Bab 12. Sebuah Fakta

Entah berapa lama Andre mengurung diri di kamar. Saat dia ingin buang air kecil, tentu saja lelaki itu harus ke luar. Tidak mungkin juga, jika dia membuangnya di dalam kamar.

Akhirnya, dengan berdecak kesal, Andre bangun dari tidurnya. Lantas, berjalan lunglai ke kamar mandi.

Di dalam rumah ini, hanya terdapat satu kamar mandi yang berdekatan dengan dapur.

Sebelum menuju dapur, entah ada angin apa yang membuat Andre melirik ke ruang tamu tempat Dewi tidur.

Ya, tampak Dewi tengah berbaring menghadap dinding yang berbatasan dengan kamar. Di telinganya terpasang ponsel dengan satu tangan yang memegangnya.

Dewi tengah berteleponan, yang Andre tidak tahu dengan siapa.

Rasa penasaran muncul tiba-tiba, Andre mendekat melongokkan kepala untuk mendengar dengan siapa Dewi berbicara dan sedang membicarakan tentang apa.

"iya, aku enggak apa-apa, kok." Suara Dewi terdengar sangat kecil.

Susah payah Andr berusaha mendengar obrolan wanita yang tengah berbaring miring tersebut.

"Apa? Mau ke sini?" Andre mengerutkan dahi, merasa bingung. 'Siapa yang mau mampir ke sini? Bisa gawat, ini ...,' pikir Andre.

"Enggak usahlah, kapan-kapan aja. Kalian, kan tahu aku mengontrak. Jadi ... ya, gitu deh. Berantakan rumahnya. Aku malu. Males banget mau beresinnya." Semakin banyak kerutan di dahi Andre.

Andre mengedarkan pandangan, menatap sekeliling ... apa yang berantakan? Dewi termasuk wanita yang rajin dan cekatan dalam mengurus rumah. Nyaris tidak tampak dalam kehidupan Dewi, jika dia adalah seseorang yang kaya raya.

"Iya, janji. Lain kali, aku undang kalian ke sini. Aku siapkan makanan yang banyak. Oke."

Setelah memutuskan sambungan teleponnya, Dewi duduk. Betapa terkejutnya dia saat mendapati Andre yang tengah berdiri di hadapannya.

Andre nyaris terlonjak kaget, saat pandangannya tiba-tiba terbalas oleh Dewi yang ternyata telah duduk dan tengah menatapnya.

Andre cepat-cepat berbalik, lalu berlari. Dia langsung masuk kamar mandi. Nyaris lupa dengan tujuan awalnya keluar kamar.

Setelah hajatnya tertunaikan, Andre tidak langsung keluar. Dia masih duduk dan termenung, dengan tangan menopang dagu. Bingung dengan apa yang akan dia lakukan setelah ini.

"Kenapa gua pake acara lari segala, sih, tadi. Jalan aja kan bisa. Apa yang akan Dewi pikirkan, ya?" Andre bergumam sendiri. "Ah, bodi amat, dah." Lantas dia pun berdiri menuju pintu.

Tangannya telah siap membuka pintu kamar mandi, tapi sejenak keraguan kembali menyelimutinya.

Berdiri mematung di balik pintu kamar mandi. Andre menggelangkan kepala, lalu menghembuskan napas kasar.

Sampai kapan Andre harus berdiam diri bersembunyi di dalam kamar mandi? Mau tak mau, Andre pun keluar. Berusaha bersikap biasa dengan menampakkan tampang biasa saja.

Kepergok tengah menguping pembicaraan Dewi, adalah hal yang sangat memalukan.

"Kak Andre mau makan?" Mendengar suara Dewi, sontak Andre mendongak. Menatap sepasang mata yang tengah menatapnya dalam dan ... tulus.

Ah, bahkan Andre selalu menerima tatapan yang tulus dari Dewi.

Sejenak Andre hanya diam. Di depannya, senyum Dewi masih bertahan di sana.

