"Bu! Carol berangkat dulu, yah." Carol berpamitan dengan Kate, ibunya yang sedang menanak nasi.
"Mau kemana, Carol?"
"Mau kerja kelompok sama Joseph di rumah Martin."
"Oh! Kalau gitu hati-hati."
"Nak, tunggu!" Kate menghentikan Carol yang mulai berjalan menjauh.
Carol berjalan ke ibunya lagi. "Ada apa lagi, Bu?" tanyanya.
"Nitip antarkan buat Martin." Kate mengambil rantang dan memasukan makanan.
"Bu! Gak perlu repot-repot. Nanti takut gak dimakan."
"Gak apa-apa. Kalau Martin gak mau, buat kamu sama temanmu saja."
Carol mengangguk. Kate memberikan rantang yang sudah ia isi dengan masakan buatannya sendiri.
"Makasih, Bu. Carol pamit dulu." Carol mencium pipi ibunya dan pergi.
...
Carol akan menekan tombol bel rumah Martin. Saat akan menekan, pintu sudah terbuka. Di sana berdiri Joseph yang memakai kaos dan kolor. Meski hanya memakai pakaian sederhana, Joseph terlihat tampan. Rahangnya yang kokoh dan alis tebal yang rapi seperti hasil sulam, membuat Carol sedikit menyukai tampang Joseph.
"Kau sudah datang. Ayo masuk!" ajak Joseph.
Joseph memperhatikan sesuatu yang Carol pegang. "Apa itu?"
"Ini rantang."
"Aku tau itu. Tapi apa yang berada di dalamnya."
Carol berhenti, Joseph juga ikut berhenti saat Carol berhenti. "Kau ini jadi cerewet sekali, tidak seperti dulu."
"Sama sepertimu. Aku belajar ini darimu."
"Jawablah pertanyaanku tadi," sambung Joseph.
"Ini makanan untuk Martin dari ibuku." Carol memperhatikan sekitar ruang tamu. "Dimana Martin?" tanya Carol tidak mendapati Martin berada di sini.
"Dia tidak ada," jawab Joseph yang santai berjalan sendiri meninggalkan Carol setelah Carol menyebut nama Martin.
"Hei, tunggu!" Carol mengejar Joseph, menyesuaikan langkahnya.
"Kau ini tidak sopan. Ada tamu ditinggal begitu saja," protes Carol.
"Aku benci denganmu," tukas Joseph.
Carol terdiam, hatinya merasakan sesuatu yang aneh. "Kenapa? Kenapa kau membenciku?" tanya Carol, matanya sedikit berkaca-kaca.
"Karena kau bodoh!" jawab Joseph masih berjalan tanpa memperdulikan Carol yang tertinggal di belakang.
Carol mendorong Joseph dari belakang, membuat Joseph terkejut.
"Apa-apaan kau ini?!" Joseph bertanya-tanya tentang sikap Carol.
Carol terlihat marah. "Kau mengataiku bodoh?!"
"Iya! Memang kenapa?!"
"Aku tidak bodoh!" seru Carol sedikit ngegas.
"Kau bodoh!"
"Tidak!"
"Bodoh!"
"Kau ini menyebalkan! Dasar!"
"Kau memang bodoh. Kau bodoh karena mencintai Martin."
"Memang kenapa kalau aku suka Martin? Dia baik."
"Kau belum mengenalnya, Carol."
"Sudah! Aku sudah kenal dia luar dalam."
"Sungguh?!"
Carol mengangguk.
"Kau belum mengenalnya. Kau pasti tidak tahu Martin suka ngorok saat tidur." Joseph tertawa.
Carol merasa sedikit ilfeel mendengarnya. "Memang kenapa kalau dia ngorok? Itu wajar," ucap Carol membela Martin.
"Kau juga pasti tidak tahu Martin sering ngiler." Lagi-lagi Joseph tertawa.
"Apa!!!" Kali ini Carol benar-benar ilfeel.
"Iya."
"Kau pasti hanya ingin menjelek-jelekkan Martin 'kan?"
"Untuk apa? Itu memang benar, kok. Aku sudah sejak kecil bersamanya. Aku tahu dia luar dalam, bahkan kita pernah mandi bersama." Tidak terasa mereka sudah berjalan sampai ke taman belakang rumah Martin.
"Lalu kenapa kau menceritakan itu semua kepadaku?"
"Agar kau tidak menyesal," ucap Joseph, Carol terkejut saat Joseph menjepit hidungnya.
Carol berjalan ke arah kursi dan duduk santai. "Aku tidak akan menyesal bersama Martin. Tidak peduli dia sering ngiler atau ngorok, dia baik padaku dan keluargaku. Aku akan tetap mencintainya," ujar Carol dengan percaya diri.
"Kemana teman-teman lain?" tanya Carol menyadari tidak ada teman-temannya yang lain, hanya ada dia dan Joseph di taman.
Joseph menggelar tikar. "Mereka tidak ada. Mereka tidak datang."
"Loh, kok gitu? Kamu tidak lupa mengundang mereka juga kan?"
"Aku sengaja. Aku hanya ingin berdua denganmu," ucap Joseph sambil tersenyum nakal.
Carol marah, dia mengomeli Joseph. "Kau ini apa-apaan. Ini kan kerja kelompok, masa hanya kita berdua. Bagaimana dengan mereka nanti."
"Tau gitu aku tidak datang tadi," sambungnya kesal.
"Ayolah! Aku hanya bercanda. Mereka sudah kuundang tapi mereka tidak bisa datang karena suatu hal, kau tidak perlu khawatir."
Carol memikirkan sesuatu, sesuatu hal yang jail dan tentunya tidak bagus untuk seseorang.
"Dimana dapurmu?" tanya Carol pada Joseph yang sedang membereskan barang-barang tugas.
"Ada! Mau apa? Apa kau ingin minum? Akan kubuatkan." Joseph berdiri. Carol menghentikannya. "Tunggu, Joseph!"
"Aku ingin minum, tapi aku ingin membuatnya sendiri. Aku tidak percaya padamu, nanti kau memberiku racun."
Joseph tertawa kecil. "Baiklah. Kau masuk saja terus belok kanan, di situ dapurnya."
Joseph kembali duduk dan membereskan barang-barang tugas, membiarkan Carol masuk ke dapur untuk membuat minumannya sendiri.
Dari kejauhan Carol nyengir. "Tunggu saja," serunya sambil melihat Joseph yang sedang beres-beres.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 21 Episodes
Comments