Jason dan Nyonya Lyn sudah duduk di meja makan. Ibu dan anak itu belum mau memulai makan malam mereka karena Celine belum turun. Sesekali Jason mengusap tangan Nyonya Lyn dan tersenyum. Pria itu sangat-sangat menyayangi ibu kandungnya. Dia terlihat begitu manja dan jauh lebih lembut.
"Jason, apa mama sudah pantas menggendong cucu?"
Pertanyaan Nyonya Lyn membuat Jason terdiam. Dia mengernyitkan dahinya lalu mengangkat kedua bahunya. "Sebaiknya mama jangan memikirkan soal cucu. Mama akan stress setelah memiliki cucu. Anak kecil selalu saja merepotkan."
Nyonya Lyn segera melayangkan sendok ke kepala Jason. Wanita paruh baya itu kesal mendengar jawaban putranya. "Kau ini normal tidak sih? Apa jangan-jangan kau ini gay."
"Ma, mama ini kenapa? Jason happy- happy aja dengan hidup Jason selama ini. Kenapa lagi-lagi mama membahas soal pernikahan." Jason terlihat kesal. Namun dia berusaha tetap tenang agar tidak sampai melukai hati ibu kandungnya. "Ma, jika waktunya telah tiba. Jason pasti akan menikah."
"Kapan? Mama sudah mendengar kalimat itu sejak usiamu 28 tahun. Sudah hampir 6 tahun mama menunggu Jason. Bahkan mama bersih keras untuk tidak menjodohkanmu dengan putri teman mama demi menjaga perasaanmu. Tapi sampai detik ini kamu tidak juga membawa wanita yang ingin kau nikahi ke rumah ini. Apa semua ini karena geng mafiamu itu?"
Jason terdiam. Dia benar-benar kehabisan kata-kata saat ini. Jason juga tidak menyangka kalau sebenarnya ibu kandungnya tahu dengan apa yang dia lakukan selama ini.
Dari kejauhan, terdengar suara sendal Celine turun dari tangga. Nyonya Lyn memandang ke depan dan memperhatikan penampilan Celine. Tidak dengan Jason. Pria itu memasang ekspresi dingin dan segera mengambil alat makannya. Dia ingin acara makan malam ini segera berakhir. Pria itu merasa tidak nyaman sejak Celine ada di rumahnya.
"Celine, kamu cantik sekali malam ini. Sini duduk di dekat Jason." Nyonya Lyn menunjuk kursi yang ada di seberang meja. Posisinya saling berhadapan dengan Nyonya Lyn. Waktu itu Jason yang duduk di kursi utama.
Celine hanya mengangguk sebelum duduk. Dia semakin tidak nyaman. Bahkan untuk memandang wajah Jason secara langsung tidak berani.
Sedangkan Jason bersikap tak acuh. Dia menganggap Celine itu hanya sebuah patung. Tidak perlu dianggap ada. Bahkan melirik sedikitpun ke arah wajah Celine, Jason tidak mau melakukannya.
Setelah melihat Celine telah tiba di meja makan, para koki mulai menghidangkan masakan mereka. Para pelayan juga terlihat sibuk ke sana kemari mempersiapkan segala sesuatunya. Mereka semua tidak ada yang berani mengangkat kepala selama Jason ada di meja makan.
Aura pria itu memang sangat menakutkan. Meskipun dia tidak mengeluarkan kata, tapi jika Jason sudah ada di rumah. Semua pekerja seperti merasa tidak nyaman. Mereka semua tahu seperti apa kejamnya seorang Jason Lionidas.
Sejak Tuan Lionidas tewas dalam insiden kecelakaan, sejak saat itu juga rumah ini terasa seperti neraka. Tidak ada lagi canda tawa maupun kehangatan sebuah keluarga bahagia. Semua hilang begitu saja.
Nyonya Lyn yang lebih sering menghabiskan waktunya di kamar dan pemakaman tidak pernah tahu betul seperti apa kejamnya Jason. Dia hanya tahu kalau putranya mulai terjun ke dalam dunia gelap sejak suaminya tewas. Setelah itu dia tidak lagi tahu banyak tentang putranya.
Celine memperhatikan para pelayan dengan alis saling bertaut. Biasanya dia masih bisa melihat jelas senyum ramah di wajah para pelayan tersebut. Tetapi kini semua terlihat jauh berbeda.
"Apa yang mereka takuti? Apa mereka merasa tidak nyaman melihat Jason ada di sini? Mereka juga merasakan apa yang aku rasakan?" batin Celine.
Para pelayan dan koki berbaris rapi setelah selesai menghidangkan makanan di meja. Posisi mereka tidak terlalu jauh di belakang Nyonya Lyn. Dari posisi itu, Celine bisa melihat jelas ketakutan di wajah pelayan tersebut. Mereka menunduk dengan tangan gemetar. Padahal seharusnya mereka semua tidak perlu sampai setakut itu. Jason juga tidak mengigit. Dia hanya duduk di kursinya sambil memainkan ponsel tanpa mengeluarkan satu katapun.
"Celine, ayo di makan," tawar Nyonya Lyn.
"Terima kasih, Tante." Celine mengambil pisau dan garpu yang ada di dekat tangannya.
