Ellisa dan Alana

"Nona Alana, makanan sudah siap," suara lembut nyonya koki terdengar dari arah dapur, membuat suasana di ruang tamu sedikit lebih hangat.

Alana mengangguk malas, lalu menatapnya, "Suruh Ellisa buat nemenin gue makan," perintahnya dengan nada yang tak bisa ditawar.

"Eh?" Nyonya koki terkejut.

"Kenapa? Musti gue ulangin lagi perintahnya?"

"Baik, Nona." sahut Nyonya Koki.

Beberapa saat kemudian.

Ellisa dan Alana. Mereka berdua duduk berhadapan, terpisah oleh panjang meja makan yang membuat suasana semakin canggung.

Alana mengambil sendok dengan anggun, sementara Ellisa tampak bingung harus memulai dari mana.

"Bobo," suara Alana memecah keheningan. Tatapannya malas, seperti sudah lelah menghadapi semuanya. "Elo ngapain berdiri di situ?"

Bobo berdiri tegak di sudut ruangan, matanya waspada seolah mengawasi setiap gerakan. "Saya hanya memastikan kalian berdua bisa rukun, Nona," jawabnya tenang, tapi penuh makna.

Alana mendengus, meletakkan sendoknya. "Gue bisa rukun sama dia. Elo nggak perlu khawatir. Dah, sana pergi!" Suaranya tegas, tak menerima bantahan.

Bobo membungkukkan tubuhnya sedikit. "Baik, Nona." Dengan langkah tenang, ia meninggalkan ruangan, memberikan mereka privasi.

Keheningan kembali menyelimuti meja makan. Ellisa mencoba membaca ekspresi Alana, tapi wajahnya sulit ditebak. Dia tampak dingin, tapi ada kilatan kesepian di matanya yang tak bisa disembunyikan.

"Kamu nggak makan?" tanya Alana tiba-tiba, memecah keheningan lagi.

Ellisa tersentak, lalu buru-buru mengambil sendok. "Oh, iya. Maaf," jawabnya dengan gugup.

Dia mulai mengambil sedikit makanan dari piring, berusaha tak terlihat canggung.

Alana memperhatikan Ellisa sejenak, lalu mendengus pelan. "Santai aja. Gue nggak bakal makan lo kok."

Ellisa terdiam, lalu memberanikan diri bertanya, "Kenapa tiba-tiba ngajak saya makan bareng?"

Alana mengangkat bahu, ekspresinya datar. "Gue cuma pengen aja. Rumah ini terlalu sepi. Lo tau kan rasanya makan sendirian di meja sebesar ini?"

Ellisa terkejut dengan kejujuran Alana. Dia tak menyangka di balik sikap buruknya, ada sisi rapuh yang jarang terlihat. "Saya... mengerti, Nona."

Alana mengangkat wajahnya, memandang Ellisa dengan tatapan lembut yang jarang muncul. "Lo nggak perlu panggil gue 'Nona' terus. Cukup Alana aja."

Ellisa mengangguk pelan, merasa sedikit lebih nyaman. "Baik... Alana."

Senyum tipis tersungging di bibir Alana. "Bagus. Sekarang makan yang banyak. Gue nggak suka buang-buang makanan."

Ellisa hanya bisa melirik.

"Umur lo berapa sih?" tanya Alana.

"Eh?"

"Elo kayak seumuran gue tapi elo juga udah kayak ibu-ibu. Elo nikah dini ya?"

"Usiaku 18 tahun, tapi aku belum menikah."

"Tapi kenapa elo--" Alana hampir naik emosi lagi, tapi segera meredamnya. "Ah! Sudahlah. Gue anggap elo jujur, gitu aja."

"Te- terima kasih, Alana."

"Gue ini udah kelas 3 SMA, tapi sepertinya gue bakal gagal ujian dan nggak akan bisa lulus."

"Kenapa kamu bilang gitu?" Ellisa penasaran.

"Yaah... Gue sekolah cuma ingin seneng-seneng doank. Nggak suka memperhatikan pelajaran dan selalu happy-happy dengan temen-temen gue."

"Tapi, kamu juga harus giat belajar. Akan lebih menyenangkan kalo kamu dan temen-temen kamu juga belajar bareng, nggak sekedar senang-senang aja." tanpa Sadar Ellisa kelepasan.

Sendok di tangan Alana bergerak malas menuju mulutnya. "Elo tau, Ellisa, Kak Sam itu orang yang sangat sibuk. Dia aja nggak peduli sama gue. Elo juga jangan mengharap apapun darinya. Kalau elo butuh uang, bilang aja. Abis itu, pergi dari sini."

Ellisa terdiam, merasa dadanya sesak. "Aku hanya..." Kalimatnya terhenti, pikirannya melayang. Dalam hatinya, dia ingin mengatakan, "kita bisa hidup bersama." Tapi dia memilih kata lain, "Aku hanya ingin menjaga Elmira."

