Jason mengatur penampilannya. Saat ingin melangkah masuk ke mobil, pria itu dibuat kaget dengan kemunculan ibu kandungnya. Jason memekik saat Nyonya Lyn menarik kupingnya dengan geram. Pria yang awalnya terlihat sangar itu kini berubah menjadi anak kecil yang tidak bisa berbuat apa-apa. "Mama, ampun Ma."
"Ikut, Mama." Ny. Lyn menarik telinga Jason dan membawanya ke mobil. Ben yang menyaksikan semua itu hanya bisa mengikuti dari belakang. Jangankan dirinya. Jason saja takut sama wanita paruh baya itu.
"Ma, Jason bawa mobil."
"Masuk!" perintah Ny. Lyn. Mau tidak mau pria itu masuk dan duduk di samping kursi kemudi. Ny. Lyn juga masuk dan duduk di samping Celine.
"Kamu benar-benar keterlaluan Jason. Kenapa kamu tidak pulang ke rumah? Sudah dua minggu. Apa kamu tidak ingat pulang lagi sekarang?" protes Ny. Lyn.
"Ma, bukankah mama sudah punya anak baru?" sahut Jason asal saja.
Mendengar jawaban Jason membuat Celine menunduk dalam. Wanita itu jadi merasa bersalah. Sejak ada dirinya Jason justru jadi tidak mau pulang ke rumah.
"Sikapmu yang seperti ini selalu membuat mama kecewa, Jason. Kamu jarang pulang ke rumah. Mama kesepian. Untungnya sekarang sudah ada Celine. Meskipun begitu, mama masih menganggap kamu anak mama, Jason. Pulang ke rumah atau mama tidak mau bicara sama kamu lagi." Kata Ny. Lyn mengancam.
"Ya, Ma. Sekarang Jason pulang. Jason akan terus di rumah selama satu minggu ke depan," sahut Jason pasrah. Pria itu mendengus kesal karena tidak punya alasan untuk kabur lagi. Jika sudah tiba di rumah, dia juga akan kesulitan untuk pergi lagi.
"Tante, Tante jangan marah-marah lagi. Dokter bilang Tante harus selalu tenang," bujuk Celine sambil mengusap tangan Ny. Lyn dengan penuh kekhawatiran.
"Mama sakit?" Wajah Jason juga terlihat panik.
"Apa kamu lupa kalau mamamu ini sudah tua, Jason? Sudah penyakitan. Sebentar lagi juga akan mati," ketus Ny. Lyn masih dengan wajah kesal.
Jason mengusap wajahnya dengan kasar. "Ma, jangan bicara seperti itu lagi. Lihatlah, sekarang Jason pulang. Mama jangan bicara seperti itu lagi. Mama itu satu-satunya nyawa yang Jason miliki, Ma."
Ny. Lyn mengatur napasnya. Dia menerima air minum yang diberikan Celine kepadanya. Meneguknya secara perlahan. "Jason, berjanjilah sama mama. Berjanjilah untuk tidak pergi lagi. Sudah cukup, Jason. Sekarang luangkan waktumu untuk menemani mama."
"Ya, Ma. Mama jangan sedih lagi ya," bujuk Jason dengan suara lembut. Dia mengambil tangan Ny. Lyn dan mengecupnya dengan penuh kasih sayang.
Celine hanya diam saja mendengar obrolan ibu dan anak itu. Ada rasa iri di dalam hatinya karena Celine belum pernah merasa diperhatiin seperti itu. Bahkan Celine tidak tahu bagaimana rasanya disayang oleh seorang ibu. Dikhawatirkan. Dirawat dan dicintai dengan segenap jiwa dan raga.
Tetapi, sejak bertemu dengan Ny. Lyn. Celine mulai bisa merasakan itu semua. Dia seperti baru bertemu dengan orang tuanya yang sudah lama hilang. Nyonya Lyn merupakan sosok ibu yang selalu ia impikan selama ini.
"Jason sangat beruntung memiliki ibu seperti Tante Lyn. Apa dia tahu kalau setiap malam Tante Lyn selalu membanggakannya?" batin Celine dengan mata berkaca-kaca.
***
Helena meletakkan segelas jus segar di atas meja yang ada di dalam kamar Nyonya Lyn. Wanita itu tersenyum ramah sebelum duduk di samping wanita paruh baya tersebut. Dia memijat kaki Nyonya Lyn. Celine tidak bisa diam saja. Dia ada di rumah itu untuk digaji. Bukan menjadi Tuan rumah.
