Bab 16. Kedatangan Teman-Teman

Kontrakan sempit itu kali ini tampak ramai. Di dapur, Dewi semangat memasak berbagai hidangan.

Sedangkan di ruang tamu, tampak teman-temannya tengah mengobrol ria.

Syukurlah, tidak sulit untuk meminta izin kepada Andre, suaminya. Saat kemarin Dewi bilang jika teman-temannya akan datang, Andre mengangguk begitu saja.

Tidak ada penolakan apalagi perdebatan. Sejujurnya, Dewi ingin bertanya kenapa Andre begitu mudahnya memberikan izin kepadanya?

Namun, mulutnya seakan terkunci. Tak mampu mengeluarkan kata-kata. Hanya ucapan makasih yang mampu terlontar dari lisannya.

Sebelum temannya datang, Andre telah keluar sedari pagi. Tidak juga berniat mengantarkan Dewi ke pasar sekadar belanja kebutuhan.

Inginnya, Dewi tak ambil pusing. Namun, siapa yang bisa menahan rasa khawatir yang merongrong dadanya. Pasalnya, beberapa hari ini suaminya itu tampak berbeda. Lelaki itu menjadi lebih pendiam dari biasanya, dan ... tampak sering melamun. Wajahnya pun murung.

Entah karena alasan apa, Dewi belum menemukan jawabannya. 'Mungkin nanti akan aku tanyakan pada Kak Arman,' tekadnya dalam hati.

Lantas, Dewi pun membeli segala kebutuhan untuk menu makan siang dan cemilan menyambut ke tiga sahabatnya.

Dan ... di sinilah Dewi sekarang. Di tempat favoritnya, dapur. Meracik semua bumbu untuk menghidangkan makanan yang istimewa.

Setelah selesai, Dewi pun bergegas menyiapkan makanan di ruang tamu.

Yaa, ruang tidurnya khusus hari ini telah di sulap menjadi ruang tamu.

Dewi sangat berterimakasih kepada Andre yang mau membantunya pagi-pagi sekali. Membereskan rumah kontrakan mereka.

"Waahh, harum sekali masakanmu ini, Wi. Rotinya juga enak banget lho," puji Amika dengan sepotong bolu di tangan kanannya. Tidak menunggu sekedipan mata, bolu di tangannya langsung dilahap habis. "Hmmm." Amika mengacungkan dua jempol. Lalu mengambil puding.

"Banget ... kumpul begini terus, kita bisa gemuk ini. Hahahaha," celetuk Monica tak kalah seru.

"Buka warung makan aja deh, atau catering gitu. Pasti laris." Astri menimpali. Yang langsung mendapat anggukan setuju dari ke dua temannya yang lain.

"Bener itu." Monica menelan puding di mulutnya dengan paksa, sampai terlihat batang lehernya bergerak turun. Namun, tiba-tiba dia tersedak, lantas terbatuk-batuk.

Dewi mendekati Monica, lalu menepuk-nepuk punggung sahabatnya tersebut. Sedangkan yang lain, tertawa terbahak melihat tingkah Monica yang terkesan konyol.

"Makan tuh, jangan sambil ngoceh. Telen dulu, baru ngomong," celoteh Astri dengan gelak tawa.

"Huss, temen lagi kesakitan diketawain." Amika menyela.

Dewi tidak banyak bicara, dia mengambilkan minum lalu membantu Monica minum air dalam gelasnya. Setelah itu, Dewi pula yang meletakkan gelas yang kosong tersebut.

"Dewi kenapa?" Amika yang melihat perubahan sikap Dewi, menyenggol lengan Astri dan berbisik.

Astri menoleh pada Dewi yang berjalan ke dapur, lantas mengedikkan kedua bahu tanda tidak mengerti apa yang telah terjadi.

"Udah, dia udah jadi istri orang. Jangan langsung bertanya apalagi kalau itu urusan rumah tangganya. Gak sopan." Monica mengibaskan tangan di antara Monica dan Astri.

Mereka berdua serentak berseru. "Huuuu! Sok bijak, lu."

"Emang." Monica membalas cuek seruan kedua sahabatnya tersebut.

Di dapur, Dewi merasa gelisah. Hatinya tidak tenang dengan pikiran ke mana-mana memikirkan Andre. Entah apa yang terjadi, dia sendiri tidak mengerti. Hanya saja, pikirannya itu selalu tertuju pada suaminya.

Setelah menyimpan menu makan siang untuk Andre. Dia menuju kamar. Ingin menghubungi Andre, tapi ragu.

Beberapa saat menimbang, menelepon atau tidak. Berjalan mondar-mandir di dalam kamar. Sesekali menggigit jarinya.

Dewi memutuskan untuk menghubungi Andre, sekadar mengecek keadaan suaminya tersebut.

Pada panggilan ke dua, Andre menjawab panggilannya.

Dewi bernapas lega mendengar suara Andre di seberang sana.

"Halo! Kenapa, Dew?" tanya Andre.

"Ha-halo, Kak." Entah kenapa, pikirannya tiba-tiba menjadi buntu. Padahal baru semenit yang lain, pikirannya menggebu ingin menghubungi lelaki itu. Namun, setelah mendengar suaranya, Dewi malah bingung harus bicara apa.

