Carol berjalan bak seorang model menuju ruang tamu. Begitu sampai di sana, semua pasang mata tertuju pada Carol. Dengan balutan baju berwarna biru yang dia pakai, Carol terlihat seksi dan menawan sehingga pandangan Martin hanya fokus pada dia. Martin sama sekali tidak berkedip sampai Carol yang sekarang sudah duduk di sampingnya mencubit dirinya.
Begitu Carol duduk. Tom, ayah Carol langsung berdiri dan berbicara dengan suara lantang agar semua orang di ruangan itu dapat mendengar yang ia ucapkan.
"Jadi hari ini kita akan menetapkan perjodohan Martin dengan Carol. Dua bulan setelah hari ini mereka akan bertunangan, dan mereka akan melangsungkan pernikahan setelah Carol lulus sekolah. Setelah pernikahan, Martin bebas membawa Carol kemanapun. Tapi dia tidak boleh menyakiti Carol." Tanpa basa-basi Tom menjelaskan maksud dan tujuan pertemuan ini diadakan, hadirin mendengarkannya dengan seksama.
Tom melirik pada Martin yang terlihat masih mengagumi keindahan ciptaan Tuhan. "Bagaimana, Nak? Apa kamu setuju pernikahan kalian diadakan setelah Carol lulus?"
Martin mengangguk, dia menyarankan sedikit saran kepada Tom. “Kalau bisa sih secepatnya,” ucapnya karena tidak sabar menikahi Carol yang terlihat sangat cantik.
Tom dan orang tua Martin tertawa mendengar ucapan Martin yang terdengar sangat tidak sabar untuk menikahi Carol.
Carol menyela. "Keberatan!" ucap Carol seperti sedang dalam sebuah sidang, tangannya mengacung dengan tegak. Semua orang yang berada di ruang tamu itu menatap Carol, apalagi Marry, dia menatap Carol dengan pandangan yang sinis.
Marry adalah saudara jauh Martin, dia baru kembali dari luar negri beberapa hari yang lalu. Sejak diumumkan perjodohan antara Carol dan Martin, Marry langsung tidak menyukai Carol. Entah apa yang merasuki gadis berambut pirang itu, dia nampak sangat membenci Carol, padahal Carol tidak salah apa-apa pada dia.
"Keberatan ditolak!" Ayah Carol langsung menolak keberatan putrinya tanpa mendengarkan apa yang Carol ingin sampaikan terlebih dahulu. Dia tahu Carol akan menolak dan berusaha membatalkan perjodohan ini. Tapi ini terpaksa, kalau perjodohan ini tidak terlaksana maka dia dan keluarganya akan menjadi gelandangan. Tom berhutang pada ayah Martin, dia tidak akan mengingkari janji yang telah dia buat.
"Ini tidak adil, ayah menanyai Martin, tapi tidak denganku." Carol protes, dia merasa tidak diberi keadilan berpendapat.
Ibu Carol menyela, dia mengatakan yang tadi ia dengar saat ia membangunkan Carol yang sedang tidur. Ucapan ibu Carol sukses membuat anaknya menjadi malu di hadapan semua orang, termasuk Martin.
Martin menarik Carol agar duduk kembali. Dia mendekat kepada Carol dan berbisik. "Tenang, Nona manis. Aku yang akan memberimu keadilan. Tolong seperti itu selalu, mimpikan aku dan sebut namaku."
"Diam kau!!!" bentak Carol.
Tom menarik dan menampar pipi Carol. Dia terlihat sangat marah, wajahnya memerah.
"Beraninya kamu membentak calon suamimu! Harusnya aku tidak memanjakanmu sejak dulu!"
Mendengar nada bicara Tom, Carol bergidik ngeri dan menangis. Martin menarik Carol mendekat pada dirinya. Dia membiarkan Carol menangis dalam dekapannya.
