Jayden bergeming di atas ranjangnya. Dia mendengar semua percakapan mereka. Sekalipun terdengar seperti eksekusi terdakwa menggunakan kursi listrik, sederhananya, Zetta Sonic memang dibuat dengan cara seperti itu. Separah apa pun dokter Vanessa berharap menghalangi Alex keluar dari ruangannya, tak seorang pun bisa berkutik setelah Nadria membuat keputusan.
Menjadikan Alex sebagai Zetta Sonic.
Kalau dipikir-pikir, Alex jelas tak memenuhi kriteria apa pun untuk menjadi relawan. Sebelumnya, Nadira dan profesor Otto telah mengadakan pencarian terhadap agen-agen ICPA. Jayden membantu mereka mengumpulkan data. Dia tahu benar apa yang mereka cari. Pemuda dengan usia sekitar dua puluh hingga tiga puluh tahun, sehat secara fisik, lulus tes psikologi, ditambah punya pengalaman di ICPA minimal 4 tahun.
Semua persyaratan itu tidak berlebihan sama sekali. Nadira tak mau sampai agen buatan terhebatnya berkhianat. Berpindah cabang, atau lebih buruk lagi, menjadi musuh mereka. ICPA sudah cukup direpotkan dengan para penjahat yang menggunakan berbagai alat ilegal dan mematikan.
Tangan Jayden mengusap alat kecilnya. Dia membuka beberapa berkas penjahat yang masih dicari. Setidaknya mereka sudah punya tiga. Satu penjahat yang selalu ingin mencairkan kutub dengan teknologinya yang tak masuk akal, pengusaha gila yang ingin menguasai dunia dengan robot, juga seorang pecinta musik yang suka menghipnotis orang. Damon bahkan tidak masuk hitungan orang itu baru saja mengacak-acak markas mereka.
Ketiganya orang tadi digolongkan sebagai penjahat sangat berbahaya. Perlu lebih dari sekadar polisi untuk menghentikannya. Untuk itulah ICPA dibentuk. Selain itu, untuk mengimbangi teknologi para penjahat, mereka mulai mengembangkan penelitian mereka tersendiri. ICPA cabang Sinde mengembangkan Dragon Blood. Nama operasinya sendiri bernama Zetta Sonic.
Ketika Nadira mengubah hukuman penjaranya menjadi hukuman pengabdian di Zetta Sonic, Jayden mengira pekerjaannya akan membosankan. Dia hanya bertanggung jawab pada keamanan data. Sekalipun nantinya percobaan ini berhasil pun, Jayden tak yakin waktunya akan datang dengan cepat. Mungkin lima tahun, mungkin sepuluh tahun, mungkin operasi ini tak akan pernah berhasil. Dirinya bahkan tertawa ketika mendengar Nadira menjelaskan operasi seperti apa yang sedang mereka lakukan.
Dia sadar akan bahayanya operasi Zetta Sonic. Ini bukan soal Dragon Blood yang bisa jatuh ke orang yang salah, ini juga soal membunuh orang yang salah.
Uji coba telah terbentang di depan mata. Relawan tersedia. Transfusi sudah dilakukan meski dalam konteks kecelakaan. Sekalipun Alex tidak terlatih seperti agen-agen ICPA lain, tapi dia punya kesempatan hidup yang sama seperti mereka. Tak ada angka pasti di atas kertas.
[Sekarang, ada yang masih ingin kamu bicarakan?]
Jayden terkejut. Dia baru sadar kalau belum mematikan hubungannya ke ruangan pengobatan. Kini, dokter Vanessa menatapnya lekat-lekat, menanti Jayden bicara sesuatu atau memberi berita baik setelah informasi soal keluarga Alex.
“Apa menurutmu, Alex akan bertahan, dok?”
Dokter Vanessa menghela napas panjang. [Aku tidak berani berkomentar. Ini pertama kalinya aku menangani pasien seperti ini. Kupikir kamu lebih tahu dari aku.]
“Aku bukan dokter.”
[Memang. Tapi, kamu sedikit paham soal penelitian profesor gila kita. Seharusnya aku yang bertanya. Apa menurutmu Alex akan bertahan?]
“Aku ingin dia bertahan.”
[Kalau begitu, pastikan dia tetap hidup.]
Jayden terdiam mendengar ucapan sang dokter. Itu bukan tugasnya. Itu tugas dokter Vanessa sendiri. Hingga akhirnya Jayden memahami kalau dia bisa ikut bergabung di ruang generator sementara si dokter tidak. Jayden dilibatkan langsung sejak awal. Setidaknya sekarang dia bisa memastikan kalau Alex mendapat aliran listrik yang benar.
