Bab 11. Menangis

Andre masih berdiri di pintu, bingung apa yang harus dilakukan. Masuk atau lebih baik keluar saja.

Rasa tidak enak itu pun kembali hadir dalam hatinya. Terlebih ketika mendengar rencana Dewi yang menurutnya, itu adalah ide gila.

Semudah itukah untuk diet.

Atau, hanya keinginan sejenak saja. Besok, saat hati wanita itu membaik, dia akan lupa dengan rencana dietnya.

Mengingat bagaimana Dewi menghabiskan setiap hidangan yang ada di depannya, belum lagi cemilan-cemilan yang sering dibuat saat waktunya senggang.

Dua pekan menikah bukanlah waktu yang lama untuk sekadar mengenal kebiasaan Dewi dalam hal makan.

Porsi makan Andre dengan tubuh atletisnya saja tentu kalah dengan porsi makan Dewi.

Tidak bisa dipungkiri, Dewi memiliki kepiawaian dalam hal mengolah makanan. Sempat terpikir jika wanita itu membuka catering makanan saja, pasti laris. Rasa masakannya itu bikin nagih. Maunya nambah ... nambah ... dan nambah lagi.

Ah, bahkan belum genap sebulan menjadi suaminya saja, Andre sudah merasa jika berat badannya pasti bertambah.

Sejanak, Andre tersenyum membayangkan jika dirinya menjadi gemuk seperti Dewi. Apa jadinya anaknya nanti? Membayangkan jika kontrakan kecil ini bakalan enggak muat mereka tempati.

Dewi berbadan gemuk, lalu Andre badannya ikutan gemuk. Lha, kemudian anak nya kelak ikutan gemuk. Bisa menjadi keluarga badut mereka.

Eh, tunggu dulu. Bisa-bisanya Andre berpikir konyol seperti itu. Kehidupan normal sebagai selayaknya pengantin baru saja belum pernah mereka jalani. Jangankan menjadi keluarga bahagia dengan anak di antara mereka, malam pertama saja belumlah mereka rasakan.

Tiba-tiba wajah Andre berubah merah, tidak hanya wajahnya ... tubuhnya pun terasa terbakar membayangkan malam pertama bersama Dewi.

Kepala Andre terasa penuh oleh pikiran-pikiran mesum yang memenuhi otaknya. 'Apa-apaan aku ini?' kesadarannya mulai memberontak oleh ketidakwarasan pikirannya. Andre menggetok kepala, agar pikirannya kembali jernih.

"Kak Andre ...," desis Dewi saat mendapati Andre yang berdiri di pintu dengan memukul-mukul kepalanya.

"Kenapa, Kak? Pusing ya ... kepalanya," tanya Dewi gusar. Dia tidak bisa menyembunyikan rasa khawatir melihat Andre bersikap tidak seperti biasanya.

"Eh, itu. Enggak apa-apa kok." Andre salah tingkah menyadari Dewi yang menatapnya dengan khawatir.

"Beneran?" Dewi mendekat, meraih tangan Andre yang masih bertengger di kepala. Lalu meraba kening lelaki itu.

Dewi melirik ke atas merasai suhu tubuh Andre. Dia tersenyum lega saat merasakan suhu lelakinya normal, tidak ada yang aneh.

Namun, seketika Dewi sadar jika jaraknya dengan Andre hanya sejengkal saja. Mereka berdiri begitu dekat, bahkan sangat dekat bagi keduanya yang belum pernah saling merapat.

Sontak degup jantung Dewi bertalu, seperti genderang perang yang ditabuh.

Dewi mundur ke belakang, menjauh dari jangkauan Andre yang bisa saja lelaki itu mendengar genderang nya dalam dada.

Namun, siapa sangka ... pergerakan tubuh yang tiba-tiba membuat Dewi tak seimbang. Lututnya bengkok, badannya nyaris terhuyung ke belakang, kalau saja Andre tidak sigap menahan tubuhnya.

Waktu seolah berhenti. Memberi jeda pada dua orang yang seharusnya saling memadu kasih. Bukankah itu wajar, mereka suami istri? Semua yang dilakukan harusnya telah lama dilakukan. Jika saja, garis nasib tidak mempermainkan mereka.

Bukan, bukan nasib yang mempermainkan. Sebenarnya, mereka sendiri yang memilih bermain-main pada ikatan agung ini.

Sejenak kedua insan itu saling bertatapan dalam. Meresapi keindahan binar dalam gemerlapnya bintang di tengah telaga menghiasai malam. Mata itu begitu indah. Hanya ada dia di sana, tidak ada siapapun. Tidak pula ada masa lalu yang merusaknya.

Tatapan itu begitu hangat, seolah hanya ada dia saja di sana. Ya ... mereka saling menyelami perasaan masing-masing.

Hingga, Dewi tersadar jika Andre meringis seperti menahan sakit.

"Dew, pegel ...." Andre berkata lirih.

