16

"Carol! Kenapa kamu menangis, Sayang?" tanya Kate yang melihat Carol menangis ketika turun dari taksi. Dia langsung menaruh bawaannya dan menghampiri Carol.

Carol memeluk Kate dan terisak dalam pelukannya. "Dia, Bu. Dia memarahiku!"

"Siapa dia? Siapa yang berani memarahimu?"

"Martin, Bu!"

"Kenapa dengan Martin?"

"Dia membentakku, Bu. Dia yang telah memarahiku."

"Kenapa? Apa kamu melakukan kesalahan padanya?"

"Tidak, Bu. Aku tidak melakukan apa-apa. Dia, dia hanya melihatku dengan Joseph dan dia memarahiku." Carol menyeka air matanya. "Aku dan Joseph, kami tidak melakukan apa-apa. Hanya berpelukan di kamar Joseph. Joseph memelukku karena aku kedinginan."

"Apa?!" Kate terlihat kaget dengan ucapan putrinya. "Pantas Martin memarahimu, kau berduaan dengan laki-laki lain di kamarnya. Memalukan!" omel Kate.

Carol menunduk. "Tapi, Bu. Aku dan Joseph hanya sedang mengerjakan tugas kelompok. Kami tidak ada hubungan khusus, hanya teman biasa."

"Mengerjakan tugas kelompok kenapa di kamarnya? Di luar kan bisa."

"Tadinya di luar, Bu. Tapi suasana di taman belakang rumah Martin sangat dingin. Tidak ada matahari di sana, dan Joseph, dia hanya berusaha menghangatkan tubuhku saja."

"Siapa Joseph? Anak siapa dia?"

"Dia saudaranya Martin, Bu. Dia teman sekelasku, dia pindahan."

"Kalau begitu jauhi dia!" suruh wanita berdaster itu.

"Kenapa begitu, Bu?"

"Hubunganmu dengan Martin. Hubunganmu bisa hancur karena Joseph bodohmu itu."

"Ibu! Tolong jangan menjelek-jelekkan Joseph. Aku tidak suka."

"Kenapa, Carol? Apa kau menyukainya, Nak?"

Carol menunduk, dia sedikit malu. Entah kenapa dia tidak suka Joseph dijelek-jelekkan. "Entahlah, Bu. Aku tidak tahu perasaanku. Yang pasti kami hanya berteman sekarang dan tidak lebih. Jadi Ibu tidak perlu khawatir hubunganku dan Martin akan hancur karena Joseph."

Kate memegang tangan putrinya. "Jauhi Joseph, Nak. Jangan sampai hubunganmu dengan Martin hancur karena ulah bodoh kalian. Martin sudah baik kepada keluarga kita. Dia sudah menyelamatkan kita dari kebangkrutan."

"Apa!!!" Carol kaget. "Apa maksud ibu?"

"Jadi begini. Perjodohanmu dengan Martin. Itu semua dilakukan agar usaha ayahmu tidak bangkrut dan ayahmu sudah berjanji pada ayah Martin untuk menjodohkan kalian berdua, dan sebagai balasannya dia menyelamatkan usaha ayahmu." Kate menjelaskan kepada Carol tentang masalah perjodohannya.

"Kenapa begitu? Apa kalian tidak memikirkan perasaanku terlebih dahulu?"

"Kami sudah memikirkannya. Kami sebelumnya sudah bertemu dengan Martin. Martin, dia orang baik. Dia juga mapan. Dia punya segalanya, dan dia juga baik padamu. Kau dan Martin juga sudah terlihat dekat selama beberapa hari ini, jadi kami pikir kalian akan cocok dan saling mencintai, dan juga kami pikir kami tidak melakukan kesalahan dengan menjodohkan kalian berdua setelah melihat kedekatanmu dengan Martin."

"Dia memang baik, Bu. Tapi aku belum mengenalnya lebih jauh. Joseph bilang dia tidak sebaik yang terlihat."

"Dan kau percaya pada Joseph?"

"Em ..., sedikit. Itu karena Joseph sudah sejak kecil bersama dengan Martin, mereka sudah tau luar dalam antara mereka berdua."

"Tapi yang Joseph katakan belum tentu benar, Nak. Bisa saja dia hanya menanam keraguan di hatimu agar kau membenci Martin dan dekat dengannya."

"Ya. Ibu juga ada benarnya. Aku bingung, Bu."

"Kalau kau bingung, ikuti kata hatimu."

"Baiklah, Bu. Aku masuk ke kamarku dulu yah, Bu."

Kate mengangguk. Carol berjalan masuk ke kamarnya.

Kate memandangi anaknya yang sedang berjalan. "Aku harus berbicara pada Tom agar pernikahan mereka dipercepat. Aku tidak ingin pernikahan itu sampai batal," seru Kate.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!