“Aku bisa pinjam kursi roda, ‘kan?” Jayden tak yakin bisa mencapai ruang generator dengan luka tembak di pahanya saat ini.
Dokter Vanessa melempar senyum. [Semua terintegrasi ke sistem jaringanmu. Anggap saja mereka karpet ajaib yang akan datang saat dipanggil.]
Jayden mematikan hubungan komunikasi tersebut. Dengan alat kecilnya, dia memanggil kursi roda elektrik yang tadinya entah disimpan di mana. Kursi roda tersebut masuk ke dalam ruangan lewat pintu geser otomatis pula. Jayden memindahkan dirinya dengan susah payah. Setelah berhasil duduk, ini kesempatannya memperbaiki keadaan.
Ruang generator berada di lantai yang sama dengan ruangannya. Dia tiba di sana dalam waktu singkat. Profesor Otto tak terkejut dengan kehadirannya. Caitlin lain lagi. Gadis itu bukan hanya terkejut dengan kehadirannya, tapi juga berusaha mengusirnya keluar. Namun, sang profesor berpikir kalau mereka mungkin bisa memanfaatkan kehadirannya untuk memantau berbagai panel yang ada di sana.
Setelah semua siap, dokter Vanessa datang bersama kapsul berisi Alex. Setelahnya, Caitlin pun mengambil alih. Dokter Vanessa terpaksa keluar ruangan dan menanti di luar ruang generator. Ada ruang pengawas di atasnya. Sang dokter menanti di sana bersama Nadira dan Henrietta.
Ruang generator sendiri terbagi dari dua bagian. Di bagian luar ada ruang kontrol, sementara bagian dalamnya barulah ruang generator itu sendiri. Keduanya berbentuk bulat. Kapsul Alex didorong melalui lorong pendek dan pintu kaca berlapis tiga. Caitlin meletakkannya tepat di tengah ruang generator itu.
Dinding dalamnya merupakan beton yang dilapisi bahan khusus. Begitu pula kacanya, baik kaca dari ruang pengawas maupun pintu kaca yang menghubungkan ruang generator dan ruang kontrol. Sistem keamanan begitu dijaga mengingat kegagalan bisa menghapus nyawa mereka semua.
Ruang kontrol punya panel-panel rumit lengkap dengan mekanisme canggih. Hal paling menonjol di sana ada tabung putih memanjang yang berdiri di sisi kiri ruangan. Itu indikator listrik yang akan memasuki ruang generator.
Jayden tak tahu apa yang harus dia pastikan agar semua berjalan begitu cepat. Begitu berada di belakang panel, dirinya hanya bisa melongo. Ada jutaan alasan mengapa operasi ini bisa gagal. Keyakinannya kalau Alex bisa bertahan kini hilang. Apalagi ketika generator mulai dijalankan.
Cahaya biru menyilaukan sambar menyambar di dalam ruang generator. Begitu menyilaukan sampai Jayden tak kuat melihatnya langsung. Dia memilih melihat melalui layar dekat panel di hadapannya. Matanya menangkap sambaran cahaya tak ramah. Suaranya pun terdengar begitu kencang padahal seharusnya ruang tersebut sudah cukup kedap udara.
Jayden melihat layar lain yang menampilkan wajah Alex dengan jelas. Kamera menyorot bagaimana Alex membuka mulutnya untuk berteriak. Jayden tidak mendengar suaranya, tapi dia sadar benar kalau anak itu kesakitan. Dia tahu kalau wajah Alex hari itu tak akan pernah bisa lenyap dalam pikirannya.
Raungan mesin generator terdengar makin kasar. Cahayanya membabi buta. Tanpa sadar, Jayden malah menutup mata dan telinga. Tubuhnya ikut gemetar Cukup! Hatinya memohon agar operasi segera dihentikan. Itu empat puluh menit paling menyiksa dalam hidupnya.
Operasi selesai dalam kebisuan gelap gulita.
Jayden mendapati bagaimana lampu yang tadinya menyala terang dalam ruang kontrol kini padam. Panel di depannya padam. Tak ada raungan mesin, hanya suara percikan samar disertai asap tipis bercampur bau hangus. Sumber cahaya hanyalah percikan api dari dalam ruang generator. Jayden mengedarkan pandangan, berusaha mencari Caitlin atau profesor. Bukan mereka yang dia temukan melainkan Alex.
Alex berdiri di belakang kursinya, mengulurkan tangan, mencengkram lehernya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 306 Episodes
Comments
Kerta Wijaya
🤟
2022-08-11
0
Rikko Nur Bakti
bangun sendiri aja...?
2022-04-25
1
H Y P O C R I S Y
dah bngun
2021-07-24
5