Seperti yang ditakutkan Dewi, Andre meminta agar mereka tidur sekamar.
"Barang-barang kamu, kan, masih di kamar. Biarkan saja," tegas lelaki itu saat mendapati Dewi akan memindahkan barangnya ke luar.
Sejak kedatangan teman-temannya waktu itu, barang-barang Dewi memang belum sempat dipindahkan lagi.
"Tapi ... aku ...." Dewi ragu untuk membalas perkataan Andre.
"Kan aku udah bilang, Dew. Kita mulai malam ini tidur di kamar. Aku enggak mau, kamu tidur di luar lagi. Mengerti?" Andre membungkuk mensejajarkan wajah mereka. Lantas, kedua matanya menetap lekat mata hitam milik Dewi.
"I-iya ...." Akhirnya Dewi mengiakan, walau rasa ragu itu masih menyelimuti hatinya.
Andre tersenyum manis melihat wajah pasrah istrinya itu. Lalu, tangannya terulur untuk menepuk lembut kepala Dewi, dua kali.
Andre berlalu meninggalkan Dewi yang masih termangu karena mendapatkan perlakuan manis dari Andre. Tangannya meraba dada, merasakan degup jantung yang berpacu tidak menentu.
Sedangkan di kamar mandi, Andre bersandar di pintu kamar. Tangannya meraba dada, menetralkan degup yang tidak beraturan.
Yaa ... dia insan berbeda jenis itu melakukan aktivitas yang sama di tempat yang berbeda.
Senyum terkembang di bibir ke duanya.
***
Makan malam kali ini terasa begitu berbeda. Pasalnya, Andre dan Dewi saling mencuri pandang. Saat tatapan mata mereka bertemu, keduanya akan saling menunduk malu. Kejadian itu terjadi berulang kali.
Andre merasa jengah dengan keadaan ini, malu sekaligus canggung sangat menggunung di dadanya. Seolah tengah menghimpit dada.
Andre menghela napas panjang, meraup udara secara rakus guna melonggarkan dada, mengisi paru-paru.
Kemudian, lelaki itu berdehem keras. Tanpa disadari, apa yang dilakukannya tersebut justru mengagetkan Dewi.
Dewi tersentak mendengar deheman Andre. Lantas, dia pun menunduk.
"Aku selesai. Duluan ke kamar ya ...." Andre berdiri, lalu meninggalkan Dewi sendirian.
Dewi menghabiskan makannya dengan tidak bersemangat. Suapan demi suapan masuk ke mulut tanpa berniat mengunyah. Lantas, dia pun menghabiskan waktu yang lama hanya untuk makan. Setelah makanan di piringnya habis, Dewi segera membereskan peralatan. Mencuci piring-piring kotor.
Dewi sengaja berlama-lama di dapur, untuk menghabiskan waktu. Dia sangat tidak nyaman jika harus bermalam dengan Andre sekamar malam ini.
Dewi tersentak kaget, saat menyadari ternyata lelaki yang memenuhi pikirannya itu kini tengah berdiri memperhatikannya. Entah sejak kapan Andre berdiri di sana.
"Ayok." Andre menarik tangan Dewi, mengajaknya masuk ke kamar. Tanpa peduli, jika istrinya itu keberatan dengan sikapnya.
Sesampainya di kamar. Andre melepaskan pegangan tangannya. Lantas, dia pun menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Sebenarnya, Andre sendiri merasa canggung, dia bingung harus bersikap bagaimana.
Andre masih berdiri membelakangi Dewi. 'Dew, aku mau kamu. Ah, tidak ... tidak.'
'Dew, ayok kita ulangi indahnya malam itu. Ah tidak ... tidak ...'
Andre mengacak rambut frustrasi. Memikirkan bagaimana caranya mengatakan keinginannya kepada Dewi.
Sejujurnya, setelah sekali merasakan indahnya berbagi malam dengan Dewi, Andre ingin mengulanginya lagi. Tapi dia bingung bagaimana membicarakannya.
Hubungan mereka belumlah sedekat itu, yang membuat Andre ceplas ceplos mengatakan apa yang ada dalam hati dan pikirannya.
Hubungannya dengan Dewi serba tidak sengaja, tidak direncanakan dan serba kebetulan.
"Kak ..." Suara Dewi lirih menyadarkan Andre dari lamunannya.
"Eh, iya?" tanya Andre gugup. Andre membalikkan tubuh menghadap Dewi yang masih menunduk berdiri di dekat pintu.
Andre mendekat, membungkuk mensejajarkan wajahnya dengan wajah wanita di hadapan.
Hembusan napas Andre menerpa wajah wanitanya, sontak membuat Dewi mendongak. Kening mereka beradu, menimbulkan gelenyar aneh yang membahagiakan.
Andre menangkup wajah Dewi dengan kedua tangannya. Matanya menatap tajam, menyalurkan rasa yang ingin dia utarakan.
"Hmmm?" Hanya jawaban itu yang Andre berikan. Lidahnya kelu untuk mengeluarkan kata.