Alana mendongak, tatapannya penuh rasa ingin tahu. Dia menyuap lagi makanan sebelum menjawab dengan datar, "Kalau elo bisa bertahan dengan yang namanya kesepian, itu terserah elo."

"Em," Ellisa merespons getir.

Alana meletakkan sendoknya, matanya menatap tajam ke arah Ellisa. "Keluarga gue udah cukup berantakan, tau nggak?! Nyokap-bokap gue cerai. Kakak tertua gue meninggal. Kak Sam sibuk kerja, dan gue... gue benci sendirian."

Ellisa berkata pelan, "Tapi, mereka masih ada." Yang dia maksud adalah para asisten dan pelayan yang setia melayani keluarga Alana.

Alana tertawa kecil, tapi tidak ada kebahagiaan dalam tawanya. "Mereka bukan keluarga gue. Mereka cuma kerja buat duit. Tapi ya, seenggaknya gue punya temen banyak di sekolah. Gue rela habisin uang gue buat seneng-seneng sama mereka."

Ellisa menundukkan kepala, menatap sendok di tangannya yang kini terhenti. Dengan suara kecil, dia berkata, "Aku bahkan nggak tahu siapa keluargaku."

Alana menatap Ellisa dengan dahi berkerut. "Sungguh? Elo juga nggak punya keluarga?"

Ellisa mengangguk pelan. "Entahlah. Selama ini, aku cuma tinggal di panti. Aku nggak ingat apa-apa soal masa sebelum aku di panti."

Alana terdiam sesaat, lalu bersandar pada kursinya, ekspresinya sedikit melunak. "Wah, elo juga menderita kayak gue, ya, berarti." Nada suaranya lebih rendah, nyaris seperti gumaman.

Ellisa mengangkat wajahnya, "Mungkin... kita nggak harus selalu merasa sendirian, Alana," katanya dengan lembut.

Alana menatap Ellisa, bibirnya sedikit terbuka seperti ingin membalas, tapi dia memilih untuk kembali makan.

Keheningan di antara mereka terasa berat, namun penuh pengertian. Meski tanpa kata, ada sesuatu yang berubah dalam hubungan mereka. Dua jiwa yang terluka mulai memahami satu sama lain.

Dua dunia yang kontras ini, Alana yang dikelilingi kemewahan tetapi merasa hampa, dan Ellisa yang hidup sederhana tetapi merasa cukup. Menunjukkan bahwa kebahagiaan sejati bukan soal berapa banyak yang kita miliki, melainkan bagaimana kita menghargai apa yang ada.

Pada akhirnya, kebahagiaan tidak ditemukan dalam barang-barang mahal atau pertemanan semu, melainkan dalam hubungan yang tulus dan cinta yang tanpa pamrih.

Alana meletakkan garpu di atas piring, "Gue udah selesai makan. Bilangin ke Kak Sam untuk isi saldo rekening gue lagi," katanya dengan nada datar.

Ellisa yang masih menunduk menyantap makanannya, mendongak perlahan. "Alana, memangnya kamu mau pergi kemana?"

"Pergi donk. Temen-temen gue udah nunggu. Nih," katanya sambil menunjuk layar ponsel yang memperlihatkan grup WhatsApp yang penuh dengan pesan tentang rencana perkumpulan mereka.

Sebelum melangkah pergi, Alana sempat berhenti sejenak. Meski dengan sikap dingin, bibirnya melengkung membentuk senyuman kecil. "Gue suka ngobrol sama lo, Ellisa."

"E-eh?" Ellisa terpaku, tak menyangka akan ucapan itu.

Tapi sebelum ia sempat merespons, Alana sudah melangkah keluar rumah dengan langkah santai namun cepat.

Ellisa memandang meja makan yang kini hanya menyisakan piring-piring kosong. Dengan hati-hati, ia mulai mengumpulkan piring untuk dibereskan.

Namun langkahnya terhenti saat Nyonya Koki datang menghampiri. "Biar saya saja, Nona Ellisa," kata Nyonya Koki dengan senyum tulus.

Ellisa menatapnya, merasa hatinya bergetar oleh kebaikan sederhana itu. "Aku bersyukur selalu dikelilingi oleh orang-orang baik," pikirnya.

"Tapi... kenapa hatiku malah terasa sakit? Kenapa aku merasa sangat sedih?"