Jason segera meletakkan ponselnya di meja. Pria itu juga segera memulai makan malamnya. Ekspresi wajahnya benar-benar menakutkan. Sampai-sampai Celine tidak selera makan saat itu. Debaran jantungnya menjadi tidak karuan. Celine tidak bisa duduk di dekat Jason seperti ini. Rasanya untuk menghirup oksigen yang ada di sekitarnya terasa begitu sulit.
"Celine, kamu tidak suka dengan steaknya?" tanya Nyonya Lyn.
Koki yang berdiri di belakang sana mengangkat kepalanya. Koki itu seperti sedang berpikir keras sambil mengingat-ingat. Kira-kira apa yang salah dari masakannya malam ini.
Celine bisa melihat raut kekhawatiran di wajah koki tersebut. Wanita itu langsung tersenyum ramah. "Ini enak, Tante. Celine hanya bingung, harus makan yang mana dulu. Semua terlihat sangat lezat."
Nyonya Lyn tersenyum. Dia melanjutkan makan malamnya yang sempat tertunda. Begitupun dengan Celine yang mulai memasukkan makan malamnya ke dalam mulut. Meskipun tidak berselera, dia berusaha agar terlihat seperti sedang menikmati makan malamnya.
"Rasanya aku ingin segera kabur saja dari rumah ini. Aku benar-benar takut. Aku merasa tidak layak ada di tengah-tengah mereka," batin Celine dengan gelisah.
"Celine, apa kamu menyukainya?"
Celine menurunkan garpunya. "Menyukai, Tante?"
Nyonya Lyn tertawa kecil. "Apa kamu menyukai anak Tante."
Jason yang saat itu sedang meneguk minumannya langsung tersedak mendengar pertanyaan ibu kandungnya. "Ma, bukankah mama sendiri yang bilang. Saat makan tidak boleh bicara."
Nyonya Lyn menghela napas kasar. Wanita paruh baya itu kembali diam setelahnya. Dia tidak lagi mengeluarkan kata meskipun ada sejuta Kalim yang ingin dia ucapkan detik ini juga.
"Apa putraku ini benar-benar normal? Jelas-jelas malam ini Celine terlihat sangat cantik. Penampilannya sungguh menarik. Pria mana yang akan menolaknya. Jika saja aku seorang pria, mungkin aku sudah tergila-gila padanya. Tetapi putraku ini tidak memandang Celine sedetikpun," protes Nyonya Lyn di dalam hati.
Tiba-tiba Nyonya Lyn memegang dadanya. Gelas yang ada di dekat Nyonya Lyn tersenggol dan terjatuh ke lantai. Suara pecahan kaca mengalihkan perhatian semua orang.
"Mama!"
"Tante!"
Jason dan Celine sama-sama beranjak dari kursi mereka. Mendekati Nyonya Lyn untuk memeriksa keadaan wanita paruh baya itu. Kini Nyonya Lyn terlihat memejamkan mata. Bibirnya terlihat sedikit pucat.
"Ma," panggil Jason khawatir. Pria itu segera menggendong ibu kandungnya. "Ben, kita ke rumah sakit sekarang."
Ben mengangguk dan berlari menuju ke mobil. Celine juga berusaha untuk mengejar Jason. Dia ingin ikut ke rumah sakit. Celine ingin menemani Nyonya Lyn. Dia khawatir. Dia tidak mau sampai wanita paruh baya itu kenapa-kenapa. Semua orang yang ada di ruangan itu juga ikut panik. Sebagian membereskan meja makan, sebagian lagi ikut berlari ke depan.
Setibanya di depan, Jason segera memasukkan Nyonya Lyn ke dalam mobil. Dia menatap sinis ke arah Celine. "Kau tidak perlu ikut!"
Mendengar perkataan Jason membuat Celine terdiam. Dia tidak berani membantah. Wanita itu terlihat sedih ketika memandang mobil hitam itu melaju kencang. Kedua tangannya ada di sisi samping gaun sambil menggenggam gaun berwarna biru muda itu dengan cemas. Ingin sekali Celine ikut. Tapi dia juga tidak memiliki keberanian untuk melawan Jason.
Pak Jim seolah mengerti dengan apa yang dirasakan Celine. Pria paruh baya itu berjalan mendekat Celine. Dia memegang pundak Celine hingga membuat wanita tersebut tersentak kaget.
"Pak Jim." Celine memalingkan wajahnya dan segera menghapus air mata yang baru saja menetes.
"Nona, apa anda mau mengobrol dengan saya?"
Celine mengangguk. "Tentu, Pak Jim. Apa yang ingin anda bicarakan?"
Pak Jim tersenyum. "Mari ikut saya, Nona."
Celine diam sejenak. Dia memperhatikan keadaan sekitar yang sudah sunyi. Semua pelayan yang sempat keluar rumah sudah masuk kembali ke dalam. Celine segera melangkahkan kakinya mengikuti Pak Jim dari belakang. Meskipun begitu, pikiran Celine masih tertuju kepada Nyonya Lyn.
"Tante ... Semoga Tante baik-baik saja. Celine sangat mengkhawatirkan keadaan Tante."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
MissKei
baca sdh pelan2😂.. tetep cepat habis 😂😂... lanjut lagiiiiii kakak Author... 🥰
2025-03-03
0