Carol tidak sadar memeluk Martin, dia sekarang sangat dekat dengan Martin sehingga dia dapat mencium aroma parfum yang Martin pakai. Aromanya sangat harum dan menenangkan, cocok dengan karakter Martin yang tahu kapan dia harus bersikap dewasa.
Martin mencoba menenangkan Carol dan Tom tanpa melepas pelukan Carol. "Tenang, Om. Kita bisa bicarakan ini baik-baik. Martin tidak masalah Carol bersikap seperti itu. Itu menjadi keunikan tersendiri, Martin menyukainya karena itu. Martin akan mendidik Carol setelah kami menikah. Carol juga masih sangat muda, wajar emosinya terkadang tidak stabil dan kurang ajar."
Marry yang melihat Carol dalam pelukan Martin, dia terlihat sangat marah. Wajahnya menunjukan ekspresi tidak suka, lebih tepatnya cemburu. Tidak seharusnya Marry menunjukkan kecemburuannya. Dia dan Martin saudara, saudara tidak seharusnya mencintai. Tapi apakah benar Marry cemburu? Atau dia hanya tidak suka terhadap Carol.
Tom tersentuh mendengar dan menyaksikan sikap Martin. Dia sangat bersyukur mendapatkan calon menantu seperti Martin yang sangat sopan dan baik. Hanya saja Tom malu terhadap perbuatan putrinya yang sangat kurang ajar padahal Martin sudah sangat baik. Meski baru berusia 20 tahun, Martin sudah bisa bersikap sangat dewasa, berbeda dengan putrinya yang masih kekanak-kanakan.
...
"Cal, Carol!" Betty menggoyang-goyang tubuh Carol yang sedang tertidur pulas di kelasnya. Dia kelelahan setelah praktek lari tadi. Carol sempat pingsan saat sedang lari. Dia dibawa ke UKS oleh teman-temannya. Carol sangat membenci pelajaran olahraga, karena menurut dia pelajaran olahraga sangat melelahkan. Tapi dia menyukai guru pelajaran olahraga, karena guru pelajaran olahraganya sangat baik, begitupun saat ujian kelas. Tidak heran banyak murid yang menyukai guru olahraga.
"Em ..., Apasih, Bet?!" jawab Carol setengah sadar. Kepalanya masih terasa sedikit pusing.
Wajah Betty menunjukkan dia sedang memikirkan sesuatu yang serius. "Apa benar kamu akan menikah?"
"AH!" Mendengar pertanyaan Betty, Carol langsung terbangun dengan kaget. Dia bingung bagaimana Betty bisa mengetahui tentang perjodohannya padahal dia sudah merahasiakannya dari siapapun.
"Beneran kamu mau menikah?" Betty mengulangi pertanyaannya. Entah mengapa dia terlihat begitu antusias.
Carol mengangguk kecil.
"Wah, kok bisa?! Kebobolan kah?" tanya Betty dengan pertanyaan yang sangat membagongkan.
“Mulutmu!” Carol mencomot mulut Betty yang suka berbicara ceplas-ceplos. Betty protes dengan tingkah Carol yang seenaknya mencomot bibir seksinya.
"Em ..., Bet! Kamu tahu berita ini darimana?"
"Dari temen mamaku, dia tetangga kamu. Dia mendengar saat kalian sedang berdebat tentang pernikahan. Dia juga tahu kamu ditampar ayahmu. Wah berita hebat nih, seorang Carolina ditampar ayahnya," jelas Betty.
Carol memegang tangan Betty, memohon pada Betty. "Tolong jangan bilang-bilang yang lain ya, please! Aku bisa malu."
Betty berfikir sejenak. "Baiklah baiklah, karena kamu teman dekatku, akan akan menjaga berita ini. Aku janji!" Betty menaruh tangannya di dada, tanda keseriusan janjinya. Sebenarnya berat bagi Betty untuk tetap diam menutup mulutnya sementara ada gosip terbaru. Namun demi teman dekatnya, dia akan mencoba untuk tetap diam.
