Rasa sakit di sekujur tubuh Celine membuat wanita itu hanya bisa tersenyum pahit. Kini tubuhnya tergeletak di lantai kotor dan berdebu. Jason menyiksanya dengan sangat kejam. Memelintir tangan Celine. Mencekiknya. Berulang kali menjambak dan membanting tubuh Celine.
Bahkan tidak segan-segan untuk menyeret tubuh Celine hingga lutut wanita terluka. Hanya bagian wajah Celine yang selamat. Entah kenapa pria itu tidak mau melukai wajah Celine. Celine benar-benar kehabisan tenaga saat ini. Bahkan untuk duduk saja rasanya tulangnya di tubuhnya tidak sanggup menopang lagi.
"Dia pria yang sangat kejam. Bahkan tidak mau mendengarkan penjelasanku sedikitpun. Bagaimana mungkin wanita sebaik Nyonya Lyn bisa melahirkan putra sekejam Jason Lionidas? Dia bahkan tidak pandang bulu."
Celine menggerakkan tangannya. Tenggorokannya benar-benar kering. Wanita itu butuh air minum. Semakin disiksa justru Celine semakin ingin bertahan untuk tetap hidup. Dia harus melawan Jason. Membuktikan semuanya di depan pria itu. Membuatnya mengaku salah. Seorang Jason harus minta maaf dan bersujud di kaki Celine.
Celine memegang kepalanya yang sakit. Bayang-bayang perkelahian. Suara tembak dimana-mana. Lagi-lagi Celine seperti sedang berhalusinasi. Wanita itu meneteskan air mata sebelum tidak sadarkan diri.
Pintu terbuka lebar. Pak Jim dan Dea muncul dengan segala macam obat yang mereka bawa. Pak Jim mengangkat tubuh Celine agar keluar dari ruang bawah tanah. Mereka harus membawa Celine ke tempat yang lebih terang agar bisa lebih jelas melihat luka yang ada pada tubuh Celine.
"Apa Tuan Jason sudah pergi?" tanya Pak Jim lagi untuk kembali memastikan.
"Sudah, Tuan."
"Cepat pasang infusnya. Waktu kita tidak banyak."
Dea segera memasang jarum infus di tangan Celine. Sedangkan Pak Jim mengolesi luka di tubuh Celine dengan obat khusus. Menyuntikkan cairan yang sudah disiapkan oleh Dokter. Entah ini berhasil atau tidak.
Tapi, sudah tiga hari ini Celine tetap kuat menghadapi siksaan Jason. Mereka berharap besar agar semua ini segera berakhir. Wanita mana yang sanggup disiksa selama berhari-hari. Meskipun dikasih makan, minum dan obat. Tapi seperti apa kejiwaan Celine mereka tidak tahu. Semua ini bisa menimbulkan trauma yang luar biasa.
"Kasihan Nona Helena, Tuan." Dea mengusap pipi Celine dengan penuh kasih sayang. Sejak pertama kali ditugaskan untuk menjadi pelayan pribadi Celine, Dea sudah sangat menyayangi wanita itu. Perlakuan Celine terhadap Dea juga sangat baik. Meskipun mendapat banyak perhatian dari Nyonya Lyn, Celine tidak pernah sombong.
Jemari Celine mulai bergerak. Pak Jim dan Dea saling memandang. Ada rasa lega melihat Celine masih bisa membuka mata. "Nona, apa anda lapar? Anda mau minum?" Pak Jim segera membantu Celine untuk duduk.
"Pak Jim." Celine memandang punggung tangannya yang sudah tertancap jarum infus. Wanita itu tersenyum tipis setelahnya. "Dia iblis berwujud manusia."