Andre kadang heran melihat wanita tambun yang telah menjadi istrinya tersebut. Terbuat dari apa hatinya? Sejutek apapun Andre menampakkan wajah kesal padanya, Dewi tetap membalasnya dengan senyum.

Ah, iya. Andre ingat saat Dewi diam seribu bahasa kala itu dengan alasan yang tidak jelas. Mungin hanya dengan diam cara Dewi menutup kemarahannya.

"Kak ...." Dewi memanggil Andre lagi, dengan suara pelan.

"Ah, iya. Gua mau makan, laper." Tanpa menunggu jawaban dari Dewi, Andre langsung menuju meja dapur membuka tudung saji.

Berbagai macam makanan tersaji di sana. Andre mengira-ngira, kapan Dewi menyelesaikan semua masakan ini?

Sedikit rasa penyesalan menghampirinya, Andre ingat jika tadi dia berjanji akan membantu Dewi masak. Namun, janji nya itu tiba-tiba terlupakan oleh sekelebat bayangan yang mampir di pelupuk matanya.

Dengan perasaan enggan, Andre mengambil piring. Belum sempat dia mencentong nasi untuk mengisi piring uang dipegang. Dewi lebih dulu mengisikan nasi untuknya.

Lagi-lagi Dewi tersenyum saat melakukan hal tersebut. Entah berapa banyak stok senyum yang Dewi punya, Andre sedang enggan untuk sekadar menghitungnya. Dia memilih diam, lalu makan juga dalam diam.

Seperti biasanya, masakan Dewi selalu menjadi yang pertama masakan terlezat yang dia makan. Hanya pada masakan Dewi, Andre akan menambah dan menambah lagi sampai lelaki itu tak mampu lagi bergerak untuk berdiri.

Memakan masakan Dewi membuatnya kalap dan melupakan hal apapun juga.

Dewi tersenyum menyaksikan Andre yang makan dengan lahap. Dari sekian banyak perlakuan yang Andre berikan padanya, hal inilah yang menghapus semua sikap buruk yang Andre lakukan.

Baginya, Andre makan dengan lahap, tanpa komentar pedas itu sudah cukup. Bahkan sangat memuaskan. Rasanya, Dewi tidak ingin apapun lagi.

***

Malam ini Dewi merasakan sakit di bagian perut dan pinggang. Dia yakin, ini sebagai tanda akan datangnya tamu bulanan. Karena memang, kedua bagian itu akan merasakan sakit yang amat saat datang bulan.

Dewi berbaring di kasur dengan bergonta ganti posisi. Semua posisi apapun terasa salah saat rasa sakit ini mendera tubuhnya.

Sesekali Dewi akan menelungkupkan badan, lalu berubah duduk dengan menyium paha, kemudian berubah lagi dengan posisi sujud. Kadang pula dia harus merubah posisi menungging, untuk meredakan sakitnya.

Saat masih tinggal bersama kedua orangtuanya, Dewi akan dibantu asisten rumah tangga atau mamanya meletakkan air hangat dalam botol di perutnya untuk meredakan sakit, atau dia akan meminum jamu pereda nyeri.

Namun, di sini, Dewi seolah sendirian. Dia memang tinggal berdua bersama Andre, suaminya. Tapi, rasanya tidak mungkin meminta tolong pada lelaki itu. Sedangkan hubungan mereka belumlah sedekat itu. Maka, Dewi memilih diam dan merasakan sakitnya sendirian tanpa berniat memberitahukan kapada Andre bahwa dia sedang sakit, ataupun meminta tolong pada lelaki itu untuk membeli jamu pereda nyeri.

Di tengah rasa sakit yang menderanya, Andre tampak keluar kamar. Langkah lelaki itu lebar-lebar seperti sedang terburu-buru.

Sekilas, tampak Andre menatap ke arah Dewi. Namun, apa yang bisa diharapkan. Nyatanya, Andre acuh pada keadaan Dewi yang kesakitan.

