Bab 13. Empati

Andre merasa kesal, dia bingung bagaimana lagi harus menjelaskan kepada Anggita jika dia dan Dewi hanya sebatas hubungan pernikahan saja. Tidak lebih. Bahkan, Andre saja belum pernah menyentuh istrinya.

Andre menarik rambut frustrasi, selama menikah, dia dan Anggita sangat sering bertengkar. Dengan alasan, status pernikahan Andre dan Dewi.

Padahal, sebelum pernikahan itu berlangsung, Anggita telah setuju dengan kesepakatan yang dia buat.

Namun, ternyata ... jalan itu tidak mudah untuk dilalui.

Andre menganggap jika Anggita selalu memicu pertengkaran mereka.

Andre menghela napas kasar, kemudian meninggalkan kost-an Anggita. Pikirannya sudah cukup lelah hari ini.

Bimbingan yang belum mendapatkan ACC, padahal targetnya wisuda di tahun ini. Lalu segera mendapatkan pekerjaan.

Kali ini kepalanya terasa lebih berat dari biasanya, sampai Andre merasa sempoyongan saat berjalan.

Andre menendang ban motornya, saat telah sampai pada kendaraan roda dua kesayangannya tersebut.

Motor itu adalah hadiah dari sang kakak tahun lalu. Ya ... memang sesayang itulah saudaranya tersebut pada dirinya. Hingga, Andre merasa terbebani jika tahun ini dia sampai belum lulus juga.

"Awww!" Andre menjerit kesakitan. Sontak dia memegang kaki yang sakit.

Lalu mengerang kesal. Sekarang, pikirannya hanya memiliki satu tujuan ... yaitu pulang dan berbaring di kamar.

Andre menyesal karena mengikuti keinginan Anggita untuk datang menemuinya, jika ujung dari pertemuan mereka hanyalah sebuah pertengkaran yang bahkan telah dibahas sebelumnya.

Secepat kilat, Andre melajukan motornya. Membelah jalanan, menembus gelapnya malam. Tidak, malam ini tidak gelap, sebab bintang menghiasi langit, sedangkan jalanan diterangi lampu-lampu. Sebenarnya, hatinya yang seakan mulai gelap. Tak tahu ke mana rasa itu akan bermuara menemukan pemiliknya.

Sesampainya di depan pintu, Andre mendengar suara rintihan. Kepalanya menoleh ke kiri dan ke kanan, mencari sumber suara. Nihil. Tidak ada siapapun di sekitarnya.

Kontrakan mereka telah senyap, mungkin semua penghuni telah terbuai mimpi.

Andre membuka pintu, ingin abai pada suara itu. Sayangnya, semakin dia melangkah masuk, rintihannya terdengar jelas.

Andre menyalakan lampu ruangan, betapa terkejutnya Andre kala mendapati Dewi yang tengah menungging.

"Apa yang terjadi?" gumam Andre sembari melangkah mendekati Dewi.

"Dew ...."Andre memanggil lirih. Tangannya terulur menggoyang badan Dewi.

Dewi terkesiap, lantas dia langsung duduk. Wajahnya tampak merah dengan mata yang bengkak.

Sedari tadi Dewi hanya menangis, merasakan sakit di perut dan pinggangnya, juga merasakan sakit di hatinya.

"Lu, kenapa?" Tidak bisa dipungkiri, Andre merasa khawatir melihat keadaan Dewi yang sangat menyedihkan.

Dewi menggeleng. Mengingat video yang dikirimkan Amika tadi, membuat hatinya kembali sakit.

Padahal, saat ini Dewi berharap jika Andre tidak usah pulang saja. Dia sedang tidak ingin melihat Andre.

Dewi sangat kecewa lantaran Andre telah merencanakan pernikahan setahun mereka dengan Anggita.

Harga diri Dewi merasa dilucuti oleh sepasang kekasih tersebut.

Dewi merasa bodoh dan sangat menyesal karena telah menerima lamaran Andre saat itu. Rasa yang telah terpendam lama lah yang membuatnya menerima lamaran lelaki itu.

Sayangnya, Andre hanya menganggapnya sebagai makhluk yang memiliki status sebagai istri dalam buku catatan nikah. Tidak lebih.

Lagipula, mereka bisa menikah karena Andre kalah taruhan. Dewi menyadari hal itu. Tapi tetap saja, perasan bodohnya yang telah menerima Andre masuk dalam kehidupannya lebih dalam.

Sebab, hanya Andre lah yang telah merebut semua hati yang dimiliki Dewi.

"Lu kenapa? Apa yang sakit?" tanya Andre lagi, karena sedari tadi tidak ada jawaban yang diberikan Dewi atas pertanyaannya.

Dewi hanya menunduk dan menangis.

Andre bingung harus melakukan apa. Bahkan dia telah lupa dengan pertengkaran yang baru saja terjadi antara dirinya dan Anggita.

Andre juga melupakan tentang sakit kepalanya.

