"Halo! Siapa ini?" tanya Carol. Sebuah nomor yang tidak dikenal menelponnya di tengah malam saat ia sedang asik tidur di kamarnya sendiri.
Hembusan nafas terdengar tapi tidak ada suara.
"Siapa, yah?"
"Hei! Siapa ini?" Carol mulai jengkel, tidak ada jawaban dari orang ini.
"Bicaralah atau akan kututup telponnya!" ancam Carol. Dia sangat mengantuk, orang ini hanya mengganggu tidurnya saja.
"Tunggu sebentar!" Akhirnya orang yang entah siapa itu mulai berbicara.
Carol merasa seperti tidak asing dengan suara ini. "Joseph! Apa itu kau?" tanya Carol menebak-nebak.
"Wah, Kau mengenali suaraku," seru Joseph.
"Ada apa Kau menelponku tengah malam? Itu sangat mengganggu sungguh. Kau tidak sopan."
"Maafkan aku untuk itu. Aku hanya ingin mengingatkanmu besok kerja kelompok di rumah Martin. Jangan telat, ok!"
"Hanya itu?"
"Ya, hanya itu. Kau pikir apa lagi. Awas jangan telat!"
"Kau hanya ingin beritahu itu? Memberitahu yang sudah kutahu? Oh ayolah, Joseph !!! Kau membuang-buang waktuku saja. Aku mengantuk sekali. Aku ingin tidur dan memimpikan Martin."
"A–" Belum selesai Joseph bicara, Carol mematikan telepon dan menaruh ponsel di lacinya, kali ini dia menonaktifkan ponselnya agar tidak ada yang mengganggu tidurnya lagi.
Dia menarik selimut dan kembali tidur.
...
"Sial! Sudah siang. Aku kesiangan," gerutu Carol. Kate, ibunya tidak membangunkan dia hari ini, entah kenapa. Carol telat bangun, saat melihat jam, jam sudah menunjukkan pukul 09:00, berarti sekolah sudah masuk dua jam yang lalu.
"Hari ini aku tidak berangkat sekolah. Berangkat pun percuma. Aku tidak akan diperbolehkan masuk oleh pak satpam."
"Carol ada apa? Kenapa mengomel?" Kate datang. Dia merapikan selimut Carol.
"Ibu! Ibu kenapa tidak membangunkan aku? Aku jadi telat berangkat sekolah," omel Carol.
"Ibu tidak sengaja. Ibu juga kesiangan. Mulai sekarang Kamu harus mencoba belajar bangun tepat waktu sendiri. Percuma ada jadwal harian tapi bangun masih harus dibangunkan."
"Iya! Iya! Aku akan belajar bangun tepat waktu sendiri."
"Ayah mana, Bu?"
Kate membuka gorden jendela kamar Carol. "Di luar, lagi ngopi sambil menghisap rokok," jawabnya.
"Ah, ayah! Sudah kubilang jangan merokok lagi. Gak mau nurut." Carol bangun, pergi meninggalkan Kate di kamarnya. Dia berjalan ke luar rumah. Di depan rumah sudah ada ayahnya yang sedang duduk santai sambil minum kopi dan merokok.
"Ayah!!!" pekik Carol.
Carol merebut rokok Tom, ayahnya. Dia terus mengomeli ayahnya. "Ayah sudah kubilang jangan merokok lagi, berhentilah. Aku tidak ingin Kau sakit. Jadi, berhentilah!"
"Apa-apaan kau ini. Datang-datang merampas rokok ayah dan mengomel."
"Ayah! Aku sayang ayah. Aku tidak ingin ayah sakit. Berhenti merokok, ok!" ucapnya dengan kecepatan tinggi.
Tom bangun mengangkat secangkir kopinya, dan berkata, "Cerewet!" Lalu dia pergi masuk ke dalam rumah meninggalkan Carol sendiri di depan rumah.
Melihat ayahnya pergi masuk, Carol merasa kesal. "Ih, Ayah!"
Ponsel di tangan Carol berdering. Sebuah panggilan dari nomor semalam.
Carol mengangkatnya, baru dia taruh di telinga, Joseph sudah berbicara seperti kereta api. "Carol, kenapa kau tidak masuk? Kau kenapa? Apa kau sakit? Kerja kelompoknya jadi 'kan? Kau bisa datang 'kan?" Joseph sangat cerewet, tidak seperti biasanya yang santai dan kalem. Entah apa yang merasukinya saat ini.
"Tenang, Joseph! Tenang.