"Tante, apa Celine boleh bertanya sesuatu sama Tante?" tanya Celine hati-hati.
"Ada apa, Celine? Apa yang sedang kamu pikirkan?" Tante Lyn terlihat serius. Majalah yang sempat digenggam Nyonya Lyn kini kembali diletakkan di atas meja.
"Tante, bukankah Celine ke sini untuk bekerja? Tapi, sampai detik ini Celine tidak merasa sedang bekerja. Selama ini Celine terbiasa kerja keras, Tante. Tante bisa menyuruh Celine melakukan apapun. Entah itu membersihkan kebun. Menyapu, mengepel bahkan mencuci. Celine juga bisa memanjat untuk membersihkan atap rumah ini. Celine bisa segalanya Tante. Tante jangan sungkan-sungkan untuk menyuruh, Celine."
Nyonya Lyn mengusap rambut Celine dengan penuh kasih sayang. Dia tersentuh mendengarnya. Jarang-jarang ada wanita seperti Celine. Biasanya rata-rata wanita yang diangkat derajatnya dan dimanjakan justru jauh lebih besar kepala. Bahkan sering kali berubah menjadi sombong karena merasa paling disayang oleh majikannya.
"Celine, sejak awal memang Tante tidak ada niat untuk menjadikanmu pekerja di rumah ini. Kamu hanya perlu menuruti permintaan Tante, itu sudah lebih dari cukup. Soal gaji, kamu bisa memintanya kapanpun kamu ingin. Tante akan segera memberikannya meskipun kamu belum ada sebulan tinggal di rumah ini."
"Nggak, Tante. Ini bukan karena gaji." Celine diam sejenak. "Tante, Celine merasa segan sama Tuan Jason. Sejak ada Celine di rumah ini, Tuan Jason jadi tidak mau pulang."
"Kamu salah, Celine. Sebelum kamu tinggal di rumah ini, Jason memang jarang pulang." Nyonya Lyn mengambil paper bag yang tergeletak di dekatnya. "Ini hadiah untuk kamu Celine. Nanti malam kita akan makan malam bertiga. Kamu pakai baju ini ya."
Celine menerima paper bag itu dengan ragu-ragu. Dia melirik isi di dalamnya. Ini bukan hadiah pertama yang diterima Celine. Sudah banyak barang-barang mewah yang diberikan Nyonya Lyn kepada Celine. Perhatian seperti ini yang terkadang membuat Celine jadi tidak nyaman.
"Ini terlalu berlebihan, Tante."
"Celine, kamu sudah membuat hidup Tante berwarna. Tante bahagia bisa mengenalmu, Celine." Wajah Tante Lyn tiba-tiba berubah sedih. Wanita paruh baya itu segera memeluk Celine. "Celine, apa kamu mau berjanji sama Tante?"
"Janji?" Celine menjawab dengan suara yang pelan. Wanita itu juga ikut menangis.
"Celine, jika suatu hari nanti Tante sudah tidak ada lagi di dunia ini. Tolong jaga Jason dengan baik. Dari luar dia terlihat seperti pria jagoan yang tidak terkalahkan. Tapi sebenarnya dia itu pria yang rapuh. Dia sangat membutuhkan kasih sayang. Tante berharap semoga kamulah wanita yang bisa meluluhkan hati Jason."
Celine melepas pelukannya. Dia menatap Nyonya Lyn dengan bingung. "Tante, Celine janji akan menjaga Tuan Jason. Tapi Tante juga harus janji sama Celine. Tante tidak boleh pergi. Tante harus tetap hidup. Celine rela nggak di gaji asalkan Tante tetap hidup."
Dua wanita itu kembali berpelukan dan menangis haru. Mereka sudah sangat cocok. Baik Celine maupun Nyonya Lyn, mereka sama-sama saling membutuhkan. Celine yang merindukan sosok ibu. Nyonya Lyn yang menginginkan sosok menantu.
Dari balik pintu, Jason bersandar di dinding dengan tatapan tidak terbaca. Dia sudah mendengar semua obrolan antara Celine dan Nyonya Lyn. Pria itu sendiri tidak tahu harus bicara apa sekarang.
"Sebenarnya siapa wanita itu? Kenapa mama bisa sesayang itu padanya? Mama belum pernah bersikap seperti ini sebelumnya."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
TiniE's AcHmaD💏
dia calon blhn jiwamu jeson
2025-03-04
0