"Iya, ada apa, Dew?" tanya Andre lagi.

"Ka-kakak, di mana?" tanya Dewi. Jantungnya kini berdegup kencang tidak mampu di kontrol.

"Lagi sama Arman, di kampus. Temen-temen kamu masih di rumah?"

"I-iya, masih." Kedua mata Dewi membola, mendengar Andre mengatakan "kamu" padanya. Ini pertama kalinya, lelaki itu mengatakan "kamu." Biasanya selalu menggunakan "lu-gua."

"Dew ... masih di sana?" Suara Andre mengagetkannya.

"Iya, Kak."

"Ada apa, tumben nelpon? Bentar lagi aku pulang, sama Arman ya ke rumah. Sekalian kumpul sama teman kamu. Boleh?"

"Boleh ...!" Tidak bisa ditahan lagi, Dewi berseru riang menyambut niat Andre padanya.

"Iya, bentar lagi. Aku mau bimbingan dulu, doakan ACC ya. Biar bisa cepet ujian."

"Aamiin."

"Daah."

"Daah."

Dewi memeluk ponselnya erat, meletakkan tepat di dada kirinya. Jantungnya masih bergemuruh, seiring senyuman di wajah.

Dewi keluar kamar, tidak lupa dia meletakkan ponselnya di kasur. Senyumnya masih bertahan manis di wajahnya.

Ketiga sahabatnya terheran, melihat ekspresi Dewi yang tiba-tiba berubah drastis. Sedari tadi, Dewi hanya cemberut saja. Sangat berbeda dengan sekarang yang tersenyum bahagia.

"Wi ...." Amika memanggil Dewi lirih. Dia mencondongkan wajah, agar dapat melihat senyum Dewi dengan jelas. Tampak rona merah di kedua pipi tembam itu. "Lu, enggak kenapa-kenapa, kan?"

"Eh, apa?" Mata Dewi menatap ke enam pasang mata yang menatapnya fokus penuh tanya. "Enggak ... enggak apa-apa, kok."

"Oohhhhh." Ketiga gadis itu pun kembali menikmati hidangan mereka seperti tidak terjadi apapun.

"Hmm, itu kak Andre bentar lagi pulang sama kak Arman."

"Oohh!" Lagi, mereka menjawab dengan serentak.

Amika mengode Dewi, menyiratkan tanya pada apa yang telah Dewi ucapkan.

Dewi mengangguk, seperti kesepakatan mereka berdua. Hubungan Amika dan Arman masih menjadi rahasia di antara mereka berdua saja.

Satu jam berlalu, mereka menghabiskan makanan yang dihidangkan tidak bersisa. Untung saja, Dewi telah menyisihkan makanan untuk Andre. Jika tidak, sudah tentulah suaminya itu tidak akan kebagian sedikit pun.

Terdengar suara ketukan di pintu. Buru-buru Dewi berjalan untuk membukanya.

Sebuah senyuman menyambut kedatangan Andre dan kedua temannya.

"Kalian duduk dulu, ya. Sorry, sempit. Kalau kurang lebar lu pada duduk di luar aja," ucap Andre dengan seringai menggoda.

"Yeee, niat kagak sih ngajakin kita?" Bobi menyela, merasa tidak setuju dengan ucapan Andre.

"Siapa yang ngajak, lu pada yang mau ikut." ketus Andre.

"Sudah ... sudah ... malu dilihatin cewek-cewek." Arman berbicara menjadi penengah. Andre masuk diiringi kedua temannya.

"Gua ke kamar dulu, ya." Andre berbicara pelan, seraya berlalu masuk kamar. Matanya mengode Dewi agar mengikuti langkahnya.

"Ck. Iya ... mesraan teruuss!" seru Bobi.

Semua orang tertawa mendengar seruan Bobi tersebut. Wajah Dewi telah merah padam. Sedangkan Andre tidak acuh pada mereka. Dia menarik tangan Dewi untuk segera masuk ke kamar.

Sesampainya di kamar, Andre menutup pintu lalu menguncinya.

Tanpa kata, Andre memeluk Dewi erat. Entah karena alasan apa, Andre ingin sekali memeluk istrinya kali ini. Menumpahkan segala rasa yang dia miliki.

"Makasih ya," ucapnya lirih.

Dewi mengangguk dalam rengkuhan Andre. Tubuhnya masih tegang mendapatkan perlakukan yang berbeda dari suaminya tersebut.