Seketika Dewi bangkit. Nahas, kakinya tergelincir di lantai. Sehingga tangannya harus menarik Andre. Lantas mereka pun terbaring di lantai, dengan Dewi sebagai alasnya.

Alam seolah tengah berpihak pada mereka. Dewi dan Andre kembali saling menatap.

Entahlah, Andre begitu enggan beranjak dari tubuh tambun itu. Mungkin karena merasa empuk, atau memang nyaman berbaring di atas tubuh Dewi.

"Kak, sakit ...." Dewi berkata lirih, matanya menyipit. Sepertinya, dia benar-benar kesakitan ditimpa tubuh gagah sang suami.

"Ah, maaf. Tanganku tertindih." Andre berusaha menarik tangannya. Lega rasanya saat tangan tersebut telah berhasil lepas.

Wajah Dewi merah padam, menahan malu dan juga bahagia. Tidak bisa dipungkiri, seakan ada yang menggelitik dalam perutnya.

"Aku, siapkan makan dulu ya ... Kak." Dewi segera berbalik, berjalan cepat menuju dapur. Tempat di mana Dewi bisa berkreasi dan melupakan seberat apapun masalah yang menimpa hidupnya.

Entah sedari kapan Dewi gemar memasak. Setiap pikirannya buntu, atau sedang suntuk. Bahkan saat dirinya merasa menjadi diri yang sangat tidak berguna. Maka, dapurlah tempatnya berdiam diri. Mencoba segala masakan yang diinginkan.

Ketika masih tinggal di rumah orangtuanya, tentu Dewi akan berkumpul dengan para pembantu rumah tangga dalam mengolah bahan makanan. Saling bertukar cerita dan tawa, menghilangkan segala penat yang merajai jiwa.

Berbeda dengan sekarang. Dapur ini miliknya seorang. Tidak ada pembantu, tidak ada teman. Itulah mengapa, seringkali Dewi menghabiskan waktu di dapur untuk menenangkan diri.

Saat pikirannya mendadak kosong, sebab tak mampyou berpikir tentang peliknya rumah tangga yang dia jalani. Saat itu pula, Dewi akan menghabiskan waktunya di dapur.

"Gua bantu ...!" Seruan Andre sejenak menghentikan langkah Dewi. Wanita itu berbalik, mengulas senyum tulus kepada Andre yang masih berdiri menatapnya.

Andre selalu terpana menyaksikan senyum tulus yang Dewi berikan padanya. Ingin rasanya dia menangkap senyum itu, lalu membawanya dalam dada. Mengukirnya di sana.

Jika suatu saat, Andre dan Dewi tak lagi bersama, mungkin dia akan membutuhkan senyuman itu kembali. Maka, tentu mudah baginya mencari senyuman Dewi yang telah disimpan dalam dadanya.

Andre memejamkan mata, berharap dalam hati mungkin saja dia dan Dewi tak harus berpisah. Namun, tiba-tiba sekelebat bayangan Anggita merusak harapannya menjadi kepingan-kepingan yang sulit dirangkai.

Tanpa mempedulikan tatapan heran Dewi, Andre menggeleng lantas masuk ke dalam kamar. Menutup pintu dengan kasar, membuat Dewi berjingkat karena suara kerasnya.

Andre menghempaskan diri di kasur, membenamkan kepala dalam bantal. Mencoba mengusir bayang-bayang Anggita dan Dewi yang berkelabatan secara bergantian.

Di luar kamar, Dewi yang menyaksikan setiap perubahan yang dilakukan Andre menatap nanar pintu kamar yang telah ditutup rapat si empunya.

Tanpa bisa dicegah, air mata itu mengalir deras di kedua pipinya.

Dengan cepat tangannya menghapus jejak basah di pipi. Dadanya kembang kempis menahan tangis agar tidak meledak, sehingga terdengar sosok yang bersembunyi di balik pintu kamar. Tangannya menutup mulut, agar suaranya tidak terdengar.

Apa yang harus didahulukan, memasak di dapur atau menghabiskan tangis yang tidak mau berhenti?

Dewi, kecewa lagi.

Sepasang suami istri itu sama-sama merasakan nyeri dalam dada, dalam ruang yang berbeda, tapi dalam atap yang sama.

Terpopuler

Comments

maura shi

maura shi

dasar labil

2021-12-19

0

Kudelnani Kudelnani

Kudelnani Kudelnani

kurang greget ceritanya

2021-03-12

3

Mien Mey

Mien Mey

dewi nya mudah luluh ah..

