Bab 9. Cewek Gendut

Suasana kampus tetap ramai seperti biasanya. Padahal, kali ini mereka sedang melakukan ujian tengah semester. Tapi tetap saja, banyak diantara mahasiswa yang bersantai-santai dalam mengerjakannya.

"Eh, Wi, gimana tadi UTS? Aku susah banget ngerjainnya. Coba kamu duduk dekat aku, ya?" Monica sangat penasaran dengan jawaban soal Dewi. Seperti ujian sebelumnya, Dewi selalu bisa menyelesaikan dengan baik.

"Biasa aja. Emang susah, sih." Dewi nyengir, memperlihatkan deretan gigi putihnya.

"Yah, elu. Biasa juga masih dapat A. Lha, kita-kita dapat apa?" Astri menimpali.

Akhirnya, ketiga sahabat itu saling tertawa melepaskan penat setelah ujian tengah semester berakhir.

"Ke kantin, yuk. Lapar." Ajak Monica yang langsung disetujui dengan anggukan oleh Astri.

Keduanya berdiri, tapi tidak dengan Dewi. Gadis itu masih duduk di posisinya.

Kedua sahabatnya tersebut saling pandang dengan mengangkat bahu penuh tanya.

"Kenapa?" tanya Monica.

"Aku enggak makan ke kantin, ya. Aku menunggu di sana aja." Tunjuk Dewi pada sebuah pohon besar.

"Lha, ngapain duduk di sana sendirian?" Astri bertanya.

"Aku lagi malas makan ke kantin. Ini bawa bekal, kalian makan aja." Dewi menjawab dengan tangan membuka tasnya, merogoh kotak bekal makan siang. Lalu mengeluarkannya, kemudian menyodorkan kepada kedua temannya.

Astri dan Monica kembali salin pandang, penuh tanya. "Kalau gitu, tungguin kita di sana ya ... bentar doang, cuma beli minum. Oke."

"Iya, nanti makan bareng," lanjut Monica.

"Aku beneran lagi gak selera makan. Tadi bawa bekal emang untuk kalian, kok." Dewi masih mencoba untuk menolak ajakan kedua sahabatnya tersebut.

"Ya udah, lu tungguin kita di sana. Gih!" Monica mendorong bahu Dewi, agar segera beranjak pergi.

Dewi berjalan menuju kursi di bawah sebuah pohon yang besar dan rindang. Dia duduk sendirian, menikmati pemandangan lalu lalang mahasiswa di sekitar kampus tersebut.

Kemudian, tanpa sengaja pandangannya tertumbuk pada sepasang kekasih yang tengah berduaan. Mereka asyik berbincang, bersenda gurau. Bagai dunia milik mereka saja, yang lain menumpang termasuk Dewi yang tengah memperhatikan tingkah laku kedua manusia tersebut.

'Kalian memang cocok,' gumam Dewi dalam hati.

Melihat sepasang kekasih tersebut, tanpa bisa ditepis ada rasa sakit yang mendera hatinya.

Rasanya, seperti ada yang meremas dada. Entah ada apa sebenarnya?

'Pantaskah aku merasakan ini? Sedangkan aku tahu hatimu sudah untuk dia.'

Kedua matanya berkaca-kaca, cairan bening itu siap tumpah. Sekuat tenaga Dewi menahannya agar tidak mengalir.

Sesekali Dewi menatap ke atas, mencegah air mata mengalir di kedua pipi. Mengibaskan sebelah tangan demi mengurai kabut yang tercipta di wajah.

'Aku kuat.' Dewi terus menguatkan hati.

Siapa sangka, jika di sana tatapan sang lelaki malah tertuju padanya. Entah dengan tatapan yang seperti apa, Andre memandangnya. Dewi tidak mampu membaca dengan jelas makna yang terkandung dalam tatapan Andre tersebut.

Namun, tiba-tiba pikiran buruk menguasai isi keapla Dewi. Dia takut jika Andre berpikir, Dewi tengah memata-matai hubungan lelaki yang berstatus suaminya tersebut dengan Anggita.

Ah, andai saja Andre tahu. Dewi tidak sengaja melihat kemesraan mereka. Mungkinkah lelaki itu berpikir hal yang berbeda?

'Aku enggak sengaja!' Dewi menjerit dalam hati.

Ingin rasanya, dia melampiaskan segala rasa dalam dadanya. Mengungkapkan segala kisah yang terpendam lama dalam hatinya. Namun, sepertinya percuma, sebab sang lelaki pujaan hanya memandangnya dengan sebelah mata saja.

Dewi berdiri, tidak tahan dengan tatapan taja. yang dilayangkan suaminya tersebut. Lantas, dia pun dengan setengah berlari meninggalkan kursi tempatnya duduk.

Berlari ke mana saja, asal tidak lagi melihat Andre dan Anggita.

Namun, sialnya, tiba-tiba tubuhnya menabrak seseorang. Semua buku yang dibawa Dewi tercecer berantakan.

