Carol tertidur lelap di dalam mobil Joseph. Dia tidak tega membangunkan Carol. Joseph memutuskan membawa Carol ke hotel. Dia memesankan sebuah kamar untuk dirinya dan Carol. Joseph tidak bisa membawa Carol ke rumahnya Carol karena Kate, ibunya Carol, dia pasti akan marah kepada Carol. Dia juga tidak bisa membawa Carol ke rumah Martin, Martin juga akan marah melihat dia membawa Carol yang sedang tidak sadarkan diri. Jadi jalan satu-satunya membawa Carol ke kamar hotel.
Setelah memesan sebuah kamar. Joseph kembali ke mobil dan membopong Carol masuk. Saat membawa Carol, Joseph memandangi wajah polos Carol yang sedang tertidur. "Dia ternyata cantik sekali saat sedang tertidur," ucapnya.
Ketika sudah sampai di dalam kamar hotel, Joseph menaruh pelan-pelan tubuh Carol di atas sebuah ranjang agar dia tidak terbangun. Tidak lupa, Joseph juga menyelimuti Carol yang sedang tertidur. Joseph naik ke atas tempat tidur, dia tidur di samping Carol dengan sebuah guling yang menjadi pembatasnya agar tidak terjadi hal yang tidak-tidak.
Joseph tidak kunjung tidur. Matanya tetap berjaga menjaga Carol. Seorang vampire memang tidak memerlukan tidur. Dia bisa berjaga sampai kapanpun yang dia mau, toh dia tidak akan mati.
Joseph membelai-belai pelan rambut Carol, dari jarak sedekat ini Joseph mampu mencium aroma harum dari rambut Carol. Leher Carol yang putih bersih itu terlihat dengan jelas. Tapi Joseph tidak tertarik untuk menghisapnya kali ini. Dia hanya ingin melindungi Carol saja. Bagi vampire lain mungkin mereka akan segera menggigit leher dan menghisap darah Carol. Mereka tidak akan membuang-buang kesempatan berharga ini. Apalagi darah seorang Carolina, gadis yang telah terpilih oleh dewa mereka. Darah Carolina dapat membuat kaumnya, yaitu kaum vampire hitam menjadi sangat kuat dan tidak tertandingi oleh siapapun. Dewa hanya mengirim seorang gadis seperti ini dalam berpuluh-puluh ribu tahun, dan sekarang giliran Carolina yang terpilih. Entah sebuah anugerah atau sebuah kutukan bagi Carol.
"Aku tidak akan membiarkan mereka menyakitimu, Carol. Biarkan mereka menunggu lebih lama lagi. Kali ini mereka tidak akan mendapatkanmu. Aku berjanji padamu kau tidak akan celaka oleh taring siapapun."
...
Kate mondar-mandir di dekat pintu, menunggu putrinya pulang karena sekarang sudah pukul jam 12 malam tepat. "Kemana dia? Lama sekali anak itu pulang," ucapnya cemas.
Tom yang duduk di sofa mulai pusing melihat sang istri sedang mondar-mandir tidak jelas di depan pintu. "Sudahlah, kita tidur saja. Mungkin Carol tidak akan pulang malam ini. Dia bersama Martin 'kan? Jadi tidak perlu repot-repot mencemaskannya lagi. Dia aman bersama calon suaminya."
"Iya tau. Tapi setidaknya dia bilang kalau dia tidak akan pulang. Martin juga tidak menelpon. Aku takut hal buruk terjadi pada mereka berdua."
Tom menyeruput kopi. "Tenang saja, mereka berdua pasti baik-baik saja. Mungkin Martin membawa Carol ke rumahnya dan mereka sedang tidur sekarang."
"Tapi mereka belum nikah. Bagaimana kalau Martin macam-macam pada putri kita."
"Biarkan saja. Lagian mereka akan segera menikah 'kan?! Mereka bebas melakukan apapun. Tidak masalah lagi."
"Masih belum. Nanti kalau mereka sudah menikah, baru Martin bebas melakukan apapun pada putri kecil kita."
Pria tua itu bangun dan berjalan. "Terserah kau lah, Kate. Aku ingin tidur saja. Silahkan kau tunggu mereka pulang. Bisa kupastikan mereka tidak akan pulang malam ini. Mereka pasti sedang bersenang-senang. Apalagi Martin sangat tampan, Carol pasti suka memandangi wajahnya yang tampan. Dia itu sama sepertimu dulu." ucapnya sedikit mengejek.
