Joseph dan Carol kembali ke tengah keramaian pesta. Joseph pergi ke arah yang berbeda dari Carol. Dia mendekati pamannya, sementara Carol mendekat ke Martin.
"Martin!" sapa Carol saat melihat Martin sedang mengobrol dengan seorang wanita tua.
Carol menyela. "Maaf, Tante. Martinnya saya pinjam dulu," ujar Carol menarik tangan Martin membawanya mendekat ke arah kolam renang.
Martin bertanya, "Carol, kita mau kemana? Kenapa mendekat ke kolam?" Martin tampak cemas melihat Carol membawanya dekat ke kolam.
Sambil terus berjalan, Carol menunjuk ke arah tumpukan kue. "Aku ingin mengambil kue itu. Aku lapar!" ucapnya.
Setelah sampai, Carol langsung memakan kue red Velvet. Carol berdiri di tepi kolam, sementara Martin agak menjauh. Martin mengambil segelas minuman di nampan saat pelayan datang. Carol meminta kekasihnya berdiri di sebelah dia. Martin menolak, tapi gadis berhidung mancung itu tidak menyerah. Carol terus membujuknya kekasihnya yang tampan.
"Ayolah, Martin. Berdiri di sampingku. Kita berfoto sebentar," bujuk Carol, dia menarik-narik tangan Martin.
Martin melunak. Dia menuruti permintaan kekasihnya. "Baiklah, baiklah! Tapi sebentar saja, lalu kita pergi dari sini."
Carol meminta seseorang memfotokan dia dan Martin.
"Mba, tolong fotoin kita berdua dong, please!" mohon Carol, dia menyerahkan hpnya kepada seorang wanita yang masih cukup muda, tidak tahu siapa.
Wanita tadi mengatur posisi Carol dan Martin agar mendapat hasil foto yang bagus.
Carol berpose manja kepada Martin. Jepretan pertama sampai keempat berjalan mulus. Tapi yang ke lima tidak. Kaki Martin terpeleset, dia jatuh ke dalam kolam renang sedalam 2 meter.
Martin berteriak minta tolong. Orang-orang langsung berkerumun ke arahnya. Tapi tidak ada yang bergerak menolong Martin.
Seorang wanita dengan makeup tebal berkata, "Aku tidak akan menolongnya. Sayang makeup dan bajuku nanti hancur," ucapnya, dia pergi meninggalkan kerumunan.
Martin berteriak, "Tolong!"
"Tolong aku!"
"Tolong!" Dia berusaha untuk tetap mendapat oksigen.
Sejenak Carol terdiam melihat Martin tenggelam. Menyadari Martin tidak bisa berenang. Carol langsung menjeburkan diri untuk menyelamatkan dia. Carol menarik tubuh Martin ke luar dari kolam.
"Minggir! Minggir!" Carol meminta ruang kepada mereka yang mengerumuni.
Martin tidak sadarkan diri, dia terlalu banyak kemasukan air. Carol melakukan pertolongan pertama pada korban tenggelam. Beruntung Carol menguasai teknik itu, tidak lama dia bisa menyelamatkan Martin. Martin sadar dan menatap Carol. Dari tatapan Martin sepertinya dia malu dan agak marah.
Membantu Martin duduk. "Apa kau baik-baik saja, Martin?" tanya Carol memastikan.
Martin mengangguk. Dia berdiri dan pergi meninggalkan Carol yang basah kuyup.
Carol menjerit, "Martin, tunggu!" Dia mengejar Martin.
Martin rupanya kembali ke kamar dia. Carol mengikuti Martin masuk.
"Maafkan aku, Martin. Aku tidak tahu, sungguh!"
Mengusir Carol. "Pergilah, Carol! Aku malu denganmu."
Carol berjinjit untuk memegang bahu Martin. "Malu kenapa?"
"Aku tidak bisa berenang. Aku malu!" ucap Martin dengan nada tinggi.
"Kalau tidak bisa berenang kenapa harus malu? Itu hanya hal kecil. Banyak juga yang tidak bisa berenang." Carol berusaha menghibur Martin.
"Harusnya aku yang menjagamu. Aku payah! Aku tidak bisa menjagamu." Martin menyalahkan dirinya sendiri.
Carol mulai mengerti. "Apa itu alasanmu melarangku mendekati kolam? Kau takut aku tenggelam dan Kau tidak bisa menyelamatkan aku?"
"Iya! Iya itu alasannya, dan Kau tidak pernah mau menurut," tutur Martin, berjalan mendekati jendela.
"Maafkan aku. Aku tidak tahu." Carol menyesal.
"Carol! Aku phobia air. Aku punya kenangan buruk dengan air yang banyak." Martin berbagi cerita dengan Carol. Carol mendengarkan dengan seksama sambil duduk di tempat tidur Martin.
"Dulu, Aku pernah menjadi korban bencana tsunami. Aku hampir tidak selamat. Saat itu usiaku masih kecil. Aku sedang bermain di pantai bersama keluargaku dan tsunami itu merenggut kakek, nenek, serta ibuku. Aku terpukul, sangat terpukul dengan kepergian mereka bertiga. Beruntung aku masih bisa selamat. Berjam-jam aku nyangkut di atas sebuah pohon. Sejak saat itu aku menjadi phobia dengan air," sambung Martin. Dia mengeluarkan air mata saat menceritakan kembali kejadian besar yang pernah menimpanya dulu. Martin bercerita dengan sangat emosional. Carol yang mendengar juga ikut sedih merasakan kejadian yang diceritakan Martin.
"Aku sangat sedih untuk itu. Sekarang tenanglah. Semua akan baik-baik saja." Carol memeluk Martin, mereka saling berpelukan. Martin merasa agak tenang.
"Terimakasih, kamu tidak menertawakanku."
"Tenang saja. Semua orang pasti memiliki ketakutan, begitu juga denganku," ucapnya tanpa melepas pelukannya dari Martin.
Anget ya, dipeluk 😂 Apalah daya yang jomblo 😂 cuma bisa bayangin or peluk guling. 😂 Btw, Kalian punya phobia apa? Aku phobia tempat sempit dan gelap. Kalau kalian? Corat-coret di komentar, pengen tau juga ☺️ Jangan pelit berbagi ya 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 21 Episodes
Comments