"Lu, punya mata enggak, sih?" cecar wanita itu. Jarinya menunjuk ke wajah Dewi yang menunduk memunguti buku-bukunya yang berserakan.

"Eh, ku budek, ya? Dasar wanita gendut," lanjut sang wanita tersebut.

Dewi masih menunduk, sampai pada sebuah buku yang diinjak oleh sang wanita yang ditabraknya tadi.

Dewi merasa bersalah, tapi juga tidak merasa bersalah. Karena dia memang tidak sengaja.

"Maaf, gue gak sengaja tadi." Dewi berucap lirih, sembari menarik bukunya yang masih bertahan dalam ijakan sang cewek.

"Enak aja lu. Minta maaf doang. Eh, cewek gendut. Badan lu udah melar ke mana-mana, pipi melebar ke mana-mana, pantas aja mata lu gak ngelihat jalan." Sepertinya wanita berpakaian minim tersebut belum juga puas menghina Dewi.

Mata Dewi memerah, menahan marah, tangis juga malu. Karena menjadi tontonan mahasiswa yang lain. Sepertinya pertunjukan mempermalukan orang lain telah menjadi tontonan yang menarik saat ini.

"Gue beneran minta maaf, karena gak sengaja tadi. Sekarang, tolong angkat kaki lu. Gua mau ambil buku yang lu injak." Dewi masih menahan diri untuk tidak meledak. Dia tetap menunduk, memegang buku di bawah. Pemandangan tersebut seolah Dewi tengah mengemis bersujud meminta maaf.

"Eh, apa-apaan ini?" Terdengar seseorang menyela aksi mereka. "Bubar .... bubar ...!"

"Huuuuuu" Sorak sorai para penonton yang kecewa, lalu membubarkan diri satu per satu.

Dewi mendongak tampak Arman berdiri di sampingnya. Kemudian lelaki itu tidak segan membantu ya berdiri. Sejenak mereka saling bertatapan.

Dewi mengalihkan pandangan, tak jauh darinya, tampak Andre tengah berdiri bersisian dengan Anggita yang merangkul lengan lelaki itu erat.

Dewi menghela napas dalam, tidak ingin menambah masalah. Tidak pula ingin berlarut dalam sakit yang didera hatinya..

Dewi tersenyum pada Arman, yang dibalas senyuman pula.

Lantas Arman kembali membungkuk, mengambil buku yang sebelumnya diinjak oleh sang wanita yang ditabrak Dewi tadi.

"Gue mewakili dia, minta maaf atas ketidaksengajaan ya tadi." Arman berucap tulus. Menatap hangat pada sang wanita.

"Emang dia siapanya elu?" tanya wanita itu ketus.

"Ini Dewi, temen gua. Dia terburu-buru tadi, makanya gak lihat kalau ada lu di depannya."

"Oke." Wanita itu pun berlalu meninggalkan Dewi dan Arman. Sekilas matanya melirik ke arah Andre dan Anggita yang masih memperhatikan mereka, seulas senyum tipis dia layangkan kepada Andre dan Anggita.

"Makasih, ya Kak. Udah tolongin aku." Dewi berucap lirih sembari menerima uluran buku dari tangan Arman.

"Gak masalah, kalau ada apa-apa kamu bisa bilang ke aku. Oke." Arman tersenyum. Dewi membalas senyuman Arman dengan tulus.

Di tempatnya berdiri, Andre menatap kedua orang itu dengan tatapan bingung. Sejak kapan, Arman sahabatnya dan Dewi istrinya saling akrab satu sama lain?

Andre menerka-nerka kemungkinan yang terjadi. Saat taruhan itukah? Atau saat lamaran di kantin? Atau saat resepsi pernikahannya?

Tanpa disadari Andre, sedari tadi Anggita telah memanggil-manggil namanya.

"Ndre ... Ndre ... Sayang ...!"

"Eh, iya?" Andre membalas gugup. Sejenak tatapannya beralih pada Dewi yang ternyata tengah menatapnya.

Menyadari Anggita memanggil dengan panggilan 'sayang', ada yang tak nyaman di hatinya.

Menangkap raut sedih yang ditunjukkan Dewi padanya. Ada apa dengan Dewi?

Terpopuler

Comments

Tulip

Tulip

sabar wi, arman dukung lo

2022-08-24

0

dian rahma

dian rahma

adakah kisah lalu antara Dewi dan andre?? atau hanya Dewi yg udh merhatiin Andre sejak lama dan menyimpan perasaan untuknya.