Rasa khawatir kepada Dewilah yang telah melupakan segalanya.

Andre mendekat, duduk bersila di depan Dewi. Meraba dahi wanita itu, merasakan suhu badan yang mungkin saja berubah.

Tidak, suhu badan Dewi tidak berubah. Normal.

Lantas, Andre memindahkan tangannya ke leher Dewi. Meraba di sana, mendongakkan kepala melihat jauh ke atas, seolah tengah memikirkan bagaimana suhu tubuh Dewi yang lain. Normal.

Tanpa Andre sadari perlakuannya kali ini membuat bulu kuduk Dewi merinding. Tubuhnya yang telah panas dingin karena menahan sakit berubah menjadi menggigil.

"Kamu kedinginan. Ayo, baring!" Andre memberi perintah.

Andre dengan sigap membantu Dewi berbaring, lalu menyelimutinya. Sekejap kemudian, Andre berlari menuju kamarnya mengambil selimut tebal, lalu membawanya keluar untuk menyelimuti tubuh Dewi yang telah meringkuk dalam selimut.

"Kalau ada apa-apa jangan sungkan untuk bilang ke gua. Kitakan tinggal satu atap." Setelah mengatakan itu, Andre pun berdiri meninggalkan Dewi. Masuk ke dalam kamarnya.

Andre merebahkan diri, melipat tangannya untuk dijadikan bantal. Matanya menatap langit-langit kamar.

Tiba-tiba pikirannya teringat akan Dewi yang tengah kesakitan. Lantas, Andre pun keluar kamar menemui Dewi.

"Lu butuh apa, entar gua ambilin? Kalau enggak ada stoknya, entar gua beliin." Andre berkata lembut dan penuh perhatian. Menerbitkan senyum di wajah Dewi.

"Air ... hangat ...." Dewi menjawab lirih setengah berbisik. Andre mendekatkan wajahnya ke Dewi untuk mendengar apa yang dikatakan wanita itu.

Siapa sangka, napas hangatnya malah membuat suasana semakin panas. Wajah Dewi serasa terbakar.

Secepat kilat, Andre berlari menuju dapur. Ternyata air panas dalam thermos telah habis. Maka dia harus memasaknya terlebih dahulu.

Setelah memasak air dan mengisinya dalam thermos, Andre menuangkan ke cangkir. Lalu membawanya pada Dewi. Tidak lupa, dia menambahkan air dingin agar lidah Dewi tidak terbakar saat meminumnya.

"Ini, air hangatnya. Minum dulu."

Dewi menyibak selimut, lantas duduk dengan kaki lurus. Menerima uluran cangkir di tangan Andre, ternyata lelaki itu membantunya minum.

"Gimana, udah mendingan?" tanya Andre masih dengan raut khawatir.

Dewi mendongak, menangkap kekhawatiran yang menyelimuti wajah Andre.

Dewi mengangguk, lalu mengucapkan terima kasih.

"Aku udah enggak apa-apa, kok. Kakak kalau mau tidur, tidur aja " Dewi masih dengan posisi duduk, kepalanya bersandar pada dinding.

"Atau mau pindah kamar aja?"

Dewi menggeleng lemah, lalu tersenyum. "Enggak usah, nanti malah Kakak enggak nyaman."

Andre kaget mendengar jawaban Dewi. Dalam keadaan sakit begini, Dewi masih memikirkan kenyamanannya.

"Ya udah, gua temeni di sini aja kalau gitu." Tanpa berniat berdebat lagi, Andre membaringkan diri di kasur Dewi. Menghadap ke arah wanita itu.

"Ayo, baring!" ajaknya cuek.

"Tapi ...." Dewi ragu jika mereka harus tidur dalam satu tempat seperti ini.

"Udah, enggak apa-apa. Aku enggak bakalan gigit, kok. Lagian lu kamu juga lagi sakit. Emang mau diapain?"

Seketika Andre menjadi kikuk menyadari omongannya yang ngelantur ke mana-mana. Lantas dia pun pura-pura memejamkan mata, untuk menyembunyikan kegugupan sekaligus rasa malunya.

Dewi berbaring miring menghadap Andre. Mereka kini tidur dengan posisi saling berhadapan.

Saat Andre membuka mata, dia kaget ternyata Dewi tengah menatapnya intens. Lantas dia pun mengingat ucapannya tadi.

'Apakah Dewi menginginkan itu?'

