Jason memasang wajah yang sangat serius. Pria itu masih belum memberikan respon apapun. Dia ingin memastikan kalau ibu kandungnya tidak sedang bercanda. Meskipun Jason tahu betul kalau ibunya tidak pernah bercanda jika berbicara soal pernikahan.
"Jason, kau tidak mau mengabulkan permintaan Mama?" Ny. Lyn kembali bertanya. Dia berusaha untuk duduk. Jason membantunya. Meletakkan bantal di belakang agar bisa menjadi sandaran yang empuk bagi Ny. Lyn.
"Menikah, Ma?" tanyanya untuk kembali memastikan. "Dengan wanita itu?" Bahkan Jason sudah tidak ingat lagi dengan nama wanita yang sudah menolong ibu kandungnya itu.
"Celine. Namanya Celine, Jason. Dia cantik bukan? Dia juga baik dan dewasa. Mama yakin dia sangat cocok denganmu." Ny. Lyn kembali tersenyum saat membayangkan Celine.
Belum juga putranya memberi jawaban, wanita paruh baya itu sudah membayangkan pesta pernikahan putranya dengan Celine. Harus mewah dan berkelas. Disaksikan seluruh dunia. Celine juga akan dirubah menjadi seorang ratu yang sangat cantik dan menawan.
Jason menggeleng kepalanya. "Ma, pernikahan bukan sesuatu yang bisa diputuskan secepat ini. Jason bahkan tidak dekat dengannya."
"Mau sampai kapan Jason? Usia mama sudah 55 tahun. Kapan lagi mama akan menggendong cucu? Jason, jangan pernah berpikir kalau kau ini masih berusia 20 tahun. Tahun ini usiamu sudah menginjak 34 tahun. Apa kau lupa?" Nada Ny. Lyn semakin tinggi. Tiap kali berbicara dengan putranya, dia tidak pernah bisa menggunakan kelembutan lagi.
"Celine adalah wanita yang tepat. Kalian bisa saling mengenal setelah menikah nanti."
Jason mengambil tangan Nyonya Lyn. Sulit memang untuk membantah keinginan ibu kandungnya itu. "Apa Mama bahagia?" Jason kembali mengecup tangan ibu kandungnya.
"Tentu mama bahagia jika kau mau menikah dengan Celine. Jason, terkadang mama berpikir. Kalau nanti mama sudah tidak ada. Siapa yang akan merawatmu? Mama mau saat mama sudah tidak ada lagi di dunia ini, saat itu juga kamu sudah bertemu dengan wanita yang kamu cintai.
Mama harap Celine adalah wanita yang nantinya kau cintai, Jason. Tapi, setelah melihat sifat Celine dan juga sifatmu. Mama bisa menebak. Tidak lama lagi kau yang akan tergila-gila sama Celine. Sepertinya kau juga nanti yang akan jatuh cinta duluan." Nyonya Lyn ketawa kecil. Rasanya kebahagiaannya akan sempurna jika saat itu sampai tiba. Dimana putranya yang selalu bersikap dingin bisa luluh hatinya setelah dia jatuh cinta.
Melihat senyum di wajah ibu kandungnya membuat Jason semakin tidak tega. "Baiklah. Jika memang itu yang mama mau. Jason akan menikah dengan Celine. Tapi Jason tidak bisa menikah dalam waktu dekat ini. Jason akan menikah setelah gedung baru ROC Group diresmikan," jawab Jason pada akhirnya. Toh dia tidak memiliki pilihan lain lagi saat ini.
"Nggak masalah. Kalian bisa bertunangan saja lebih dulu. Setelah itu kalian bisa mulai mengenal satu sama lain sampai pernikahan tiba. Bagaimana?" Wajah Nyonya Lyn semakin girang.
Jason mengangguk. "Sekarang ayo kita pulang, Ma."
"Ayo. Mama juga sudah tidak sabar untuk bertemu dengan Celine. Mama ingin membicarakan pertunangan ini dengan Celine." Nyonya Lyn benar-benar bersemangat.
Seolah-olah semua penyakit yang ada di dalam tubuhnya hilang begitu saja. Dia tidak lagi merasakan sedih. Saat ini kebahagiaan wanita paruh baya itu seakan meledak-ledak.
***
Di dalam kamar, Celine masih belum bisa memejamkan matanya. Padahal jam tidurnya juga sudah lewat. Wanita itu menatap langit-langit kamar sambil terus memikirkan perkataan Pak Jim di taman tadi. Sulit untuk dilupakan. Semua terjadi begitu saja. Celine tidak tahu harus sedih atau bahagia setelah mendengarnya.