2021-06-05

0

Pertiwi Tiwi

Pertiwi Tiwi

diet dewi

2021-04-25

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Awal Mula
2 Bab 2. Jawaban
3 Bab 3. Rencana
4 Bab 4. Pernikahan
5 Bab 5. Rasa Canggung
6 Bab 6. Kesepakatan
7 Bab 7. Status Baru
8 Bab 8. Perselisihan
9 Bab 9. Cewek Gendut
10 Bab 10. Diet
11 Bab 11. Menangis
12 Bab 12. Sebuah Fakta
13 Bab 13. Empati
14 Bab 14. Hati yang Mencintai
15 Bab 15. Hati yang Mencintai (2)
16 Bab 16. Kedatangan Teman-Teman
17 Bab 17. Rindu
18 Bab 18. Malam yang Indah
19 Bab 19. Godaan
20 Bab 20. Sekamar
21 Bab 21. Tragedi
22 Bab 22. Porak Poranda
23 Bab 23. Awal yang Baru
24 Bab 24. Awal yang Baru 2
25 Bab 25. Cinta atau Kesepakatan
26 Bab 26. Jangan Pergi
27 Bab 27. Dingin
28 Bab 28. Bahagia
29 Bab 29. Fakta Baru
30 Bab 30. Apa ini?
31 Bab 31. Terkejut
32 Bab 32. Kabar Apa Ini?
33 Bab 33. Terluka Lagi
34 Bab 34. Berubah
35 Bab 35. Keputusan
36 Bab 36. Keputusan (2)
37 Bab 37. Janji
38 Bab 38. Bertemu Dia
39 Bab 39. Terbuka
40 Bab 40. Kejujuran
41 Bab 41. Perseteruan
42 Bab 42. Sebuah Pilihan
43 Bab 43. Keputusan (2)
44 Bab 44. Kesedihan
45 Bab 45. Bertemu
46 Bab. 46
47 Bab 47. Anak Kita
48 Bab 48. Terimakasih
49 Bab. 49
50 Bab. 50
51 Bab. 51
52 Bab. 52
53 Bab. 53
54 Bab. 54
55 Bab. 55
56 Bab. 56
57 Bab. 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 6 4
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab. 67
68 Bab 68
69 Pengumuman
70 Bab 69 (Season 2)
71 Bab. 70
72 Bab. 71
73 Bab. 72
74 Bab. 73
75 Bab. 74
76 Bab 75
77 Bab. 76
78 Bab. 77
79 Bab 78
80 Bab. 79
81 Bab. 80
82 Bab. 81
83 Bab. 82
84 Bab. 83
85 Bab. 84
86 Bab. 85 (Tamat)
87 Halo!
88 Suami Lelangan
Episodes

Updated 88 Episodes

1
Bab 1. Awal Mula
2
Bab 2. Jawaban
3
Bab 3. Rencana
4
Bab 4. Pernikahan
5
Bab 5. Rasa Canggung
6
Bab 6. Kesepakatan
7
Bab 7. Status Baru
8
Bab 8. Perselisihan
9
Bab 9. Cewek Gendut
10
Bab 10. Diet
11
Bab 11. Menangis
12
Bab 12. Sebuah Fakta
13
Bab 13. Empati
14
Bab 14. Hati yang Mencintai
15
Bab 15. Hati yang Mencintai (2)
16
Bab 16. Kedatangan Teman-Teman
17
Bab 17. Rindu
18
Bab 18. Malam yang Indah
19
Bab 19. Godaan
20
Bab 20. Sekamar
21
Bab 21. Tragedi
22
Bab 22. Porak Poranda
23
Bab 23. Awal yang Baru
24
Bab 24. Awal yang Baru 2
25
Bab 25. Cinta atau Kesepakatan
26
Bab 26. Jangan Pergi
27
Bab 27. Dingin
28
Bab 28. Bahagia
29
Bab 29. Fakta Baru
30
Bab 30. Apa ini?
31
Bab 31. Terkejut
32
Bab 32. Kabar Apa Ini?
33
Bab 33. Terluka Lagi
34
Bab 34. Berubah
35
Bab 35. Keputusan
36
Bab 36. Keputusan (2)
37
Bab 37. Janji
38
Bab 38. Bertemu Dia
39
Bab 39. Terbuka
40
Bab 40. Kejujuran
41
Bab 41. Perseteruan
42
Bab 42. Sebuah Pilihan
43
Bab 43. Keputusan (2)
44
Bab 44. Kesedihan
45
Bab 45. Bertemu
46
Bab. 46
47
Bab 47. Anak Kita
48
Bab 48. Terimakasih
49
Bab. 49
50
Bab. 50
51
Bab. 51
52
Bab. 52
53
Bab. 53
54
Bab. 54
55
Bab. 55
56
Bab. 56
57
Bab. 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 6 4
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab. 67
68
Bab 68
69
Pengumuman
70
Bab 69 (Season 2)
71
Bab. 70
72
Bab. 71
73
Bab. 72
74
Bab. 73
75
Bab. 74
76
Bab 75
77
Bab. 76
78
Bab. 77
79
Bab 78
80
Bab. 79
81
Bab. 80
82
Bab. 81
83
Bab. 82
84
Bab. 83
85
Bab. 84
86
Bab. 85 (Tamat)
87
Halo!
88
Suami Lelangan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!