Andre tetap melenggangkan kaki, menuju pintu utama. Lantas membukanya, secepat kilat sosok tinggi itu telah menghilang.

Dewi mengembuskan napas dalam. Matanya tiba-tiba memanas, betapa dia sangat nelangsa saat ini. Menikah, memiliki suami, tapi tak bisa membantunya walau sekedar menemaninya melewati rasa sakit ini. Ah, apa yang bisa Dewi harapkan pada hubungan ini? Pernikahan mereka hanyalah status saja, tidak lebih.

Setelah beberapa menit sejak kepergian Andre, Dewi memutuskan untuk menghubungi sahabatnya. Sebab dia tak mampu lagi bertahan melawan rasa sakit itu. Berulang kali mencoba untuk memejamkan mata, ingin tidur dan berharap saat bangun sakitnya menghilang. Sayangnya, matanya tak mampu terpejam barang sedetikpun.

Saat mencari nama "Amika" salah satu sahabat terdekatnya. Dewi dikejutkan oleh kiriman video dari kontak yang sedang dia cari.

"Amika mengirim video?"

Cepat Dewi membuka video tersebut. Betapa terkejutnya dia saat mendapati siapa yang berada dalam video tersebut.

"Percaya sama aku, pernikahan ini hanya setahun. Dan aku enggak akan menyentuh dia. Harus bagaimana lagi aku meyakinkan kamu, Sayang. Bahkan saat akan menikah dengannya, kita telah membicarakan ini."

Dadanya terasa sesak. Ternyata, Andre bahkan telah merencanakan pernikahan mereka yang hanya satu tahun ini dengan Anggita, kekasihnya.

Air mata Dewi mengalir deras, tidak menyangka jika Andre begitu tega dengannya.

"Ya ... beginilah nasib seorang istri taruhan. Tidak memiliki arti apapun bagi suaminya," gumam Dewi pilu.

Terpopuler

Comments

Magdalena Lena

Magdalena Lena

Andra menganggap pernikahan itu hanya sekedar mainan...Apa dia nggak sadar ya...? pernikahan utu bukan sekedar sah di mata hukum tapi juga agama yang secara otomatis dia juga bertanggung jawab di Hadapan Tuhan

2022-05-05

0

Alya Yuni

Alya Yuni

Si Dewi bodoh amat main trima aja mcm orng gila mau ajak mau aja gk pikir

2022-02-18

0

Sri Maryani

Sri Maryani

yang salah itu dewi kok langsung mau d ajak nikah udh tau dia punya kekasih.

2022-01-03

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Awal Mula
2 Bab 2. Jawaban
3 Bab 3. Rencana
4 Bab 4. Pernikahan
5 Bab 5. Rasa Canggung
6 Bab 6. Kesepakatan
7 Bab 7. Status Baru
8 Bab 8. Perselisihan
9 Bab 9. Cewek Gendut
10 Bab 10. Diet
11 Bab 11. Menangis
12 Bab 12. Sebuah Fakta
13 Bab 13. Empati
14 Bab 14. Hati yang Mencintai
15 Bab 15. Hati yang Mencintai (2)
16 Bab 16. Kedatangan Teman-Teman
17 Bab 17. Rindu
18 Bab 18. Malam yang Indah
19 Bab 19. Godaan
20 Bab 20. Sekamar
21 Bab 21. Tragedi
22 Bab 22. Porak Poranda
23 Bab 23. Awal yang Baru
24 Bab 24. Awal yang Baru 2
25 Bab 25. Cinta atau Kesepakatan
26 Bab 26. Jangan Pergi
27 Bab 27. Dingin
28 Bab 28. Bahagia
29 Bab 29. Fakta Baru
30 Bab 30. Apa ini?
31 Bab 31. Terkejut
32 Bab 32. Kabar Apa Ini?
33 Bab 33. Terluka Lagi
34 Bab 34. Berubah
35 Bab 35. Keputusan
36 Bab 36. Keputusan (2)
37 Bab 37. Janji
38 Bab 38. Bertemu Dia
39 Bab 39. Terbuka
40 Bab 40. Kejujuran
41 Bab 41. Perseteruan
42 Bab 42. Sebuah Pilihan
43 Bab 43. Keputusan (2)
44 Bab 44. Kesedihan
45 Bab 45. Bertemu
46 Bab. 46
47 Bab 47. Anak Kita
48 Bab 48. Terimakasih
49 Bab. 49
50 Bab. 50
51 Bab. 51
52 Bab. 52
53 Bab. 53
54 Bab. 54
55 Bab. 55
56 Bab. 56
57 Bab. 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 6 4
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab. 67
68 Bab 68
69 Pengumuman
70 Bab 69 (Season 2)
71 Bab. 70
72 Bab. 71
73 Bab. 72
74 Bab. 73
75 Bab. 74
76 Bab 75
77 Bab. 76
78 Bab. 77
79 Bab 78
80 Bab. 79
81 Bab. 80
82 Bab. 81
83 Bab. 82
84 Bab. 83
85 Bab. 84
86 Bab. 85 (Tamat)
87 Halo!
88 Suami Lelangan
Episodes

