Pak Jim membawa Celine menuju ke taman yang letaknya tidak terlalu jauh dari kolam ikan yang ada di depan rumah. Pria paruh baya itu duduk di salah satu kursi besi yang ada di sana. Dia meletakkan ponselnya di atas meja yang ada didepannya. Pak Jim diam sejenak sembari memeriksa kebersihan taman yang ada di depannya. Pria itu merasa puas dengan hasil kerja bawahannya.
Celine juga duduk di kursi besi yang jaraknya tidak terlalu jauh dari Pak Jim. Dari posisinya itu dia bisa melihat dengan jelas pemandangan indah pada malam hari. Taburan bintang di angkasa seperti sebuah lukisan. Udara segar dan juga dingin membuat Celine memegang kedua lengannya dan mengusapnya dengan lembut.
"Pak Jim, apa saya melakukan kesalahan?" tanya Celine dengan wajah gelisah.
"Tidak, Nona." Pak Jim tersenyum ramah agar Celine tidak takut padanya. Sejak Celine tiba di rumah utama, ini baru pertama kalinya mereka mengobrol berdua seperti ini. Pak Jim tahu kekhawatiran yang kini dirasakan oleh Celine. "Anda wanita yang baik, sopan dan juga cantik."
Celine menunduk mendengarnya. "Anda terlalu berlebihan, Pak Jim. Saya sama dengan wanita pada umumnya. Tidak ada yang menarik dari diri saya ini. Saya hanya wanita biasa yang tidak punya apa-apa. Tinggal di rumah ini merupakan suatu keberuntungan bagi saya. Selama ini saya bahkan tidak berani untuk bermimpi. Rasanya tidak mungkin juga mimpi saya bisa terkabul. Bahkan sampai detik ini saya masih sering berpikir, apa semua ini mimpi? Semua terjadi dengan sangat cepat."
"Takdir sudah merubah nasip anda menjadi jauh lebih baik, Nona. Jarang-jarang Nyonya mau sedekat ini dengan orang asing. Bisa dipastikan kalau ada sesuatu di dalam diri anda yang membuat Nyonya Lyn nyaman ada di dekat anda, Nona." Pak Jim tersenyum sebelum melanjutkan kalimatnya.
"Jangankan Nyonya Lyn. Beberapa pelayan yang bekerja di rumah ini juga merasakan sesuatu yang berbeda sejak anda tinggal di rumah ini. Rumah ini tidak lagi terasa hampa. Lebih berwarna dan lebih hidup."
"Anda terlalu berlebihan, Pak Jim. Saya jadi merasa tidak enak." Celine menyelipkan rambutnya dibalik telinga. Berusaha terlihat tenang meskipun sebenarnya dia mulai gugup saat ini. Pak Jim terlalu berlebihan memujinya. Celine merasa dirinya tidak sesempurna itu.
"Anda wanita pertama yang dibawa Nyonya Lyn ke rumah ini, Nona. Anda sudah membuat Nyonya Lyn tidak menangis lagi. Anda juga yang sudah membuat Nyonya Lyn lebih semangat lagi menjalani kehidupan ini."
Ekspresi wajah Celine berubah. Dia jadi penasaran sebenarnya apa yang membuat Nyonya Lyn tidak bahagia? Dia memiliki uang yang banyak, rumah yang bagus dan anak yang sukses. Apa lagi? Meskipun suaminya sudah tiada. Tetapi dia masih dikategorikan beruntung dibandingkan wanita seusianya yang kini ada di luar sana.
"Pak Jim, kalau boleh saya tahu. Sebenarnya apa yang membuat rumah ini terasa hampa? Apa karena Tuan Jason jarang pulang?"
Pak Jim menggelengkan kepalanya. "Ada atau tidaknya Tuan Jason di rumah ini. Sama sekali tidak mengubah apapun. Nyonya Lyn tetap murung di dalam kamarnya. Itu kenapa Tuan Jason lebih sering menghabiskan waktu di luar rumah karena dia tidak tega melihat kesedihan di wajah Nyonya Lyn."
"Dulu keluarga Lionidas terkenal dengan keharmonisannya. Saya pelayan pertama yang sampai detik ini masih bekerja dengan keluarga Lionidas. Meskipun dulu keluarga Lionidas tidak sekaya sekarang, tetapi rumah itu terasa hidup dan lebih berwarna.
Sejak Tuan besar tewas dalam kecelakaan, semua berubah. Para pembunuh mulai bermunculan untuk menghabisi Nyonya Lyn dan juga Tuan Jason. Tapi mereka semua gagal. Karena selama ini ternyata secara diam-diam Tuan Jason sudah memiliki sebuah komplotannya sendiri.
Beliau menjalankan bisnis gelap untuk memperluas kekuasaannya. Satu persatu para pembunuh mulai hilang. Sampai akhirnya Tuan Jason berhasil menguasai seluruh Sisilia. Kini tidak ada lagi yang berani mengusik ketenangan Tuan Jason. Akan tetapi ...