Kate menyerah, dia akhirnya mengunci pintu rumah dan mengikuti Tom, suaminya, masuk ke dalam kamar untuk tidur. Karena waktu juga sudah menunjukkan hampir lewat tengah malam.
...
"Pagi, Carol!" ucap Joseph saat Carol membuka matanya.
Carol kaget melihat Joseph berada di sebelahnya. "Kamu di sini?"
"Iya."
"Sejak kapan?"
"Sejak semalam. Aku tidur di sebelahmu."
Carol langsung memeriksa pakaian yang ia kenakan, dan ternyata masih lengkap tidak ada yang terlepas dari tubuhnya kecuali sepatu dan kaos kaki.
"Hufft, syukurlah!" Carol bernafas lega.
"Kenapa Kau memeriksanya begitu?"
"Aku hanya ingin memastikan."
"Memastikan aku berbuat macam-macam padamu atau tidak?"
Carol mengangguk. Joseph tertawa kecil. "Tenang saja, Kau aman bersamaku. Aku tidak seperti Martin yang mesum itu."
"Kau juga sama. Sama-sama mesum."
"Tidak, tidak! Aku dan Martin berbeda, aku masih tahu batasanku."
"Ok lah. Aku percaya."
Joseph turun dari tempat tidur. "Mau makan apa?"
"Em ..., yang ada aja apa." Carol juga turun dari tempat tidur. Dia berjalan ke arah kamar mandi.
"Joseph!"
"Ya, ada apa, Carol?"
"Apa ada baju ganti di sini? Aku ingin mandi."
"Em ... di sini tidak ada baju ganti. Tapi akan kubelikan nanti. Kau mandi saja dulu, tokonya tidak jauh kok dari sini. Jadi pasti cepat."
"Ada yang ingin kau pesan lagi?" tanya Joseph sebelum pergi.
"Tidak ada sepertinya. Aku hanya butuh baju ganti."
"Bagaimana dengan pakaian dalamnya."
Carol mengangguk berarti iya.
"Oh, ya! Aku lupa. Belikan aku juga pembalut karena aku sedang halangan."
"Pantas saja bau darah semalam sangat kuat. Rupanya Carol sedang halangan," ucap Joseph dalam hati.
"Baiklah, akan kubelikan untukmu."
"Terimakasih," ucap Carol, dia masuk ke dalam kamar mandi. Sementara Joseph, dia keluar untuk membelikan keperluan Carol.
...
Di supermarket dekat hotel, Joseph berputar-putar mencari pembalut untuk Carol. Baru kali ini seorang vampire mencari-cari sekantong pembalut untuk manusia, biasanya mereka akan menghisap darah manusia itu. Cinta mengubah seorang vampire laki-laki haus darah menjadi seorang laki-laki biasa yang mengikuti kemauan pasangannya.
"Cari apa?" tanya seorang pelayan perempuan.
"Em, aku sedang mencari pembalut." Joseph sedikit malu mengatakannya.
Benar saja, pelayan itu langsung tertawa kecil begitu Joseph mengatakan dia mencari pembalut.
"Kenapa tertawa?"
"Tidak apa-apa, mari saya antar ke tempatnya."
Joseph mengikuti pelayan itu dari belakang.
"Pasti untuk pacarnya yah, Mas?" tebak pelayanan cantik itu.
"Bukan, sekarang hanya teman."
"Perhatian banget sama temannya."
"Itu, Mas. Pembalutnya." Menunjuk ke rak atas, di sana terpampang banyak pembalut berbagai merek.
"Saya tinggal ya, Mas."
Joseph mengangguk.
"Jadi, aku harus mengambil yang mana? Pembalut ini banyak sekali." Joseph kebingungan mana yang harus dipilih. Carol tidak memberitahunya mana yang harus dia beli, Joseph pikir pembalut hanya satu merek dan bentuk makannya dia tidak menanyakan pada Carol.
"Yang ini saja lah." Pilihan Joseph jatuh pada pembalut bersayap yang berwarna kemasan orange.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 21 Episodes
Comments