Hari pernikahan semakin dekat. Semakin dekat pula sidang skripsi Andre.
Persiapan pernikahannya, tentu telah diiris calon pengantin wanita dan keluarga besar. Karena, target Andre yang paling utama saat ini adalah lulus kuliah.
Untunglah, keluarga Dewi tidak masalah. Menikahkan puteri semata wayangnya Kepa Andre yang jelas belum memiliki pekerjaan.
Ah, jangankan pekerjaan. Hidupnya saja masih ditanggung orang tua dan kakaknya.
Selain itu, dia juga masih kuliah. Tentu saja, fokus utamanya adalah menyelesaikan pendidikan, setelah lulus barulah dia akan mencari pekerjaan.
Seorang lelaki harus memiliki tanggung jawab yang tinggi. Karena, kehidupan keluarganya berada di atas pundaknya.
Begitulah pesan singkat sang ayah yang selalu terngiang di telinga.
Andre bukanlah seorang yang lahir dari keluarga kaya raya seperti Dewi. Dia terlahir dari keluarga sederhana. Sangat sederhana.
Ayahnya bekerja sebagai guru Sekolah Dasar. Ibunya berjualan di kantin sekolah tempat suaminya mengajar. Sementara kakak satu-satunya bekerja di sebuah perusahaan properti, dan telah menikah. Belum dikarunia anak. Antoni lah yang membantu biaya pendidikan Andre. Itulah yang menjadikan Andre mengutamakan pendidikannya.
Andre memang bukan lelaki yang tergolong baik dalam hal kesempurnaan, dia masih suka nongkrong bersama teman-teman. Tapi, dia tidak pernah melakukan tugas belajar.
Memiliki tampang yang rupawan, mendukungnya untuk memiliki banyak cewek di sampingnya.
Banyak wanita yang mendekati dan ingin dijadikan pacar. Sebagai lelaki yang gaul, tentu kesempatan itu tidak disia-siakan. Bergonta-ganti pacar telah menjadi kebiasaannya. Sampai ... lelaki yang dijuluki playboy itu bertemu dengan Anggita yang menjadi idola kampus.
Rasanya ... hanya dengan Anggita, Andre bisa setia. Menjalin hubungan untuk masa depan. Tidak seperti biasanya yang hanya bertahan tidak lebih dari tiga bulan saja.
Andre dan Anggita telah menjalin hubungan selama satu tahun.
Awal perkenalan mereka pun sangat unik. Saat keduanya sama-sama mencari tempat tinggal baru yang dekat dengan kampus.
Karena saling merasa membutuhkan, akhirnya, Andre membantu Anggita mencari tempat tinggal. Dan Anggita pun menemani Andre mencari tempat tinggalnya yang sekarang.
Sejak saat itulah hubungan mereka menjadi dekat, hingga benih-benih cinta itu pun tumbuh di keduanya. Hingga sekarang.
Saat ini, Andre sedang duduk menghadap buku-buku yang dia butuhkan sebagai referensi.
Dalam kefokusanya menekuri buku-buku tersebut, terdengar obrolan di rak-rak buku yang berjejer tinggi. Seperti suara sepasang anak manusia.
"Wi ..., please! Aku cinta banget sama kamu. kenapa kamu malah mau menikah sama lelaki brengsek itu, Wi?" suara lelaki terdengar memohon.
"Maafkan, aku ... Ngga. Semua telah terjadi dan direncanakan. Kamu pasti bisa menemukan cewek yang lebih dari aku." Andre semakin menajamkan pendengarannya, demi mengetahui apa yang mereka bicarakan.
"Tapi ... aku cintanya sama kamu."
"Kadang cinta tak menjamin kalau akan berjodoh, Ngga. Kita tidak pernah tahu siapa jodoh kita. Lagi pula, sebelum ijab kabul terjadi, aku enggak tahu siapa yang akan jadi jodohku. Aku hanya menjalani yang telah terjadi."
"Berarti ... aku masih bisa berharap sama kamu sampai Andre sialan itu mengucap ijab, kan?"
'Sialan, lu bilang? Lu tuh, yang sialan. Gangguin calon bini orang.' Tanpa sadar, Andre mengumpat kesal memdengar lelaki itu mengatainya di belakang. 'Sini kalau berani, hadapi gue.'
"Ya enggak gitu juga, kali. Jatuhnya, kan, aku udah di lamar orang. Jadi, enggak bisa didekati laki-laki, dong."
'Bagus ... pinter juga calon bini gua.' Andre menyeringai. Merasa menang dari lelaki gak jelas yang mencoba mendekati calon istrinya.
"Tapi, Andre aja masih punya pacar. Aku enggak mau dia nyakiti kamu. Awas aja kalau berani, aku patahin batang lehernya."
'Eh, sialan bener, nih orang.' Andre siap berdiri. Namun, segera duduk lagi saat mendengar ucapan Dewi.
