Jayden tersenyum lebar ketika melihat sebuah mobil SUV hitam melintas dekat. Dia tak perlu tahu siapa yang ada di dalam. Tidak ada yang akan melintas dekat sana selain anggota atau musuh mereka. Hampir bisa dipastikan penumpang mobil tersebut adalah Killer Bee, sosok yang sempat bersinggungan dengannya beberapa saat lalu.
Tiger baru masuk ke ruangan ketika layar besar menunjukkan mobil tersebut akhirnya pergi setelah berhenti sebentar. Untuk mengetahui apa benar sesuatu telah terjadi, Tiger pun bertanya. “Kapan kamu mau makan malam?”
“Nanti.”
Jelas sesuatu telah terjadi. Jayden biasanya menyambut makan malamnya dengan senang bukan penundaan. Tiger meletakkan baki berisi makanan di atas meja yang ada di ujung ruangan. Meja itu seolah terlupakan oleh pesona meja komputer canggih di tengah ruangan.
“Jadi,” tanya Tiger seraya mendekat, “apa yang terjadi?”
“Sepertinya kita kedatangan tamu.”
“Siapa?”
“Kamu tahu siapa yang datang.”
“Jangan bilang kalau itu Killer Bee!”
“Tentu saja.” Jayden menyunggingkan senyum tipis. “Mobil itu berhenti di sana, tepat di posisi yang tertutup pohon. Lalu sekarang ada yang meretas sistem keamanan lama waduk. Hanya Killer Bee pelakunya.”
Tiger menarik bahu Jayden agar berhadapan dengannya. “Kamu tahu apa yang sedang kamu lakukan saat ini?” Suara dalamnya membentak, sebuah ancaman sekaligus peringatan. “Kamu membuat Killer Bee datang ke sini?”
“Tenang, kucing besar. Nadira tidak memanggilmu Tiger tanpa alasan, bukan?”
“Apa maksudmu?”
“Tangkap dia, Tiger. Dia hanya lebah kecil dan kamu raja hutan.”
Tiger hendak protes. Raja hutan itu singa, bukan harimau. Namun, protes tersebut berubah soal hal lain. “Kamu ingin melimpahkan kesalahanmu padaku?”
“Aku akan dengan senang hati menangkapnya sendiri. Sayang sekali, Nadira melarangku meninggalkan ruangan ini bukan?”
Tiger menarik kerah baju Jayden kian mendekat. “Kamu dan permainan bodohmu bisa menghancurkan Zetta Sonic.”
“Kalau begitu, segera tangkap dia dan permainan akan berakhir aman.”
“Apa yang sedang kamu inginkan?”
“Kupikir kamu seharusnya sudah tahu soal itu. Nadira tidak akan menolak ideku. Kita sama-sama mengenal seperti apa dia.”
Tiger akhirnya melepaskan cengkramannya pada Jayden, membuat si pemuda terhempas ke kursi putarnya. “Di mana Killer Bee?”
“Pintu belakang. Hanya itu pintu masuk yang aman. Apalagi, pintunya tidak terkunci.”
“Kamu membukanya?”
“Waduk tidak seharusnya punya sistem keamanan canggih, apalagi kunci pintu elektronik lengkap dengan pemindai untuk pintu belakang. Kupikir lebih baik kalau kita langsung membukanya saja sebelum dia mencium hal-hal mencurigakan lain.”
“Kalau dia sampai menemukan Zetta Sonic…”
“Tidak masalah asalkan kamu bisa menangkapnya sebelum membocorkan berita ini keluar. Dia hanya hacker amatir.”
“Meremehkan orang bisa membuatmu tersandung, J!”
“Oke. Untuk membuatmu lebih tenang, akan kuminta Caitlin membantu.”
“Lupakan gadis itu. Aku akan menangani lebah ini sendirian.”
“Bagus, bagus. Itu baru semangat.” Jayden menggeser posisinya ke ujung meja dengan kursi putarnya yang beroda. Dia mengambil kotak kecil berisi earphone lalu menyerahkannya pada si pria besar. “Aku akan memandumu dari sini supaya kamu tahu lokasinya.”
Jayden mengetikkan sesuatu. Layar pun menunjukkan sistem keamanan sesungguhnya yang mereka pakai. Sistem keamanan waduk dibiarkan saja untuk mengecoh tambahan sistem keamanan canggih lainnya. Killer Bee hanya meretas kamera keamanan waduk. Jayden bisa melihat dia saat ini.
“Coba lihat betapa mungilnya dia,” ujar Jayden mengomentari sosok berpakaian hitam lengkap dengan tudung sedang berlari di lorong sepi. Wajahnya pun tertutup selubung seperti perampok. “Dia kelihatan seperti…” Jayden berhenti sebentar. “Seperti…”
“Anak kecil.” Tiger melanjutkan, “Dia seperti anak sekolahan.”
