Jason meletakkan tubuh Celine dengan hati-hati. Pria itu duduk disamping tempat tidur dan memegang luka di kepala Celine. Sebenarnya Jason marah dan ingin menyalahkan Celine. Namun ketika melihat keadaan Celine yang seperti sekarang, dia jadi tidak tega.
Sedangkan Celine hanya diam saja dan melamun. Tatapannya kosong. Bahkan dia tidak lagi sadar kalau kini Jason duduk di dekatnya. Entah apa yang sekarang memenuhi pikirannya.
Kemunculan Pak Jim dan Dea di kamar itu membuat Jason beranjak dari tempat tidur. Sekali lagi dia memandang ke arah Celine. Saat ingin pergi tiba-tiba Celine memegang tangan Jason.
"Terima kasih." Celine kembali melepas tangan Jason dan memalingkan wajahnya.
Jason masih belum mengeluarkan kata. Pria itu segera pergi meninggalkan kamar Celine. Menyerahkan urusan Celine kepada Pak Jim dan juga Dea.
Di depan kamar Jason bertemu dengan Ben. Baju pria itu terlihat kotor sekali. Dia baru saja membereskan mayat tiga preman yang sudah berani mengganggu Celine.
"Tuan, air sudah disiapkan. Makan malam juga sudah disiapkan di kamar anda." Ben memberi jalan untuk Jason lewat.
Jason mengepal kuat tangannya. Pria itu masih terus saja mengutuk dirinya karena hampir gagal menjaga Celine. Bagaimana kalau tadi wanita itu sampai terbunuh? Jason masih tidak habis pikir dengan dirinya sendiri. Sekarang wanita itu seperti sebuah prioritas di dalam hidupnya. Padahal biasanya dia tidak sepeduli ini sama wanita.
"Pastikan dia baik-baik saja."
"Baik, Tuan." Ben memandang punggung Jason yang semakin menjauh. Saat pria itu sudah turun ke bawah, Ben memutar tubuhnya dan pergi dari sana.
Di dalam kamar, Dea mengobati luka di kepala Celine. Pelayan wanita itu merasa kasihan melihat nasip Celine. Baru juga satu hari keluar dari ruang bawah tanah. Kini dia harus terluka lagi.
"Nona, siapa yang sudah melakukan semua ini? Anda pergi ke mana tadi?"
"Aku pergi mengunjungi makam Tante Lyn. Aku ketiduran karena banyak menangis. Saat aku terbangun, langit sudah gelap."
"Nona, lain kali anda jangan ceroboh seperti itu lagi. Anda bisa dalam bahaya, Nona." Dea menyisir rambut Celine dengan hati-hati. "Anda harus meminum obat sebelum tidur."
"Dea, kenapa Jason tiba-tiba berubah baik?"
"Tuan Jason, Nona?" Dea mengernyitkan dahinya. "Mungkin Tuan Jason mulai jatuh cinta sama anda, Nona."
"Jatuh cinta? Tapi itu tidak boleh!" protes Celine dengan serius.
"Nona, kenapa tidak boleh? Tuan Jason akan menjadi suami anda. Sudah saatnya Tuan Jason belajar untuk mencintai anda. Anda juga harus mulai belajar mencintai Tuan Jason, Nona."
Celine menghela napas kasar. "Tapi aku tidak mau menikah dengannya. Aku belum benar-benar tulus memaafkan kesalahannya," sahut Celine di dalam hati.
*
Jason masih berendam di dalam bak mandi. Pria itu terus saja memikirkan Celine. Di mulai dari sifat galaknya saat di mobil. Sifat centilnya saat meminta uang. Bahkan semua ekspresi wajah Celine kini mengganggu pikiran Jason.
Jason mengusap wajahnya dengan frustasi. Debaran jantungnya menjadi tidak karuan tiap kali dia memikirkan seorang Celine. Pria itu merasakan sesuatu yang aneh di dalam hatinya.
"Celine ...." ucap Jason pelan. Pria itu mulai menyunggingkan senyumnya. Ini pertama kalinya dia merasa bahagia saat memikirkan seorang wanita.
***
Waktu terus berlalu. Untuk beberapa hari Jason memutuskan untuk tetap di rumah menjaga Celine. Dia menyerahkan urusan perusahaan kepada Ben. Pria itu lebih memilih duduk santai di rumah sambil memperhatikan gerak-gerik Celine di dalam rumah. Meskipun memandangnya dengan cara sembunyi-sembunyi. Tapi itu semua berhasil membuat hatinya merasa bahagia.
Setelah selesai makan siang, Jason dan Ben terlihat berbincang-bincang di ruang utama. Mereka membahas perkembangan gedung ROC Group yang baru.
Dari kejauhan, Celine muncul dengan pakaian yang sudah rapi. Perban di kepalanya juga sudah dibuka. Dia melangkah dengan begitu elegan. Dres panjang berwarna biru muda dengan balutan tweet blazer berwarna putih mengeluarkan sisi feminim Celine siang itu.
Jason memandang Celine sejenak sebelum memalingkan wajahnya. Dia juga tidak mau memperlihatkan rasa tertariknya di depan semua orang. Pria itu berusaha memasang ekspresi setenang mungkin agar tidak terlihat mencurigakan.
"Jason, aku mau belanja." Celine duduk di salah satu sofa yang tidak terlalu jauh dari Jason. "Aku mau beli baju, tas, sepatu dan ...."
"Apa kepalamu sudah sembuh?" tanya Jason singkat.
"Ini hanya luka kecil. Tidak sebanding dengan luka yang pernah kau berikan," sindir Celine dengan senyuman manis. Dia memamerkan jarinya tanpa mau memandang Jason.
Ben mengernyitkan dahi mendengarnya. Beraninya Celine mengungkit masalah di ruang bawah tanah. Bagaimana kalau setelah ini suasana hati Jason berubah lagi?
Jason mengacungkan satu jarinya memanggil Celine. "Kemarilah."
Celine segera beranjak dari duduknya. Wanita itu menjatuhkan tubuhnya di atas pangkuan Jason. Mengalungkan kedua tangan di leher jenjang pria itu. Dia harus tetap pada rencana awal. Terlihat seperti wanita matre dan sedikit murahan.
"Ada apa, Sayang? Apa kau merindukanku?" Celine berupaya keras menjadi jalang yang begitu menjijikkan.
Jason menatap wajah Celine yang kini sangat dekat dengannya. Tiba-tiba pria itu berdiri dan menggendong Celine. Tingkah laku Jason berhasil membuat Celine panik. Bukan seperti ini yang dia harapkan. Bukankah seharusnya Jason marah dan mendorongnya sampai terjatuh. Atau tidak memakinya karena sudah bersikap tidak sopan?
"Kita mau ke mana?" tanya Celine.
"Belanja. Bukankah kau yang minta?"
"Tapi, turunkan aku dulu," protes Celine. Dia sampai lupa dengan rencananya sendiri. Wajahnya yang panik membuat Jason semakin tertarik. Pria itu berjalan sambil menahan senyum.
"Kau yang memulainya, Celine."
"Tapi ...." Celine benar-benar frustasi. Wanita itu kembali diam dan pasrah. Wajahnya terlihat tidak bersemangat. "Sial! Kenapa gagal lagi?”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
🅰️Rion bee 🐝
aduuwhh celine bukanya ilfil yg ada jason malah makin cinta kalo kamu seimut n semenggemaskan itu 🤣🤣
2025-03-09
1