Terpopuler

Comments

Rumi Pemalang

Rumi Pemalang

kapan dibikin kurus thor,masa gendut peran utamanya 😀bikin biar andre klepek-klepek sama dewi

2022-04-16

0

la beneamata

la beneamata

temanya bagus,tapi maaf ngk aku kasih like,terlalu bertele2 crtanya

2021-10-12

0

Dewi Ariyanti

Dewi Ariyanti

lulus andre y

2021-05-09

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Awal Mula
2 Bab 2. Jawaban
3 Bab 3. Rencana
4 Bab 4. Pernikahan
5 Bab 5. Rasa Canggung
6 Bab 6. Kesepakatan
7 Bab 7. Status Baru
8 Bab 8. Perselisihan
9 Bab 9. Cewek Gendut
10 Bab 10. Diet
11 Bab 11. Menangis
12 Bab 12. Sebuah Fakta
13 Bab 13. Empati
14 Bab 14. Hati yang Mencintai
15 Bab 15. Hati yang Mencintai (2)
16 Bab 16. Kedatangan Teman-Teman
17 Bab 17. Rindu
18 Bab 18. Malam yang Indah
19 Bab 19. Godaan
20 Bab 20. Sekamar
21 Bab 21. Tragedi
22 Bab 22. Porak Poranda
23 Bab 23. Awal yang Baru
24 Bab 24. Awal yang Baru 2
25 Bab 25. Cinta atau Kesepakatan
26 Bab 26. Jangan Pergi
27 Bab 27. Dingin
28 Bab 28. Bahagia
29 Bab 29. Fakta Baru
30 Bab 30. Apa ini?
31 Bab 31. Terkejut
32 Bab 32. Kabar Apa Ini?
33 Bab 33. Terluka Lagi
34 Bab 34. Berubah
35 Bab 35. Keputusan
36 Bab 36. Keputusan (2)
37 Bab 37. Janji
38 Bab 38. Bertemu Dia
39 Bab 39. Terbuka
40 Bab 40. Kejujuran
41 Bab 41. Perseteruan
42 Bab 42. Sebuah Pilihan
43 Bab 43. Keputusan (2)
44 Bab 44. Kesedihan
45 Bab 45. Bertemu
46 Bab. 46
47 Bab 47. Anak Kita
48 Bab 48. Terimakasih
49 Bab. 49
50 Bab. 50
51 Bab. 51
52 Bab. 52
53 Bab. 53
54 Bab. 54
55 Bab. 55
56 Bab. 56
57 Bab. 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 6 4
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab. 67
68 Bab 68
69 Pengumuman
70 Bab 69 (Season 2)
71 Bab. 70
72 Bab. 71
73 Bab. 72
74 Bab. 73
75 Bab. 74
76 Bab 75
77 Bab. 76
78 Bab. 77
79 Bab 78
80 Bab. 79
81 Bab. 80
82 Bab. 81
83 Bab. 82
84 Bab. 83
85 Bab. 84
86 Bab. 85 (Tamat)
87 Halo!
88 Suami Lelangan
Episodes

Updated 88 Episodes

1
Bab 1. Awal Mula
2
Bab 2. Jawaban
3
Bab 3. Rencana
4
Bab 4. Pernikahan
5
Bab 5. Rasa Canggung
6
Bab 6. Kesepakatan
7
Bab 7. Status Baru
8
Bab 8. Perselisihan
9
Bab 9. Cewek Gendut
10
Bab 10. Diet
11
Bab 11. Menangis
12
Bab 12. Sebuah Fakta
13
Bab 13. Empati
14
Bab 14. Hati yang Mencintai
15
Bab 15. Hati yang Mencintai (2)
16
Bab 16. Kedatangan Teman-Teman
17
Bab 17. Rindu
18
Bab 18. Malam yang Indah
19
Bab 19. Godaan
20
Bab 20. Sekamar
21
Bab 21. Tragedi
22
Bab 22. Porak Poranda
23
Bab 23. Awal yang Baru
24
Bab 24. Awal yang Baru 2
25
Bab 25. Cinta atau Kesepakatan
26
Bab 26. Jangan Pergi
27
Bab 27. Dingin
28
Bab 28. Bahagia
29
Bab 29. Fakta Baru
30
Bab 30. Apa ini?
31
Bab 31. Terkejut
32
Bab 32. Kabar Apa Ini?
33
Bab 33. Terluka Lagi
34
Bab 34. Berubah
35
Bab 35. Keputusan
36
Bab 36. Keputusan (2)
37
Bab 37. Janji
38
Bab 38. Bertemu Dia
39
Bab 39. Terbuka
40
Bab 40. Kejujuran
41
Bab 41. Perseteruan
42
Bab 42. Sebuah Pilihan
43
Bab 43. Keputusan (2)
44
Bab 44. Kesedihan
45
Bab 45. Bertemu
46
Bab. 46
47
Bab 47. Anak Kita
48
Bab 48. Terimakasih
49
Bab. 49
50
Bab. 50
51
Bab. 51
52
Bab. 52
53
Bab. 53
54
Bab. 54
55
Bab. 55
56
Bab. 56
57
Bab. 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 6 4
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab. 67
68
Bab 68
69
Pengumuman
70
Bab 69 (Season 2)
71
Bab. 70
72
Bab. 71
73
Bab. 72
74
Bab. 73
75
Bab. 74
76
Bab 75
77
Bab. 76
78
Bab. 77
79
Bab 78
80
Bab. 79
81
Bab. 80
82
Bab. 81
83
Bab. 82
84
Bab. 83
85
Bab. 84
86
Bab. 85 (Tamat)
87
Halo!
88
Suami Lelangan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!