"Itu bukan urusan aku, Ngga. Mungkin, memang butuh waktu untuk seseorang melupakan orang lain. Aku enggak peduli bagaimana awal dari pernikahan yang akan aku jalani. Aku hanya berdoa agar pernikahan aku bisa mendapatkan kebahagiaan. Karena pernikahan ini agung, perjanjian yang hanya dengan manusia langsung pada Tuhannya. Doakan aku bahagia, ya .... Dan, semoga kamu pun bahagia." Penjelasan Dewi terdengar begitu menyejukkan sekaligus menikam ulu hati Andre.
Benarkah keputusannya menikahi Dewi dengan berniat mempermainkan pernikahan ini?
Bahkan, Dewi saja menerima semua yang terjadi.
'Apakaj Dewi tahu kalau menikah dengannya karena kalah taruhan?' gumam Andre. Kepalanya diletakkannya di meja. Entah darimana rasa bersalah itu datang?
Sore hari, Andre menghubungi Dewi untuk bertemu. Awalnya gadis itu menolak, tapi karena rayuan Andre membuat dia menurut.
Dan ... disinilah mereka. Duduk berhadapan di sebuah kafe. Lama dua calon pengantin itu hanya saling diam.
Andre sendiri bingung, bagaimana memulai pembicaraan dengan Dewi. Mengingat mereka memang tidak pernah mengobrol berdua saja. Semua urusan keluarga besarlah yang mengurus dan membicarakannya.
Pernah ada kesempatan mereka duduk berdua pun, saat lamaran waktu itu. Mereka tidak berbicara apapun.
Dan, saat ini. Andre malah merasakan gugup yang tidak biasa menghadapi gadis tambun di hadapan. Padahal, tadi dia begitu bersemangat ingin mengatakan kepada Dewi jika dia menikahinya hanya karena malah taruhan. Dan di hatinya masih sangat mencintai Anggita, kekasihnya saat ini.
Namun, tenggorokannya seakan tercekat kala berhadapan dengan Dewi. Entah sihir apa yang wanita itu gunakan, membuat seorang Andre seakan mati kutu begini.
Andre gusar, dia telah menghabiskan minuman yang dipesan. Duduknya mulai gelisah, menoleh ke kanan dan ke kiri. Menghitung pengunjung yang datang, guna mengurai kegugupannya.
Sedangkan Dewi tampak duduk seperti patung. Bahkan napasnya pun tak terlihat oleh Andre.
"Kak ...." Suara Dewi membuat Andre tersedak. Lelaki itu terbatuk-batuk.
Secepat kilat, Dewi menyodorkan minum padanya. Andre menerima gelas dari Dewi, lalu meminum air itu dengan sekali teguk.
"Masih sakit tenggorokannya?" tanya Dewi lembut. Andre menggeleng.
"Kak ...."
"Wi ...."
Menyadari jika mereka memanggil secara bersamaan. Andre dan Dewi pun saling mendongak.
Andre baru menyadari, jika Dewi memiliki bola mata yang bulat dan ... indah. Beberapa saat, dia tak berkedip menyelami telaga indah dalam mata indah itu. Hanya ada dia di sana.
Dewi menunduk, wajahnya memerah. "Kak Andre ...."
"Ya ...." Suara Andre berubah mengikuti nada Dewi yang lembut.
"Kakak ada perlu apa meminta bertemu di sini?" tanya Dewi pelan. Dia masih menunduk.
"Ah itu ... tidak ... tidak ada apa-apa." Andre menggaruk kepala yang tidak gatal. Dia tiba-tiba menjadi kikuk dan salah tingkah. Semua kata yang diucapkan ambyar menjadi kepingan yang sulit dirangkai.
Akhirnya, mereka pun bertemu tanpa ada yang dibicarakan.
***
Hari pernikahan pun terjadi. Tidak ada aral yang melintang menghambat acara mereka.
Pernikahan tersebut berjalan lancar. Sesuai yang direncanakan.
Saat duduk di pelaminan, Andre menyadari satu hal. Jika sedari tadi, wajah Dewi yang telah sah menjadi istrinya itu tak luput dari senyuman yang terus terbit di bibir mungilnya.
Yaa ... Dewi memiliki tubuh yang berat badannya lebih dari teman-teman wanitanya. Wajahnya terlihat lebar, dengan kedua pipi tembam. Lucunya, bibirnya begitu tipis dan terkesan mungil dalam pandangan Andre.
Entah mulai kapan Andre memperhatikan setiap binar yang terpancar di wajah itu. Menyiarkan aura kebahagian yang membuatnya ikut tersenyum.
Dan sejenak melupakan Anggita, sang mantan yang berdiri di panggung dengan ukuran tangan ingin bersalaman.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
🍀 chichi illa 🍒
di tunggu bucin nya
2022-03-16
0
Ⓤ︎Ⓝ︎Ⓨ︎Ⓘ︎Ⓛ︎
tambun tambun seksi...
namanya bahenol beda ama gendut 😂😂
2021-08-15
0
Listiana Ngawi
pasti entar jatuh cinta tu ma dewi
2020-12-31
5