Bab 19. Godaan

Berpasang mata memandang dengan binar menggoda untuk sepasang pengantin yang tengah berjalan beriringan menuju meja makan.

Dewi merasa kikuk, sekaligus canggung. Rasa malu juga telah bercampur dengan rasa sakit yang dia tahan.

"Itu ... Dewi masih sakit, ya?" Mama bertanya dengan khawatir.

Sang Papa mengulum senyum, melirik sekilas ke arah anak mantu yang telah duduk di kursi seberang.

Sedangkan sang Dewi, wajahnya telah tertunduk malu. Bingung harus menjawab apa.

Andre menoleh pada Dewi, tampak wajah itu sedikit pucat.

"Kamu, sakit ... ya? Sejak kapan? Semalam baik-baik saja, kan?" tanya Andre bertubi-tubi.

Lelaki itu tidak sadar, jika pertanyaannya malah menambah rasa malu di wajah Dewi.

Ah, andai saja saat ini mereka sedang tidak di rumah orangtuanya. Mungkin Dewi lebih memilih menenggelamkan diri di balik selimut. Tidak melakukan aktivitas apapun.

Namun, saat ini ... mereka tengah berkumpul di meja makan. Bagai memakan buah simalakama, berkumpul digoda ... memilih tidur pun, pastilah akan digoda juga.

Dewi memilih menggeleng, tanpa berniat menjawab pertanyaan-pertanyaan untuknya. Lalu sibuk mengambilkan menu sarapan untuk suaminya.

"Andre, pelan-pelan ya ... jangan buat anak saya kesakitan," ucap papa hati-hati.

"Papa ...!" mama berseru pelan, menekan suaranya.

Papa nyengir kuda. "Masa udah berbulan-bulan, Dewi masih kesakitan ma."

Andre tersedak, sendoknya masih menggantung di udara tidak jadi menyuap ke mulut.

Dewi dengan sigap mengambilkan minum untuk Andre.

Andre mengambil gelas dari tangan istrinya, lalu meminumnya dengan sekali tandas. Setelah itu, dia pun memberikan gelas kosongnya kepada Dewi.

Dewi menyambut uluran gelas Andre. "Mau, lagi?" tanya Dewi, tangannya mengelus punggung suaminya.

"Udah." Andre menjawab pelan, dengan tatapan hangat.

Papa berdehem, memutus pandangan Dewi dan Andre.

"Dunia emang milik berdua. Kalau lagi kasmaran," celetuk papa.

"Papa, ih. Nggodain mereka terus." Mama memukul lengan papa.

Wajah Dewi bersemu merah, bibirnya tersungging senyum.

Andre menatap Dewi lembut. Dia terpana melihat senyum menghiasi wajah Dewi yang merona indah.

"Udah ... udah, makan. Langsung kenyang lihatin kalian terus."

"Papa!!" Dewi dan mama berseru.

Di sudut ruangan, beberapa pelayan ikut tertawa melihat keharmonisan keluarga majikan mereka.

"Malu, Pa ... dilihatin mereka, tuh." Mama melirik ke arah para pelayan yang terkikik geli.

Setelah itu, suasana menjadi hening. Karena papa telah asyik menikmati sarapannya, lebih tepatnya menahan diri untuk tidak menggoda anak menantunya.

***

"Jadi, gimana perkembangan kuliah kamu, Ndre?" tanya papa memulai perbincangan.

Sekarang mereka sedang berkumpul di ruang keluarga.

"Tinggal nunggu sidang, Pa. Jadwalnya udah keluar," jawab Andre mantap.

"Kamu bisa bekerja di perusahaan Papa," tawar papa.

"Hmmm." Keraguan menyelinap masuk ke dada Andre. Lelaki itu melirik Dewi yang sedang asyik bersenda gurau dengan mama. "Andre enggak enak, Pa," jawabnya ragu.

"Kamu bisa mulai dari bawah, nanti kalau kerjanya bagus ya ... bisa naik dong. Kayak karyawan yang lainnya. Tenang saja, Papa enggak akan pilih kasih, kok." Papa menjelaskan. Dia paham apa yang menjadi keraguan Andre.

"Nanti saya bicarakan dengan Dewi dulu kalau gitu." Andre mencoba mencari solusi untuk keraguan hatinya.

Papa mengangguk setuju. "Iya, itu perlu. Apapun yang menjadi keputusan seorang suami, sudah selayaknya meminta pendapat kepada istrinya."

Andre mengangguk takzim mendengar nasihat mertuanya.

"Ma, aku ke kamar yaa ...." Dewi berdiri, melirik sebentar ke arah papa dan suaminya. Tampak kedua orang yang dia cintai itu sedang berbicara serius. Dewi mengurungkan niat untuk berpamitan, dia pun langsung berjalan menuju kamar.

Andre tersentak kaget, saat menyadari jika istrinya sudah tidak berada di ruang keluarga. Lantas, dia pun berpamitan untuk ke kamar.

Dengan langkah cepat, Andre menyusul Dewi menuju kamar.