Terpopuler

Comments

Sulati Cus

Sulati Cus

akibat cinta buta ya "Wi"

2022-09-13

0

Nitha Sulistia

Nitha Sulistia

Mampir

2021-12-28

0

jubbah_berdarah

jubbah_berdarah

ceritanya bohong banget gak ada realitasnya

2021-03-12

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Awal Mula
2 Bab 2. Jawaban
3 Bab 3. Rencana
4 Bab 4. Pernikahan
5 Bab 5. Rasa Canggung
6 Bab 6. Kesepakatan
7 Bab 7. Status Baru
8 Bab 8. Perselisihan
9 Bab 9. Cewek Gendut
10 Bab 10. Diet
11 Bab 11. Menangis
12 Bab 12. Sebuah Fakta
13 Bab 13. Empati
14 Bab 14. Hati yang Mencintai
15 Bab 15. Hati yang Mencintai (2)
16 Bab 16. Kedatangan Teman-Teman
17 Bab 17. Rindu
18 Bab 18. Malam yang Indah
19 Bab 19. Godaan
20 Bab 20. Sekamar
21 Bab 21. Tragedi
22 Bab 22. Porak Poranda
23 Bab 23. Awal yang Baru
24 Bab 24. Awal yang Baru 2
25 Bab 25. Cinta atau Kesepakatan
26 Bab 26. Jangan Pergi
27 Bab 27. Dingin
28 Bab 28. Bahagia
29 Bab 29. Fakta Baru
30 Bab 30. Apa ini?
31 Bab 31. Terkejut
32 Bab 32. Kabar Apa Ini?
33 Bab 33. Terluka Lagi
34 Bab 34. Berubah
35 Bab 35. Keputusan
36 Bab 36. Keputusan (2)
37 Bab 37. Janji
38 Bab 38. Bertemu Dia
39 Bab 39. Terbuka
40 Bab 40. Kejujuran
41 Bab 41. Perseteruan
42 Bab 42. Sebuah Pilihan
43 Bab 43. Keputusan (2)
44 Bab 44. Kesedihan
45 Bab 45. Bertemu
46 Bab. 46
47 Bab 47. Anak Kita
48 Bab 48. Terimakasih
49 Bab. 49
50 Bab. 50
51 Bab. 51
52 Bab. 52
53 Bab. 53
54 Bab. 54
55 Bab. 55
56 Bab. 56
57 Bab. 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 6 4
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab. 67
68 Bab 68
69 Pengumuman
70 Bab 69 (Season 2)
71 Bab. 70
72 Bab. 71
73 Bab. 72
74 Bab. 73
75 Bab. 74
76 Bab 75
77 Bab. 76
78 Bab. 77
79 Bab 78
80 Bab. 79
81 Bab. 80
82 Bab. 81
83 Bab. 82
84 Bab. 83
85 Bab. 84
86 Bab. 85 (Tamat)
87 Halo!
88 Suami Lelangan
Episodes

Updated 88 Episodes

1
Bab 1. Awal Mula
2
Bab 2. Jawaban
3
Bab 3. Rencana
4
Bab 4. Pernikahan
5
Bab 5. Rasa Canggung
6
Bab 6. Kesepakatan
7
Bab 7. Status Baru
8
Bab 8. Perselisihan
9
Bab 9. Cewek Gendut
10
Bab 10. Diet
11
Bab 11. Menangis
12
Bab 12. Sebuah Fakta
13
Bab 13. Empati
14
Bab 14. Hati yang Mencintai
15
Bab 15. Hati yang Mencintai (2)
16
Bab 16. Kedatangan Teman-Teman
17
Bab 17. Rindu
18
Bab 18. Malam yang Indah
19
Bab 19. Godaan
20
Bab 20. Sekamar
21
Bab 21. Tragedi
22
Bab 22. Porak Poranda
23
Bab 23. Awal yang Baru
24
Bab 24. Awal yang Baru 2
25
Bab 25. Cinta atau Kesepakatan
26
Bab 26. Jangan Pergi
27
Bab 27. Dingin
28
Bab 28. Bahagia
29
Bab 29. Fakta Baru
30
Bab 30. Apa ini?
31
Bab 31. Terkejut
32
Bab 32. Kabar Apa Ini?
33
Bab 33. Terluka Lagi
34
Bab 34. Berubah
35
Bab 35. Keputusan
36
Bab 36. Keputusan (2)
37
Bab 37. Janji
38
Bab 38. Bertemu Dia
39
Bab 39. Terbuka
40
Bab 40. Kejujuran
41
Bab 41. Perseteruan
42
Bab 42. Sebuah Pilihan
43
Bab 43. Keputusan (2)
44
Bab 44. Kesedihan
45
Bab 45. Bertemu
46
Bab. 46
47
Bab 47. Anak Kita
48
Bab 48. Terimakasih
49
Bab. 49
50
Bab. 50
51
Bab. 51
52
Bab. 52
53
Bab. 53
54
Bab. 54
55
Bab. 55
56
Bab. 56
57
Bab. 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 6 4
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab. 67
68
Bab 68
69
Pengumuman
70
Bab 69 (Season 2)
71
Bab. 70
72
Bab. 71
73
Bab. 72
74
Bab. 73
75
Bab. 74
76
Bab 75
77
Bab. 76
78
Bab. 77
79
Bab 78
80
Bab. 79
81
Bab. 80
82
Bab. 81
83
Bab. 82
84
Bab. 83
85
Bab. 84
86
Bab. 85 (Tamat)
87
Halo!
88
Suami Lelangan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!