihiasi senyum kemenangan. Sementara kedua rekan di sampingnya juga menodongkan senjata sambil tetap mengenakan helm. Lihat sisi baiknya, Alex bisa menggunakan kapsul tidurnya pada pria ini. Sisanya, mereka masih membutuhkan keajaiban.
Saat pintu lift terbuka, baik Jayden maupun Alex tak berani melangkah keluar.
Sebaliknya, laki-laki itu melangkah maju. Wajahnya punya bekas luka bakar di pipi bagian kanan dan sepertinya cukup parah. Rambutnya dipotong cepak nyaris botak. Bibir tipis pucat itu mengembangkan senyum lebar. “Halo, Jayden! Lama tak berjumpa.”
Jayden terbelalak lalu membalas sengit, “Halo, Damon. Haruskah kubilang senang melihatmu? Atau… Aku tak menyangka mantan bosku masih hidup.”
Pria itu tertawa mendengarnya. “Aku pilih yang pertama. Kamu pasti sudah tahu bagaimana akhir dari kondisi seperti ini. Sekarang, keluar dari sana pelan-pelan dan letakkan senjata kalian di bawah. Aku sedang senang hari ini, jadi kupikir tak akan ada yang mati.”
Jayden melirik Alex. “Sudah kubilang kamu tidak seharusnya ada di sini!”
“Sudah kubilang kamu membutuhkan bantuanku,” balas Alex.
“Sungguh? Kamu masih bicara begitu saat ini?” Jayden mengomel, menahan suaranya agar tidak begitu keras. Dia melangkah duluan keluar dari lift.
“Boleh kutanya sesuatu, Jayden?”
“Apa?”
“Apa bajumu anti peluru?”
“Tidak. Kenapa?” Jayden balas bertanya sambil meletakkan pistolnya di lantai. Saat itulah, dirinya tersadar rencana Alex.
“Kalau begitu, tidurlah.”
“Apa!?” Jayden belum sempat protes.
Alex meringkuk di tanah. Dia melemparkan kapsul biusnya. Segera saja, seluruh kubah dipenuhi bau memusingkan disertai asap kehijauan. Samar-samar, Alex bisa mendengar suara berisik. Sudah ada yang tumbang. Mungkin Damon atau anak buahnya. Dirinya sendiri sudah berlari jauh, merapat ke dinding. Kubah kaca itu lebih luas dari dugaannya.
Sayangnya, tak ada waktu untuk terpukau. Alex terkesiap ketika mendengar letusan senapan. Peluru baru saja ditembakkan dan hampir mengenai tubuhnya. Peluru itu melesak ke dinding bagian bawah yang tidak terbuat dari kaca. Dia beruntung kali ini. Alex buru-buru berlari menjauh. Dia mengangkat pistolnya sendiri. Ada pertengkaran sedang terjadi di dalam asap dengan suara tinju dan makian.
“Jangan menembak, bodoh! Kalau sampai kena--”
Letusan pistol terdengar lagi. Kali ini, tembakannya berhasil mengenai dinding kaca.
Alex merasakan ngeri dan lega dalam saat hampir berbarengan. Peluru menghancurkan lapisan pertama dari kubah kaca. Setidaknya masih ada dinding kaca lain di baliknya. Mata Alex mengamati asap yang perlahan sirna. Satu orang tergeletak di tanah. Satu lagi sedang membidik dirinya. Jayden dan Damon sedang berkelahi sendiri.
Menyadari kalau dirinya sasaran tembakan, Alex pun kabur. Lawannya lebih cepat. Peluru itu mengenai kakinya. Alex berteriak. Badannya jatuh menabrak pilar di tengah. Sekalipun kesakitan, Alex tahu tak boleh sampai menekan tombol atau menarik tuas apa pun yang ada di sekeliling pilar.
Dia paham, lawannya tidak.
Damon berhasil menembak Jayden, membuat pemuda itu tumbang pula. Selanjutnya, dia menghampiri pilar, hendak mengambil tabung hijau berkilau yang ada di dalam. Alex bisa menghentikannya. Tapi, tak seorang pun akan suka dengan cara ini, termasuk dirinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 306 Episodes
Comments
Kerta Wijaya
🤟
2022-08-10
0
Diana Dwiari
berasa nonton film action spy
2022-02-24
1
𝕸y💞🅰️nny🌺N⃟ʲᵃᵃ🍁❣️
bernafas dulu... seru ..
2021-05-31
1