Pak Jim dan Dea hanya bisa menunduk. Mereka tidak tahu harus bicara apa lagi. Memang seperti itu watak asli seorang Jason Lionidas. Senyum yang selama ini terlihat indah dibibirnya, tidak benar-benar tulus. Pria itu selalu saja membunuh dan terus membunuh. Emosional. Sikapnya yang terlihat baik hanya sebagai topeng agar ibu kandungnya tidak curiga. Sekarang Jason tidak perlu menggunakan topeng lagi. Nyonya Lyn telah tiada dan Jason akan memperlihatkan sifat aslinya.
"Nona, jika anda sudah tidak sanggup. Saya akan membantu anda kabur dari sini." Pak Jim memberikan segelas air putih kepada Celine. "Tidak ada yang bisa menaklukkan seorang Jason Lionidas. Bahkan Nyonya Lyn pernah kewalahan menghadapinya. Anda tidak akan selamat, Nona."
Celine menerima gelas itu dan meneguknya perlahan. Sangat hati-hati karena tenggorokannya terasa sakit saat ada yang masuk melewatinya. Bibir Celine yang kering juga terasa sedikit perih.
"Aku tidak akan kabur, Pak Jim. Aku akan membuat seorang Jason berlutut dan memohon maaf dariku."
Pak Jim menggeleng. "Itu semua tidak mungkin, Nona. Bahkan ... Jika nanti anda terbukti tidak bersalah sekalipun, Tuan Jason belum tentu mau meminta maaf pada anda."
Celine hanya diam saja. Dia menatap tajam ke depan. "Pertemuan selanjutnya. Aku akan bangkit untuk melawanmu, Jason Lionidas!"
***
Ben berlari kencang memasuki rumah utama. Sudah hampir 4 hari dia menghilang dan kini dia sudah berhasil membawa bukti yang menunjukkan kalau Celine tidak bersalah. Dipikirannya, entah sudah seperti apa wujud wanita tidak berdosa itu. Ben sangat-sangat khawatir.
"Selamat malam, Tuan. Apa anda sudah berhasil membawa bukti-buktinya?" Pak Jim terlihat tidak sabar.
"Di mana Tuan Jason, Pak Jim?"
"Ada di meja bar, Tuan."
Ben mengangguk. Dia segera menuju ke ruangan yang menjadi areal favorit Jason itu. Di tangannya sudah ada laptop dan flashdisk yang berisi rekaman cctv yang berhasil dia selamatkan.
"Tuan, anda harus melihat rekaman ini." Ben segera membuka laptopnya. Memasukkan flashdisk dan memutar video yang ada di dalamnya.
Jason yang saat itu sedang meneguk wine terlihat sangat tenang. Meskipun dia sudah melihat video di laptop, pria itu masih belum mau memberikan respon apapun. Dari video itu terlihat jelas saat Nyonya Lyn ingin keluar kamar untuk mengantar ponsel Jason yang ketinggalan, tiba-tiba seorang pria bertopeng mendorongnya dan langsung menusuknya. Bersamaan dengan itu, Celine masuk ke dalam kamar Nyonya Lyn. Bahkan pembunuh belum juga menunjukkan rekaman keluar sampai akhirnya Jason masuk ke kamar.
"Tuan, Nona Celine tidak bersalah. Buktinya sudah jelas."
"Bagaimana kalau dia bersekongkol dengan pria bertopeng itu? Siapa saja bisa jadi musuh," sahut Jason tenang. Dia merasa kalau bukti itu belum cukup kuat untuk membebaskan Celine.
Ben berusaha tetap tenang. Bertahun-tahun kerja dengan Jason membuatnya paham betul seperti apa kerasnya hati seorang Jason Lionidas. "Jika mereka bekerja sama, sudah sejak kemarin Nona Celine kabur dari rumah ini. Setelah kita semua pergi ke rumah sakit, pria bertopeng keluar dari kamar Nyonya Lyn. Dia langsung meninggalkan rumah. Tidak menemui Nona Celine. Rekaman beberapa jam sebelumnya juga menunjukkan kamar Nona Celine terlihat tenang. Tidak ada yang masuk ke dalam kamar Nona Celine. Nona Celine juga tidak ada keluar kamar."
