"Kamu ini selalu punya cara untuk merayu mama." Nyonya Lyn duduk di sofa yang sedikit menjauh dari Jason. Dia meletakkan kotak perhiasan berwarna biru tua di atas meja.
"Apa itu, Ma?" Jason kembali duduk. Dia mengambil kotak perhiasan itu dan membukanya. Ada sebuah kalung yang bentuknya sangat indah. Seperti sengaja didesain secara khusus. Setiap detailnya mengandung makna yang berarti. Jason masih belum mengerti kenapa ibu kandungnya itu harus memberinya sebuah kalung?
"Mama mau saat pernikahan nanti Celine memakai kalung ini. Sudah lama mama membelinya. Sekitar lima tahun yang lalu. Mama senang sekali akhirnya bisa memberikan kalung ini kepada menantu mama. Sekarang kalung ini kamu yang simpan." Wajah Nyonya Lyn kembali bersinar. Sepertinya kehadiran Celine benar-benar memberi dampak yang begitu positif bagi Nyonya Lyn.
Jason mengernyitkan dahinya. "Kenapa nggak mama aja yang simpan dan kasihkan kalung ini kepala Celine? Kenapa harus Jason?"
Nyonya Lyn menarik kuping putranya karena geram. "Karena yang mau menikah kamu, bukan mama. Kamu sendiri yang akan memasang kalung ini di leher Celine."
Jason mendengus kesal. Antara ikhlas dan tidak. Tapi, ini kesempatan baginya untuk bisa mendapatkan izin. "Apa itu berarti mama sudah memberi izin kepada Jason untuk pergi?"
Nyonya Lyn memalingkan wajahnya. "Pergilah. Mama selalu doakan agar urusanmu di luar sana segera selesai. Mama harap kamu bisa berpikir dewasa, Jason. Jangan terlalu sering bermain di luar. Dunia mafia bukan dunia yang nyaman.
Ada banyak pembunuhan di sana. Pilihannya antara hidup dan mati. Mama hanya tidak mau kamu celaka. Untuk itu mama memintamu segera menikah. Mama tidak mau kamu terus berada di dunia penuh darah itu."
Jason kaget mendengarnya. Dia tidak menyangka kalau ibu kandungnya sudah tahu seperti apa kehidupan yang selama ini dia jalani. Meskipun begitu, Jason masih berusaha menutupinya. "Ma, mama bicara apa? Dunia penuh darah itu seperti apa? Mafia? Jason tidak paham maksud mama."
"Jason ... Mama yang melahirkanmu. Mama tahu seperti apa kehidupanmu di luar sana. Sejak papa pergi, semua jadi berubah. Termasuk sikapmu Jason. Jason yang dulu mama kenal sebagai anak yang murah senyum kini berubah menjadi pria yang suka marah dan ... Suka membunuh."
Jason beranjak dari duduknya. Dia mengecup pucuk kepala ibu kandungnya. Semakin diperpanjang, tidak akan ada akhirnya. "Ma, Jason pergi dulu."
Jason mengambil kotak perhiasan itu dan membawanya. Jason melangkah turun ke lantai bawah sambil memikirkan apa yang dikatakan Nyonya Lyn saat di kamar. Di depan dia bertemu dengan Ben yang sudah siap dengan perjalanan mereka malam ini. Jason memberikan kotak perhiasan itu kepada Ben.
"Simpankan kotak ini di lemari."
Ben menerima kotak itu dan membawanya ke kamar Jason. Sedangkan Jason mengernyitkan dahinya saat menyadari ponselnya ketinggalan di kamar ibu kandungnya.
"Astaga. Kenapa harus ketinggalan? Semoga saja setelah kembali ke kamar mama tidak berubah pikiran."
Jason kembali naik ke lantai atas. Langkahnya terhenti saat melihat pintu kamar ibu kandungnya terbuka lebar. Pria itu segera berlari untuk memeriksa.
Di dalam sana, tersaji pemandangan yang sangat mengejutkan. Wanita yang sangat dia sayangi dengan segenap jiwa dan raganya kini telah tergeletak di lantai. Bersimbah darah. Kedua matanya terpejam.
Di sampingnya ada Celine yang terduduk dengan tangan memegang pisau. Wanita itu terlihat lemas. Dia pucat. Saat memandang Jason berdiri di ambang pintu, Celine hanya diam. Seakan suara yang ingin dia keluarkan tertahan di tenggorokan.
"Mama!"