"A-aku ma-u ti-dur." Dewi berucap terbata.
Sialnya, suara itu malah memancing hasrat Andre muncul ke permukaan.
Dewi membeku menerima tatapan yang diberikan Andre padanya.
Andre mengangguk memberi isyarat lebih pada Dewi. Yang dia sendiri tidak tahu, Dewi mengerti isyaratnya atau tidak.
Andre menarik lembut tangan Dewi menuju kasur. Duduk di bibir kasur, Andre meraih kedua bahu Dewi.
"Bolehkah?" tanya Andre pelan.
Dewi mengangguk pasrah, sejujurnya dia merasa ini adalah kejutan yang Andre berikan.
Apakah Andre benar-benar menginginkannya? Ataukah hanya sebagai pelampiasan semata?
Dewi tidak ingin memikirkannya terlalu dalam. Baginya saat ini, Andre adalah suaminya. Maka sudah selayaknya seorang istri menuruti keinginan suaminya walaupun soal kasur.
Mereka kembali menikmati keindahan malam bersama. Terbang ke angkasa, menghitung bintang-bintang yang berkelip di kegelapan malam. Bintang yang telah memberikan sinarnya untuk hati agar saling menerima.
Walaupun bulan mungkin lebih tampak bersinar terang menerangi malam. Namun, bintang lah yang memberikan warna indah di langit malam.
Mereka tidur dengan saling memeluk, dalam selimut yang sama.
Malam ini, mimpi itu menjadi nyata. Dewi tersenyum bahagia. Walaupun dia sendiri tida tahu apa yang akan terjadi ke depannya. Setidaknya, biarkan hatinya merasakan kenikmatan menjadi istri seutuhnya saat ini.
Tidur dalam pelukan lelaki yang sangat dicintainya, telah menjadi impiannya sejak lama. Bahkan, Dewi sanggup mengorbankan seluruh kebahagiaannya selama hidupnya hanya demi malam ini. Baginya, berada dalam pelukan Andre, itu sudah cukup. Dia tidak butuh yang lain.
***
Seperti pagi sebelumnya, Dewi telah bangun dari pagi untuk menyiapkan sarapan dan mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Baginya, ini adalah pekerjaan yang menyenangkan.
Walaupun, kadang terasa berat saat dirinya harus menghadapi berbagai macam tugas kampus yang harus segera dikerjakan. Namun, Dewi berusaha keras untuk bisa mengerjakan semua kewajiban yang dia emban. Menjadi istri, menjadi mahasiswa, dan menjadi seorang entrepreneur.
Dewi menyelesaikan pekerjaan lebih awal, karena pagi ini dia harus ke kampus pagi. Menemui dosen untuk urusan PKL.
Maka, tidak ingin membuang waktu. Dewi segera bersiap.
Andre menggeliat, wajahnya tampak kusut khas bangun tidur.
Ini kedua kalinya Dewi menyaksikan wajah Andre saat bangun. Baginya, wajah Andre tetap tampan walau dalam keadaan apapunDewi tersenyum menyambut Andre bangun.
"Pagi ...." Andre menyapa dengan suara seraknya.
"Pagi ...." Dewi membalas dengan senyum pula. "Aku telah menyiapkan sarapan. Pagi ini harus menemui dosen pagi-pagi sekali. Jadi, aku izin berangkat pagi, yaa."
Dewi berbicara dengan tangan terus bergerak memeriksa buku-buku dan berkas laporan yang harus diajukan.
"Oh iya, baju gantinya udah aku siapkan di kamar mandi. Nanti langsung mandi aja, air hangatnya juga udah aku siapkan. Hmmm, apa lagi yaa?"
Andre tersenyum menyaksikan mimik wajah Dewi saat berbicara. Bibirnya menggemaskan.
"Iya ... iya ...." Andre gemas, lantas mencubit kedua pipi tembam Dewi. "Iiihh, gemes, deh."
"Sakit, Kak. Entar pipiku jadi tambah ngembang kayak bakpao." Bibir Dewi mengerucut. Menambah kelucuan di wajahnya.
Andre tertawa tergelak. Sampai dia memegangi perut yang terasa sakit, karena tertawa terbahak. Tubuhnya tergoncang keras.
Dewi hanya menyaksikan dengan senyum bahagia. Jarang sekali dia menyaksikan Andre bisa tertawa lepas seperti saat ini saat bersamanya. Kecuali jika Andre bersama Anggita, maka senyum lelaki itu akan merekah indah.
Mengingat nama Anggita, hati Dewi serasa ada yang mencubit.
Hanya dengan mengingat nama wanita itu saja, mampu membuyarkan mood Dewi pagi ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Mien Mey
awas aj s andre kl dia cm jdiiin dewi pelampiasaan..
2021-03-10
1
Imas Maslahah
visualnya dong penasaran sama Dewi yg gemesin
2020-12-27
8
Reza Nurkholis
andre menjijikan...
2020-10-16
6