"Nona, jika Tuan Jason setuju menikah dengan anda. Apa anda siap untuk menjadi istri Tuan Jason? Menjadi Nyonya Jason Lionidas."
Celine menutup wajahnya dengan bantal. "Seharusnya aku tidak tergiur dengan gaji yang pernah ditawarkan Tante Lyn. Sekarang aku benar-benar terjebak di sini. Aku tidak berani menolak permintaan Tante Lyn. Tapi untuk menikah. Aku juga belum siap. Apa lagi menikah dengan pria seperti Jason. Astaga. Memandang wajahnya saja aku tidak berani. Bagaimana mungkin aku bisa menjadi istrinya?"
Celine beranjak dari tempat tidur. Wanita itu melangkah ke arah balkon. Dia membuka gorden yang menutupi pintu kaca sebelum menggeser pintu itu secara perlahan. Baru juga membuka pintu, Celine sudah bisa merasakan udara segar di malam hari yang kini menerpa wajahnya.
Posisi kamar Celine ada di lantai 3. Dari ketinggian itu dia bisa melihat keindahan halaman samping dengan jelas. Perlahan Celine memejamkan matanya. Dia berusaha menenangkan pikirannya. Melupakan beban yang sekarang mengganggunya.
"Bahkan aku tidak ingat dengan masa laluku. Apa aku beri tahu saja kalau aku ini pernah mengalami kecelakaan dan amnesia? Aku takut jika nanti Tante Lyn mengetahuinya dari orang lain. Dia akan kecewa."
Di tempat yang berbeda, Jason juga sedang menikmati keindahan malam. Pria itu tidak bisa tidur. Dia terus saja memikirkan keputusan yang baru saja dia ambil. Dari kejauhan, Ben berjalan mendekati Jason. Pria itu menyodorkan minuman kaleng kepada Jason. "Apa yang anda pikirkan, Tuan?"
Ben tahu kalau kini Jason sedang memikirkan sesuatu. Setahu Ben, semua baik-baik saja. Baik perusahaan maupun bisnis mereka di dunia gelap tidak mengalami masalah sedikitpun. Ben ingin membantu Jason jika memang benar pria itu kini sedang menghadapi masalah besar.
Jason memandang Ben yang berdiri tidak jauh darinya. "Ben, apa menurutmu aku ini sudah pantas untuk menikah?"
"Menikah, Tuan?" tanya Ben balik. Dia bahkan takut salah dengar.
"Ya. Apa ada yang salah?"
"Tentu tidak, Tuan. Masalahnya anda mau menikah dengan siapa?" sahut Ben di dalam hati.
Jason mengusap wajahnya dengan tangan. Baru ini dia bisa sefrustasi ini. Pria yang selama ini hanya memikirkan kekuasaan dan kemenangan kini justru dibuat pusing dengan satu kata pernikahan.
"Sepertinya tidak buruk. Aku hanya perlu menikahinya, menghamilinya. Setelah itu mama akan senang karena memiliki cucu," ucap Jason dengan mudahnya.
Ben mengernyitkan dahi mendengar pernyataan Jason. Wanita mana yang mau menjalani pernikahan seperti itu? "Tuan, jika yang dibutuhkan hanya anak. Kenapa tidak sewa rahim saja?"
Tatapan tajam Jason membuat Ben kembali menunduk takut. Pria itu bahkan tidak berani melanjutkan kalimatnya. "Maaf, Tuan. Saya salah bicara."
"Lupakan. Aku mau tidur. Pesankan cincin pertunangan untukku." Jason beranjak dari kursi yang dia duduki dan melangkah pergi.
Sedangkan Ben masih berdiri di sana dengan wajah bingung. "Tuan Jason mau bertunangan? Apa aku tidak salah dengar? Dengan siapa?"
Ben kembali duduk di kursi yang tadi diduduki Jason. Pria itu berpikir keras. Sejauh ini belum ada wanita yang berhasil menarik perhatian Jason. Jika pria itu sampai menikah, mau jadi apa pernikahan mereka nanti?
"Astaga. Wanita mana yang akan menjadi korban Tuan Jason kali ini? Apa Tuan Jason benar-benar serius akan menikah? Lalu, setelah mendapatkan anak, dia akan mencampakkan wanita itu?" Ben masih berpikir keras. Dia tahu seperti apa kerasnya Jason. Hanya seorang wanita saja tidak akan mungkin berhasil menundukkan seorang Jason Lionidas. Bahkan Nyonya Lyn saja sering kewalahan menghadapinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
TiniE's AcHmaD💏
tenang ajah nanti bosmu bakalan bucin sama istrinya setelah menikah Ben🤭
2025-03-04
0