Jason berlari kencang menuju ke arah Nyonya Lyn. Kedua matanya terlihat sangat menakutkan. Dia mengangkat kepala ibu kandungnya dan memeriksa denyut nadinya. Tatapannya tertuju ke arah Celine. Jason segera menarik tangan wanita itu dengan kasar. Pisau yang ada di tangan Celine terlepas begitu saja.
"Pembunuh!"
"Jason, aku bisa jelaskan." Celine tidak bisa menyelesaikan kalimatnya.
Jason mencekik leher Celine. Bahkan mengangkat tubuh wanita itu ke atas. Sampai-sampai kedua kakinya tidak lagi bisa menyentuh lantai.
Tatapan Jason terlihat begitu tajam. Menusuk dan berhasil membuat Celine ketakutan. Dia tidak menyangka kalau calon suaminya akan semenakutkan itu. Rahang wajah Jason mengeras. Giginya saling beradu. Otot-ototnya yang keras terbentuk saat pria itu mengangkat tubuh Celine dengan satu tangannya.
"Tuan, hentikan." Ben yang baru saja muncul berusaha menenangkan Jason. Selama ini Ben yang paling paham seperti apa watak Jason ketika marah. Pria itu juga kaget melihat pemandangan di sana. Tapi dia tidak mau sampai Celine mati di tangan Jason. Jika dibiarkan, Celine bisa benar-benar mati malam ini karena dicekik oleh Jason.
Ben berlari mendekati Nyonya Lyn. "Kita harus segera membawa Nyonya ke rumah sakit sebelum terlambat."
Jason kembali ingat dengan kondisi ibu kandungnya. Dengan ringannya dia melempar tubuh Celine sampai tubuh wanita itu terbentur dengan dinding. Benturannya sangat kuat. Seolah-olah Jason telah mengeluarkan seluruh tenaganya hanya untuk mencampakkan tubuh Celine. Celine terjatuh dan terduduk. Wanita itu sampai mengeluarkan darah dari mulutnya. Tubuh Celine benar-benar lemas. Dia sampai tidak sanggup bicara lagi. Apa lagi untuk membela diri.
Pak Jim juga muncul di kamar itu. Pria paruh baya itu mematung melihat keadaan yang begitu kacau. Dia memandang Nyonya Lyn dengan penuh kekhawatiran. Begitupun saat dia memandang ke arah Celine. Ingin sekali segera menolongnya.
Jason menggendong tubuh Nyonya Lyn. Sebelum melangkah, pria itu menatap tajam ke arah Pak Jim. "Kurung pembunuh ini di ruang bawah tanah! Pastikan dia tidak kabur sampai aku kembali."
"Baik, Tuan." Pak Jim menunduk hormat.
Ben memandang ke arah Celine sejenak sebelum lari mengejar Jason. Pria itu tidak tahu harus bicara apa saat ini. Pak Jim mengangkat kepalanya saat Jason sudah menghilang. Pria paruh baya itu segera menolong Celine.
"Nona, apa anda bisa mendengar saya?"
Celine memandang Pak Jim. Dia berusaha tetap kuat meskipun rasa sakitnya begitu luar biasa. "Pak Jim, aku tidak mungkin mencelakai Mama."
Air matanya menetes dengan deras. Rasa sakit ditubuhnya tidak lagi terasa. Hanya ada rasa takut dan kecewa yang begitu menyiksa Celine saat ini. Bisa-bisanya dia di tuduh membunuh wanita yang sangat dia sayangi. Bahkan jika harus menyerahkan nyawanya demi Nyonya Lyn, Celine rela. Dia begitu teramat sangat menyayangi calon mertuanya itu.
"Nona, jangan menangis. Semua akan baik-baik saja. Tuan Ben akan membereskan semua ini."
Celine kembali diam. Dia memandang ke arah darah yang tergenang di lantai. "Mama ... Bagaimana kalau nyawa mama nggak tertolong? Siapa yang akan membelaku?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
TiniE's AcHmaD💏
bgmn kronologinya sih kan blm lama juga jason turun
tapi gk mungkin celine yg bunuh kan....kmngkinan ada musuh yg masuk
2025-03-06
0
🅰️Rion bee 🐝
kenapa bisa gitu gak mungkin celin nglakuin itu gak mungkin..😦
2025-03-05
1
Atun Atun
apa ada penyusup,dan calin berusaha menolong nya,atau NYI lin bunuh diri
2025-03-06
0