Jason membanting jelas yang sempat ada di genggamannya. Pria itu beranjak dari kursi dan berjalan menuju ke arah dapur tempat dimana jalan ke ruang bawah tanah berada. Ben menghela napas lega. Dia segera mengejar Jason dari belakang. Mengabaikan laptopnya yang masih terbuka.
Di dalam ruang bawah tanah, Celine berdiri dan menatap tajam ke depan. Dia tahu Jason pasti akan datang lagi untuk menyiksanya. Kali ini Celine akan membalas pria itu. Entah bisa atau tidak, yang penting Celine harus membela dirinya. Tidak mau sampai mati konyol.
Jason berdiri di depan pintu. Dia memandang ke arah Celine. Saat melangkah maju justru pria itu mendapat tendangan dari Celine. Jason mengernyitkan dahinya. Pria itu kembali maju dan kali ini dia berhasil mengunci tangan Celine. Membawanya keluar meninggalkan ruang bawah tanah. Masih belum mau mengeluarkan kata. Seperti apa yang dikatakan Pak Jim. Tidak semudah itu membuat seorang Jason untuk mengucapkan kata maaf. Meskipun bukti sudah jelas-jelas membuktikan kalau Celine tidak bersalah.
"Lepaskan." Celine berontak. Cairan infus yang dimasukkan Pak Jim ke dalam tubuhnya memberi sedikit kekuatan untuk memberontak.
Saat sudah tiba di dapur, Celine berhasil melepaskan tangannya dari cengkraman Jason. Wanita itu mengambil pisau buah yang ada di meja. Menodongkannya ke arah Jason. "Jangan mendekat."
Ben tercengang melihatnya. "Nona, nyali anda besar sekali."
"Apa yang mau kau lakukan dengan benda itu? Kau mau membunuhku?" Jason masih memasang ekspresi datar. Tatapannya begitu tajam. Cukup menakutkan bagi Celine.
"Aku hanya ingin kau mendengar penjelasanku. Jangan langsung memukul. Apa kau pikir aku ini bukan manusia yang memiliki hati nurani?" Celine mengatur napasnya lagi. "Saat aku tiba di kamar Nyonya Lyn, sudah ada pisau di perut Nyonya Lyn. Lalu, Nyonya Lyn menarik pisau yang ada di perutnya dan memberikannya padaku."
Jason hanya diam mendengarnya. Seharusnya dia memang mendengarkan penjelasan wanita itu sejak awal. Tapi semua sudah terjadi. Tidak ada yang perlu disesali bagi Jason. Jason melangkah maju untuk merebut pisau yang ada di tangan Celine.
"Stop!" teriak Celine sembari menusukkan pisau itu ke perut Jason. Melihat darah berkucur deras membuat Celine panik. Dia segera melepas pisau yang sempat digenggam dengan tubuh gemetar. Melangkah mundur ketakutan.
Jason menunduk dan menarik pisau itu dengan tenang. Pria itu segera menarik tubuh Celine dan mengangkatnya. Meletakkannya di pundak kiri sebelum membawanya kembali ke lantai atas.
Ben dan Pak Jim kembali bernapas lega. Sekarang mereka berdua hanya perlu memikirkan cara agar Celine mau memaafkan Jason.
"Tuan, apa Tuan Jason baik-baik saja?" tanya Pak Jim khawatir.
"Pisaunya sangat kecil. Lukanya tidak terlalu dalam." Ben berjalan menuju ke tangga. Dia ingin tahu dan memastikan kalau Jason sudah berdamai dengan Celine di kamar sana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
TiniE's AcHmaD💏
aaah aku gk rela jason dan celine bersatu melihat watak jason...
kyknya pria masa lalu celine lebih manusiawi
2025-03-08
0