2021-03-10

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Awal Mula
2 Bab 2. Jawaban
3 Bab 3. Rencana
4 Bab 4. Pernikahan
5 Bab 5. Rasa Canggung
6 Bab 6. Kesepakatan
7 Bab 7. Status Baru
8 Bab 8. Perselisihan
9 Bab 9. Cewek Gendut
10 Bab 10. Diet
11 Bab 11. Menangis
12 Bab 12. Sebuah Fakta
13 Bab 13. Empati
14 Bab 14. Hati yang Mencintai
15 Bab 15. Hati yang Mencintai (2)
16 Bab 16. Kedatangan Teman-Teman
17 Bab 17. Rindu
18 Bab 18. Malam yang Indah
19 Bab 19. Godaan
20 Bab 20. Sekamar
21 Bab 21. Tragedi
22 Bab 22. Porak Poranda
23 Bab 23. Awal yang Baru
24 Bab 24. Awal yang Baru 2
25 Bab 25. Cinta atau Kesepakatan
26 Bab 26. Jangan Pergi
27 Bab 27. Dingin
28 Bab 28. Bahagia
29 Bab 29. Fakta Baru
30 Bab 30. Apa ini?
31 Bab 31. Terkejut
32 Bab 32. Kabar Apa Ini?
33 Bab 33. Terluka Lagi
34 Bab 34. Berubah
35 Bab 35. Keputusan
36 Bab 36. Keputusan (2)
37 Bab 37. Janji
38 Bab 38. Bertemu Dia
39 Bab 39. Terbuka
40 Bab 40. Kejujuran
41 Bab 41. Perseteruan
42 Bab 42. Sebuah Pilihan
43 Bab 43. Keputusan (2)
44 Bab 44. Kesedihan
45 Bab 45. Bertemu
46 Bab. 46
47 Bab 47. Anak Kita
48 Bab 48. Terimakasih
49 Bab. 49
50 Bab. 50
51 Bab. 51
52 Bab. 52
53 Bab. 53
54 Bab. 54
55 Bab. 55
56 Bab. 56
57 Bab. 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 6 4
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab. 67
68 Bab 68
69 Pengumuman
70 Bab 69 (Season 2)
71 Bab. 70
72 Bab. 71
73 Bab. 72
74 Bab. 73
75 Bab. 74
76 Bab 75
77 Bab. 76
78 Bab. 77
79 Bab 78
80 Bab. 79
81 Bab. 80
82 Bab. 81
83 Bab. 82
84 Bab. 83
85 Bab. 84
86 Bab. 85 (Tamat)
87 Halo!
88 Suami Lelangan
Episodes

Updated 88 Episodes

1
Bab 1. Awal Mula
2
Bab 2. Jawaban
3
Bab 3. Rencana
4
Bab 4. Pernikahan
5
Bab 5. Rasa Canggung
6
Bab 6. Kesepakatan
7
Bab 7. Status Baru
8
Bab 8. Perselisihan
9
Bab 9. Cewek Gendut
10
Bab 10. Diet
11
Bab 11. Menangis
12
Bab 12. Sebuah Fakta
13
Bab 13. Empati
14
Bab 14. Hati yang Mencintai
15
Bab 15. Hati yang Mencintai (2)
16
Bab 16. Kedatangan Teman-Teman
17
Bab 17. Rindu
18
Bab 18. Malam yang Indah
19
Bab 19. Godaan
20
Bab 20. Sekamar
21
Bab 21. Tragedi
22
Bab 22. Porak Poranda
23
Bab 23. Awal yang Baru
24
Bab 24. Awal yang Baru 2
25
Bab 25. Cinta atau Kesepakatan
26
Bab 26. Jangan Pergi
27
Bab 27. Dingin
28
Bab 28. Bahagia
29
Bab 29. Fakta Baru
30
Bab 30. Apa ini?
31
Bab 31. Terkejut
32
Bab 32. Kabar Apa Ini?
33
Bab 33. Terluka Lagi
34
Bab 34. Berubah
35
Bab 35. Keputusan
36
Bab 36. Keputusan (2)
37
Bab 37. Janji
38
Bab 38. Bertemu Dia
39
Bab 39. Terbuka
40
Bab 40. Kejujuran
41
Bab 41. Perseteruan
42
Bab 42. Sebuah Pilihan
43
Bab 43. Keputusan (2)
44
Bab 44. Kesedihan
45
Bab 45. Bertemu
46
Bab. 46
47
Bab 47. Anak Kita
48
Bab 48. Terimakasih
49
Bab. 49
50
Bab. 50
51
Bab. 51
52
Bab. 52
53
Bab. 53
54
Bab. 54
55
Bab. 55
56
Bab. 56
57
Bab. 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 6 4
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab. 67
68
Bab 68
69
Pengumuman
70
Bab 69 (Season 2)
71
Bab. 70
72
Bab. 71
73
Bab. 72
74
Bab. 73
75
Bab. 74
76
Bab 75
77
Bab. 76
78
Bab. 77
79
Bab 78
80
Bab. 79
81
Bab. 80
82
Bab. 81
83
Bab. 82
84
Bab. 83
85
Bab. 84
86
Bab. 85 (Tamat)
87
Halo!
88
Suami Lelangan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!