Tanpa mengetuk pintu, Andre membuka pintu kamar. Tampak Dewi sedang berbaring miring di ranjang.

Dengan langkah ragu, Andre mendekat lalu duduk di tepi ranjang. Kepalanya menghadap ke samping menoleh pada Dewi yang berbaring dengan mata tertutup. Tangannya terulur mengelus pipi wanitanya. 'Kita benar-benar telah menjadi suami istri sekarang. Apa yang harus aku lakukan?' tanyanya bersenandika.

Dewi mengerjapkan mata, merasakan sentuhan halus di kedua pipinya.

Sesaat, Andre merasa canggung. Merasa terpergok oleh Dewi atas apa yang dia lakukan.

Andre tidak menyangka jika Dewi ternyata tidaklah tidur. Melainkan hanya memejamkan mata. Lantas, untuk menghilangkan rasa kikuknya, Andre pun mengangkat tangan yang masih bertengger di pipi Dewi. Mengatur ekspresinya terlihat datar, mengurai rasa malu.

Tatapan Andre terpaku pada sebuah foto lama yang terpajang di meja terselip diantara foto-foto yang lain. Andre berdiri, mengambil bingkai tersebut.

Sebuah foto olimpiade atlit yang sangat melekat di ingatannya. Yaa, itu adalah pertandingannya sekitar delapan tahun lalu.

Saat itu, Andre meraih medali emas dalam kejuaraan atlit tingkat nasional.

Andre menoleh, menatap penuh tanya pada Dewi yang ternyata telah duduk meremas kedua tangan, gelisah.

"Ini ...." Andre memperlihatkan poto tersebut pada Dewi. "Poto saat aku bertanding. Bagaimana kamu mendapatkannya? Apa kamu ada di sana?"

"Ah itu ... hmmm, tidak. Aku tidak sengaja mendapatkan poto itu." Dewi merebut poto tersebut. Lalu berdiri, dan meletakkan bingkai itu kembali ke tempat semula dengan posisi terbalik.

Andre menatap bingung. Dahinya kini memiliki banyak kerutan.

"Ti-dak sengaja?" tanya Andre kemudian.

"Kak, kapan kita pulang?" Dewi mengalihkan pembicaraan. Dia tidak mau Andre membahas Poto itu.

"Eh, itu ... hmm, kapan maunya? Aku nurut aja." Andre mengelus tengkuk, menggerakkan kepala ke kiri dan ke kanan.

"Pulang sekarang, ya ...." Dewi berdiri bersandar pada meja. Tatapannya fokus memandang Andre.

"Oh, oke," jawab Andre singkat.

Dewi pun bersiap, membereskan beberapa peralatan yang dia bawa saat menginap. Berlama-lama sekamar dengan Andre, membuatnya salah tingkah.

Dewi masih menganggap, jika Andre melakukannya karena terjebak suasana. Jika, ternyata lelaki itu tidak benar-benar menginginkannya maka habislah dia, terbakar oleh perasaan resah yang menyala di dada.

Makanya, Dewi memilih pulang. Kembali pada kehidupan normal yang dia jalani. Serumah dengan Andre, tapi tidak tidur sekamar. Itu lebih baik untuk hatinya saat ini.

Tanpa bisa dipungkiri, status Andre dengan Anggita masih dalam hubungan pacaran. Sedangkan dengannya, juga belum ada kejelasan yang pasti.

Mama dan papa tentu merasa terkejut, karena tiba-tiba Dewi dan Andre pamit pulang. Inginnya mereka bisa tinggal lebih lama. Namun, mau bagaimana lagi. Anaknya telah berumah tangga. Rasanya sudah tidak mungkin lagi menahan mereka lebih lama, sedangkan Dewi sendiri meminta pulang

Dewi duduk di boncengan motor dengan posisi tegang. Dia bingung harus duduk bagaimana, atau seperti apa. Bahkan Dewi bingung, harus meletakkan tangannya ke mana. Akhirnya, dia pun meletakkan tangannya di pegangan belakang.

Dewi bingung saat motor menepi ke pinggir jalan, lalu berhenti di sana. Lebih bingung lagi, saat melihat Andre yang turun. Lalu berjalan ke belakangnya, menarik kedua tangan yang masih berpegangan kuat.

Andre merasa geram dengan tingkah Dewi, bisa-bisanya istrinya itu memilih pegangan ke belakang motor daripada berpegangan ke pinggangnya.

Dengan geram, Andre menarik kedua tangan Dewi, meletakkannya di pinggang sebelum melajukan motornya kembali.

Andre tersenyum puas, saat Dewi tidak melawan perlakuannya.