Keadaan Nyonya Lyn tetap sama. Ada atau tidaknya pembunuh, tidak membuat Nyonya Lyn berubah sikap. Beliau tetap mengurung diri di kamar. Jika keluar juga hanya sebatas ke kuburan saja. Sesekali Nyonya Lyn memang menyempatkan diri untuk pergi ke luar negeri. Tapi ketika pulang ke rumah, semua kembali seperti semula."
Celine bisa membayangkan seperti apa kesepiannya Nyonya Lyn selama ini. "Nyonya Lyn pasti sangat mencintai Tuan Lionidas. Itu kenapa Nyonya Lyn merasa sangat kehilangan. Saya bisa merasakan kesedihan Nyonya Lyn. Seorang wanita yang diperlakukan dengan baik oleh pasangannya, tidak akan pernah sanggup jika ditinggal pergi. Apa lagi sampai pergi dan tidak pernah kembali." Kedua mata Celine tiba-tiba berkaca-kaca.
Entah kenapa cerita ini cukup menyentuh hatinya. Seolah-olah Celine juga merasakan sesuatu yang sama dengan apa yang sekarang dirasakan oleh Nyonya Lyn. Ada yang hilang di diri Celine. Sesuatu yang sangat dia rindukan selama ini. Tetapi Celine tidak tahu. Apa yang sebenarnya sedang dia tunggu dan dia rindukan.
"Nona, terima kasih karena sudah memberikan cahaya terang bagi rumah ini. Berkat anda, kegelapan yang sempat menyelimuti rumah ini hilang begitu saja."
Pak Jim terlihat bersungguh-sungguh dengan ucapannya. Pria paruh baya itu tidak terlalu suka bercerita. Jika dia sudah bicara seperti ini, itu berarti dia memang sudah benar-benar percaya terhadap Celine.
"Pak Jim, saya juga ingin mengucapkan terima kasih karena sudah menerima saya di rumah ini. Saya tidak perlu lagi bekerja keras untuk mendapatkan uang. Saya bahkan bisa memakan makanan enak yang sebelumnya belum pernah saya makan."
"Nona, ada satu hal lagi yang ingin saya katakan. Apakah anda mau mengabulkan semua permintaan, Nyonya Lyn?" Wajah Pak Jim yang semakin serius membuat Celine mengernyitkan dahinya.
"Permintaan? Apa yang bisa saya berikan kepada Tante Lyn, Pak? Saya tidak memiliki apa-apa."
Pak Jim kembali tersenyum. "Ada Nona. Jika anda mau mengabulkan keinginan Nyonya Lyn, saya berani jamin kalau rumah ini akan benar-benar seperti rumah."
Celine berusaha tetap tenang meskipun kini dia mulai terlihat gelisah. "Pak Jim, sebenarnya apa yang diinginkan oleh Tante Lyn?"
***
Jason duduk di samping tempat tidur Ny. Lyn dengan tatapan tidak terbaca. Kedua tangannya menggenggam tangan ibu kandungnya yang terlihat sudah mulai keriput. Sesekali Jason mengecup punggung tangan wanita paruh baya itu dengan penuh kasih sayang. Setelah mendengar penjelasan Dokter, Jason jadi tahu kalau ternyata ibu kandungnya itu hanya pura-pura saja. Tapi Jason tidak marah. Dia justru merasa bersalah saat ini.
"Ma, mau sampai kapan mama pura-pura tidur seperti itu? Bangun, Ma. Katakan sama Jason sebenarnya dimana letak kesalahan Jason? Mama marah sama Jason?" Nyonya Lyn masih tidak bergeming. Hal itu membuat Jason semakin frustasi. "Ma, Jason janji nggak akan tinggalin mama lagi. Jason janji akan selalu menemani mama. Jason akan lebih serius mengurus perusahaan. Sekarang cepat buka mata mama. Jason tahu mama cuma pura-pura kan?"
Jason memejamkan matanya. Pria itu menjatuhkan kepalanya di atas tangan Nyonya Lyn. "Jason akan mengabulkan semua keinginan mama. Apapun itu tanpa terkecuali."
Nyonya Lyn membuka matanya secara perlahan. Wanita paruh baya itu tersenyum lebar setelahnya. Jason kembali bernapas lega. Dia mengusap rambut ibu kandungnya yang mulai dipenuhi rambut putih. "Ma, berjanjilah sama Jason untuk tidak bersikap seperti ini lagi. Jason takut, Ma. Jason nggak mau mama pergi tinggalin Jason seperti papa tinggalin kita."
"Jason, apa kamu serius dengan perkataanmu? Kamu mau mengabulkan semua permintaan mama?" Nyonya Lyn justru hanya fokus dengan kalimat yang sempat diucapkan oleh Jason. Dia ingin memastikan lagi kalau putranya tidak sedang membohonginya.
"Ya, Ma. Mama mau apa? Jason akan lakukan semuanya ma."
Ny. Lyn diam sejenak. Wanita paruh baya itu menatap Jason dengan serius setelahnya. "Jason, menikahlah dengan Celine."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
TiniE's AcHmaD💏
jeng jeng jeeeeng....jason pasti kaget...tp dah janji lo 🤗
sama² tertekan nanti lama² bucin deh pasti jeson & celine
2025-03-04
0