"Aku tidak sakit, hanya kesiangan. Kerja kelompoknya jadi kok, tenang saja. Aku pasti akan datang ke rumah Martin. Aku ingin bertemu dia, aku sudah rindu dengan dia," sambung Carol.
"Oh! Baguslah," ucap Joseph datar, Joseph menutup panggilan.
Di kelas, Joseph melamun sendirian. Dia tidak mempunyai teman laki-laki seorang pun. Mereka menjauhi Joseph. Mereka iri kepada Joseph karena ketampanan Joseph, dia jadi perbincangan di antara gadis-gadis di sekolahnya dan juga karena Joseph aneh. Dia pernah terlihat berbicara sendiri, padahal tidak ada seorangpun di dekatnya.
"Aku rindu padamu, Carol. Andai kamu tahu tentang perasaanku dan kamu tidak dijodohkan dengan si brengsek Martin," ucap Joseph dalam hatinya. Dia mencoret-coret bukunya tidak jelas, membentuk love tidak karuan.
"Joseph, fokus!" Seseorang mengagetkan Joseph yang sedang melamun.
"Kau! Mau apa lagi? Sudah kubilang jangan temui aku seperti ini." Joseph memperingatkan orang di hadapannya.
Anak-anak lain bergunjing melihat Joseph yang mulai berbicara sendiri.
"Lihat tuh, Si aneh. Dia mulai berbicara sendiri." Mereka semua menatap Joseph dan tertawa keras melihat Joseph berbicara sendiri.
"Lihat! Mereka menertawakanku gara-gara dirimu." Joseph menyalahkan orang yang berada di depannya.
"Sekarang pergilah!" usir Joseph.
"Dia selalu muncul di tempat yang salah. Orang-orang itu mengira aku berbica sendiri karena mereka pasti tidak bisa melihat dia. Aku pasti mereka anggap gila atau orang aneh," gerutu Joseph. "Gara-gara dia aku tidak punya teman seorangpun. Semua salah dia!" sambungnya.
"Jos! Joseph!" Betty menggoyang-goyang bahu Joseph yang berada di depannya.
Joseph berbalik, melihat Betty berdiri. "Ada apa?" tanya Joseph ketus.
"Aku butuh bantuanmu. Please! Bantu aku," mohon Betty.
"Aku tidak mau," tolak Joseph, dia menaruh kakinya di kursi yang lain dan bersantai menyender di tembok.
"Please!" mohon Betty memelas.
"No!!!" bentak Joseph.
Betty cemberut, menatap Joseph sinis. "Kau sangat berbeda dengan Martin. Dia baik dan kau tidak!" ujar Betty ketus, dia kesal dengan Joseph.
"Martin tidak lebih baik dariku!" seru Joseph. Dia berdiri dan meninggalkan kelas.
Suasana toilet sepi, hanya ada Joseph sendiri di hadapan wastafel.
"Mereka tidak tahu Martin yang sebenarnya," ucap Joseph di depan cermin wastafel kamar mandi sekolahnya. Dia membasuh wajahnya. Wajah Joseph terlihat seksi saat air itu membasahinya. Bibirnya yang berwarna merah merona dan bentuknya yang sensual membuat Joseph terlihat sangat sempurna.
"Si brengsek itu telah berhasil mengambil hati mereka dengan berpura-pura bersikap lembut. Kalau mereka tahu tentang Marry, mereka akan kecewa pada Martin. Tapi aku tidak akan membiarkan Carol tahu tentang Marry, kasian dia, dia pasti akan sedih dan sangat kecewa. Aku harus bisa membuat Carol suka padaku dan melupakan Martin agar saat dia tahu, dia tidak akan terlalu kecewa dan sedih," sambungnya.
"Joseph!" Wanita itu muncul di samping Joseph, lagi.
"Kau lagi!"
"Pergilah! Aku tidak ingin melihatmu sekarang," usir Joseph, dia merasa terganggu dengan kedatangan kekasihnya yang pernah dia sukai.
"Kau ini kenapa? Setiap aku datang, Kau mengusirku."
"Aku sedang tidak ingin kau ganggu. Jadi pergilah dulu!"
Wanita itu menghilang, dia kecewa pada Joseph. Joseph merasa sedikit tenang.
"Maafkan aku. Aku tidak bisa mengorbankan Carol. Aku yang akan melindunginya. Akan kuhadapi kaumku bahkan rajapun akan kuhadapi untuk menyelamatkan Carol."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 21 Episodes
Comments