Jayden terdiam sebentar teringat dengan permainan Drake and His Land. Sosok itu memang cocok bila dikaitkan dengan anak sekolahan biasa. Dia mulai menduga kalau Killer Bee mungkin lebih dari sekadar hacker amatir tapi remaja ceroboh yang kebanyakan nonton film mata-mata atau berharap jadi superhero.
“Di masih ada di lantai dasar, aku akan ke sana.” Tiger pun berpaling.
“Tunggu sebentar!” Jayden menyahut tapi buru-buru mengatupkan bibir.
“Apa lagi sekarang?”
Jayden berhenti sebentar, mencari kata-kata yang tepat. “Jangan membunuhnya.”
Tiger menarik pistol dari sarungnya. “Itu tergantung padanya bukan padaku.”
Seusai Tiger keluar lewat satu-satunya pintu yang ada di sana, Jayden menarik napas dalam seraya meraba lukanya. Tiger tidak berlebihan. Meremehkan seseorang bisa berakibat fatal. Dia mulai penasaran apakah telah melakukan kesalahan.
Layar pun kini menampilkan semua gambar dari kamera keamanan yang tersebar di penjuru gedung. Killer Bee berada di lantai dasar. Kalau dia pintar, tak akan perlu waktu lama sampai dia menemukan pintu menuju ruang bawah tanah. Sejauh ini, sistemnya dalam keadaan prima. Garis inframerah akan memicu raungan alarm. Pengurung besi akan jatuh bila ada orang asing tanpa identifikasi berlarian di lorong. Mesin penembak akan menghabisi siapa pun yang mendobrak pintu.
Jayden mengenakan headphone putih dan menghubungi Caitlin. Dia perlu gadis itu untuk mengamankan Zetta Sonic dari Killer Bee juga menjaga nyawa Killer Bee dari Tiger. “Caitlin!” Jayden memanggil begitu mendengar jawaban di seberang headphone.
[Masalah apa lagi yang kamu buat, J?]
“Bukan masalah besar.”
[Kamera pengawas kuno kita menampilkan gambar berbeda dengan kamera yang baru. Jadi, itu bukan masalah besar?]
“Kalau kamu sudah tahu, ini akan lebih mudah. Aku membutuhkanmu di pintu bawah tanah X-01. Pastikan tidak ada yang lewat di sana.”
[Itu mudah. Aku akan jalan langsung ke sana. Lagipula, tembakanku jitu, ingat?]
“Tolong jangan bunuh penyusup kita. Bius saja dia.” Jayden tak ingin kedengaran terlalu cemas, tapi dia harus memberikan Caitlin keterangan lengkap. “Bila Tiger hendak membunuhnya, cegah dia. Kalau tidak bisa, kupikir kamu juga bisa membius Tiger.”
[Itu kedengaran kompleks. Siapa penyusup ini?]
“Seseorang yang ingin kutemui.”
[Jawabanmu sama sekali tidak membantu, J. Apa dia temanmu?]
Jayden pun tergelak. “Tentu saja bukan. Aku justru penasaran siapa orang ini. Aku yakin kamu sudah dengar soal Killer Bee dari Nadira kemarin.”
[Tentu saja. Berita cepat menyebar di antara kita berenam. Jadi, ini hacker yang berhasil membobol keamanan cabang Regis?]
“Kurang lebih begitu.”
[Apa motifnya?]
“Motif?” Jayden harus mengakui kalau dia tidak mengetahui kenapa Killer Bee melakukan hal tersebut. Lucunya lagi, dia hanya datang untuk melihat tanpa mengunduh data atau memasukkan virus. “Mungkin hanya sekadar melihat-lihat data mana yang nantinya dia bisa jadikan ancaman.”
[Maksudmu, dia akan minta uang tutup mulut agar data ini tidak disebarluaskan?]
“Dugaanku begitu. Beberapa hacker yang kutahu melakukan itu.”
[Baik, aku sudah di posisi.]
“Aku bisa melihatnya.” Jayden mendapati sosok gadis dengan rambut kuncir ekor kuda di layar keempat. Ada shotgun di tangannya sementara deretan pisau berjajar di sabuknya. “Aku sudah bilang supaya kamu enggak membunuhnya, ‘kan?”
[Akan kucoba bersikap lembut dengannya.]
“Bagus. Kuharap kamu siap. Dia sedang menuju ke arahmu.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 306 Episodes
Comments
Kerta Wijaya
🤟🤟
2022-08-10
0
anggita
drake and his land.,
2022-01-30
1
🍭ͪ ͩ𝕸y💞🅰️nnyᥫ᭡🍁❣️
seru tau... suka .suka..
2021-05-31
1