Updated 88 Episodes

1
Bab 1. Awal Mula
2
Bab 2. Jawaban
3
Bab 3. Rencana
4
Bab 4. Pernikahan
5
Bab 5. Rasa Canggung
6
Bab 6. Kesepakatan
7
Bab 7. Status Baru
8
Bab 8. Perselisihan
9
Bab 9. Cewek Gendut
10
Bab 10. Diet
11
Bab 11. Menangis
12
Bab 12. Sebuah Fakta
13
Bab 13. Empati
14
Bab 14. Hati yang Mencintai
15
Bab 15. Hati yang Mencintai (2)
16
Bab 16. Kedatangan Teman-Teman
17
Bab 17. Rindu
18
Bab 18. Malam yang Indah
19
Bab 19. Godaan
20
Bab 20. Sekamar
21
Bab 21. Tragedi
22
Bab 22. Porak Poranda
23
Bab 23. Awal yang Baru
24
Bab 24. Awal yang Baru 2
25
Bab 25. Cinta atau Kesepakatan
26
Bab 26. Jangan Pergi
27
Bab 27. Dingin
28
Bab 28. Bahagia
29
Bab 29. Fakta Baru
30
Bab 30. Apa ini?
31
Bab 31. Terkejut
32
Bab 32. Kabar Apa Ini?
33
Bab 33. Terluka Lagi
34
Bab 34. Berubah
35
Bab 35. Keputusan
36
Bab 36. Keputusan (2)
37
Bab 37. Janji
38
Bab 38. Bertemu Dia
39
Bab 39. Terbuka
40
Bab 40. Kejujuran
41
Bab 41. Perseteruan
42
Bab 42. Sebuah Pilihan
43
Bab 43. Keputusan (2)
44
Bab 44. Kesedihan
45
Bab 45. Bertemu
46
Bab. 46
47
Bab 47. Anak Kita
48
Bab 48. Terimakasih
49
Bab. 49
50
Bab. 50
51
Bab. 51
52
Bab. 52
53
Bab. 53
54
Bab. 54
55
Bab. 55
56
Bab. 56
57
Bab. 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 6 4
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab. 67
68
Bab 68
69
Pengumuman
70
Bab 69 (Season 2)
71
Bab. 70
72
Bab. 71
73
Bab. 72
74
Bab. 73
75
Bab. 74
76
Bab 75
77
Bab. 76
78
Bab. 77
79
Bab 78
80
Bab. 79
81
Bab. 80
82
Bab. 81
83
Bab. 82
84
Bab. 83
85
Bab. 84
86
Bab. 85 (Tamat)
87
Halo!
88
Suami Lelangan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!