Beruntung anak-anak lain juga sedang berganti baju setelah pelajaran olahraga dan ada yang ke kantin. Jadi mereka semua tidak mengetahui Betty yang sedang membicarakan tentang pernikahan Carol.
Bel masuk berbunyi tanda Jam istirahat berakhir, semua murid masuk ke kelas masing-masing. Bu Nining candrawati terlihat sedang berjalan dengan seorang anak laki-laki, sepertinya dia pindahan karena seragam yang dia pakai terlihat sangat berbeda dari seragam sekolah ini.
Bu Nining dan anak itu masuk ke dalam kelas Carol. Semua siswi yang ada di kelas Carol langsung heboh setelah melihat anak itu. Mereka terpesona dengan tampang anak baru itu. Wajahnya seperti tersimpan banyak misteri, dia pucat tapi tampan, rahangnya juga terlihat tegas. Dengan postur tubuh sedang dan badan tegap, membuat dia terlihat sempurna seperti layaknya tokoh dalam anime. Ia memperkenalkan dirinya sendiri sebagai Joseph Adriano. Yaitu seorang murid pindahan dari sekolah yang terletak entah dimana, karena nama sekolah itu sangat asing di telinga siapapun. Dia menatap Carol selama memperkenalkan dirinya. Dia seperti mengincar Carol. Matanya yang berwarna coklat kemerahan itu enggan berpaling dari Carol. Carol yang menyadari hal tersebut merasa sedikit terganggu oleh tindakan Joseph.
Bu Nining mempersilahkan Joseph duduk di bangku kosong, dan sayangnya bangku yang kosong hanya bangku di samping Carol karena Carol duduk di kursi paling depan. Sementara sahabat Carol sendiri, yaitu Betty. Dia berada di bangku belakang Carol karena dia tidak mau duduk di paling depan dengan alasan agar tidak dipanggil guru duluan. Semenjak Joseph berdiri hingga sekarang duduk di samping Carol, ia terus memandangi Carol dengan tatapan yang mencurigakan, penuh tanda tanya bagi Carol.
Betty yang duduk di belakang Joseph memanggil-manggil namanya sambil berbisik. Joseph sama sekali tidak menanggapi panggilan Betty, dia terus menatap Carol. Dia mengabaikan Betty dan anak-anak lain yang sepertinya sedang berusaha mencari perhatiannya. Carol yang tidak cari perhatian atau caper, malah di pandangi Joseph sejak tadi. Entah apa yang Joseph pandang dari dirinya. Padahal ratu kecantikan sekolah sejak tadi berusaha mendapat perhatiannya. Tidak ada yang akan menolak ratu kecantikan itu, selain Brian tentunya. Berbondong-bondong cowok berusaha agar dapat berkencan dengan ratu kecantikan pemegang rekor tiga kali itu, tak ada yang bisa mengalahkannya dalam kontes kecantikan.
Bu Nining pamit undur diri setelah mengantarkan dan memperkenalkan Joseph, karena memang hari ini bukan jadwal pelajarannya. Ia hanya mengantarkan murid pindahan itu.
“Kenapa sih? Ada masalah apa? Ada yang aneh?” tanya Carol yang risih sejak tadi dipandangi oleh Joseph.
Joseph mengabaikannya, dia memalingkan wajahnya setelah menyadari Carol sudah mulai terganggu.
“Dih aneh, ditanya malah buang muka.”
Semua murid mendadak diam saat guru yang terbilang killer memasuki ruangan. Guru mata pelajaran matematika itu seperti biasa, dia memasuki ruangan dengan membawa sebuah buku dan penggaris yang cukup panjang dan besar. Carol bergidik ngeri, apalagi baru minggu lalu dia terkena marah oleh guru ini karena lupa mengerjakan pekerjaan rumah. Dia diberikan peringatan oleh gurunya itu agar tidak lalai mengerjakan tugas-tugasnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 21 Episodes
Comments