Terpopuler

Comments

Hasna

Hasna

ahhaaa aku senyum senyum sendiri

2022-11-06

0

Arni Khayanti

Arni Khayanti

cakeeeppp

2021-03-09

0

Nanik Purnomo

Nanik Purnomo

lanjut teruuussss

2020-10-04

6

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Awal Mula
2 Bab 2. Jawaban
3 Bab 3. Rencana
4 Bab 4. Pernikahan
5 Bab 5. Rasa Canggung
6 Bab 6. Kesepakatan
7 Bab 7. Status Baru
8 Bab 8. Perselisihan
9 Bab 9. Cewek Gendut
10 Bab 10. Diet
11 Bab 11. Menangis
12 Bab 12. Sebuah Fakta
13 Bab 13. Empati
14 Bab 14. Hati yang Mencintai
15 Bab 15. Hati yang Mencintai (2)
16 Bab 16. Kedatangan Teman-Teman
17 Bab 17. Rindu
18 Bab 18. Malam yang Indah
19 Bab 19. Godaan
20 Bab 20. Sekamar
21 Bab 21. Tragedi
22 Bab 22. Porak Poranda
23 Bab 23. Awal yang Baru
24 Bab 24. Awal yang Baru 2
25 Bab 25. Cinta atau Kesepakatan
26 Bab 26. Jangan Pergi
27 Bab 27. Dingin
28 Bab 28. Bahagia
29 Bab 29. Fakta Baru
30 Bab 30. Apa ini?
31 Bab 31. Terkejut
32 Bab 32. Kabar Apa Ini?
33 Bab 33. Terluka Lagi
34 Bab 34. Berubah
35 Bab 35. Keputusan
36 Bab 36. Keputusan (2)
37 Bab 37. Janji
38 Bab 38. Bertemu Dia
39 Bab 39. Terbuka
40 Bab 40. Kejujuran
41 Bab 41. Perseteruan
42 Bab 42. Sebuah Pilihan
43 Bab 43. Keputusan (2)
44 Bab 44. Kesedihan
45 Bab 45. Bertemu
46 Bab. 46
47 Bab 47. Anak Kita
48 Bab 48. Terimakasih
49 Bab. 49
50 Bab. 50
51 Bab. 51
52 Bab. 52
53 Bab. 53
54 Bab. 54
55 Bab. 55
56 Bab. 56
57 Bab. 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 6 4
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab. 67
68 Bab 68
69 Pengumuman
70 Bab 69 (Season 2)
71 Bab. 70
72 Bab. 71
73 Bab. 72
74 Bab. 73
75 Bab. 74
76 Bab 75
77 Bab. 76
78 Bab. 77
79 Bab 78
80 Bab. 79
81 Bab. 80
82 Bab. 81
83 Bab. 82
84 Bab. 83
85 Bab. 84
86 Bab. 85 (Tamat)
87 Halo!
88 Suami Lelangan
Episodes

Updated 88 Episodes

1
Bab 1. Awal Mula
2
Bab 2. Jawaban
3
Bab 3. Rencana
4
Bab 4. Pernikahan
5
Bab 5. Rasa Canggung
6
Bab 6. Kesepakatan
7
Bab 7. Status Baru
8
Bab 8. Perselisihan
9
Bab 9. Cewek Gendut
10
Bab 10. Diet
11
Bab 11. Menangis
12
Bab 12. Sebuah Fakta
13
Bab 13. Empati
14
Bab 14. Hati yang Mencintai
15
Bab 15. Hati yang Mencintai (2)
16
Bab 16. Kedatangan Teman-Teman
17
Bab 17. Rindu
18
Bab 18. Malam yang Indah
19
Bab 19. Godaan
20
Bab 20. Sekamar
21
Bab 21. Tragedi
22
Bab 22. Porak Poranda
23
Bab 23. Awal yang Baru
24
Bab 24. Awal yang Baru 2
25
Bab 25. Cinta atau Kesepakatan
26
Bab 26. Jangan Pergi
27
Bab 27. Dingin
28
Bab 28. Bahagia
29
Bab 29. Fakta Baru
30
Bab 30. Apa ini?
31
Bab 31. Terkejut
32
Bab 32. Kabar Apa Ini?
33
Bab 33. Terluka Lagi
34
Bab 34. Berubah
35
Bab 35. Keputusan
36
Bab 36. Keputusan (2)
37
Bab 37. Janji
38
Bab 38. Bertemu Dia
39
Bab 39. Terbuka
40
Bab 40. Kejujuran
41
Bab 41. Perseteruan
42
Bab 42. Sebuah Pilihan
43
Bab 43. Keputusan (2)
44
Bab 44. Kesedihan
45
Bab 45. Bertemu
46
Bab. 46
47
Bab 47. Anak Kita
48
Bab 48. Terimakasih
49
Bab. 49
50
Bab. 50
51
Bab. 51
52
Bab. 52
53
Bab. 53
54
Bab. 54
55
Bab. 55
56
Bab. 56
57
Bab. 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 6 4
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab. 67
68
Bab 68
69
Pengumuman
70
Bab 69 (Season 2)
71
Bab. 70
72
Bab. 71
73
Bab. 72
74
Bab. 73
75
Bab. 74
76
Bab 75
77
Bab. 76
78
Bab. 77
79
Bab 78
80
Bab. 79
81
Bab. 80
82
Bab. 81
83
Bab. 82
84
Bab. 83
85
Bab. 84
86
Bab. 85 (Tamat)
87
Halo!
88
Suami Lelangan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!