Episodes
1 Membawa Ellisa (REVISI)
2 Penasaran dengan Ellisa
3 menatap Ellisa
4 sosok Ellisa
5 Ellisa mengangguk
6 Ellisa pulang
7 menikahi Ellisa
8 Ellisa merasa
9 perasaan Ellisa
10 Ellisa terdiam
11 Bos Sam
12 Sam mendengus
13 sebenarnya Ellisa
14 membangunkan Ellisa
15 Ellisa mengurus Elmira
16 Ellisa tersentak
17 Ellisa dan Alana
18 Ellisa melangkah
19 Ellisa mendengus
20 Sam tersenyum
21 Ellisa menunduk
22 Sam tenggelam
23 Sam melirik
24 jerit Ellisa
25 Sam tidak pulang
26 Ellisa merengut
27 Ellisa terkejut
28 melihat Elmira
29 dari Alana
30 Alana berulah
31 membuat Sam merasa
32 Esa melangkah
33 Esa jatuh
34 Alana pulang
35 Alana tertawa
36 Ellisa menggigil
37 Ellisa menatap Sam
38 kepala Esa
39 Esa geram
40 Sam melangkah
41 Ellisa tiduran
42 respons Ellisa
43 menatap Sam
44 Esa mengepal erat
45 Sam benar
46 Esa lebih tegas
47 memikirkan Ellisa
48 pertanyaan Esa
49 Esa bersikeras
50 Ellisa menatap kedua pria itu
51 di hadapan Sam
52 mendengar Sam
53 Suara ceria Ellisa
54 Alana menyela
55 Alana kaget
56 Esa terkejut
57 Sam meraung
58 menghibur Ellisa
59 Esa meraih remot
60 sosok Sam
61 Alana tersenyum
62 Pak Kepala Sekolah
63 Sam di mana
64 menatap Delisa
65 Bagi Ellisa
66 Ellisa sungguh tulus
67 Indra tergeletak
68 Sam harus bertahan
69 Bukan Delisa
70 kata Dokter
71 Esa dan Delisa
72 akhirnya Sam
73 Esa melanjutkan,
74 Elmira senang
75 Nyonya Koki
76 Fokus Ellisa
77 Ellisa Mencoba
78 menatap Sam
79 Ellisa berbinar
80 Komitmen Sam
81 Sam tertarik
82 Genggaman tangan Sam
83 E SAMS Multimedia
84 Sam salah tingkah
85 Alexa dan Kawan-kawan
86 Ichi dan Ocha
87 sudut pandang Ellisa
88 Ellisa tertawa kecil, pahit.
89 Delisa mengancam
90 Dia hanya Sam
91 Danish dan Ellisa
92 Sam menurut
93 Sam menangis
94 Langkah Sam
95 menampar Sam
96 Gaya Busana Ellisa
97 Delisa Yandere
98 S E E
99 Mengangkat Elmira
100 Pernikahan Ellisa dan Sam
101 Bonus Spesial ^_^
Episodes

Updated 101 Episodes

1
Membawa Ellisa (REVISI)
2
Penasaran dengan Ellisa
3
menatap Ellisa
4
sosok Ellisa
5
Ellisa mengangguk
6
Ellisa pulang
7
menikahi Ellisa
8
Ellisa merasa
9
perasaan Ellisa
10
Ellisa terdiam
11
Bos Sam
12
Sam mendengus
13
sebenarnya Ellisa
14
membangunkan Ellisa
15
Ellisa mengurus Elmira
16
Ellisa tersentak
17
Ellisa dan Alana
18
Ellisa melangkah
19
Ellisa mendengus
20
Sam tersenyum
21
Ellisa menunduk
22
Sam tenggelam
23
Sam melirik
24
jerit Ellisa
25
Sam tidak pulang
26
Ellisa merengut
27
Ellisa terkejut
28
melihat Elmira
29
dari Alana
30
Alana berulah
31
membuat Sam merasa
32
Esa melangkah
33
Esa jatuh
34
Alana pulang
35
Alana tertawa
36
Ellisa menggigil
37
Ellisa menatap Sam
38
kepala Esa
39
Esa geram
40
Sam melangkah
41
Ellisa tiduran
42
respons Ellisa
43
menatap Sam
44
Esa mengepal erat
45
Sam benar
46
Esa lebih tegas
47
memikirkan Ellisa
48
pertanyaan Esa
49
Esa bersikeras
50
Ellisa menatap kedua pria itu
51
di hadapan Sam
52
mendengar Sam
53
Suara ceria Ellisa
54
Alana menyela
55
Alana kaget
56
Esa terkejut
57
Sam meraung
58
menghibur Ellisa
59
Esa meraih remot
60
sosok Sam
61
Alana tersenyum
62
Pak Kepala Sekolah
63
Sam di mana
64
menatap Delisa
65
Bagi Ellisa
66
Ellisa sungguh tulus
67
Indra tergeletak
68
Sam harus bertahan
69
Bukan Delisa
70
kata Dokter
71
Esa dan Delisa
72
akhirnya Sam
73
Esa melanjutkan,
74
Elmira senang
75
Nyonya Koki
76
Fokus Ellisa
77
Ellisa Mencoba
78
menatap Sam
79
Ellisa berbinar
80
Komitmen Sam
81
Sam tertarik
82
Genggaman tangan Sam
83
E SAMS Multimedia
84
Sam salah tingkah
85
Alexa dan Kawan-kawan
86
Ichi dan Ocha
87
sudut pandang Ellisa
88
Ellisa tertawa kecil, pahit.
89
Delisa mengancam
90
Dia hanya Sam
91
Danish dan Ellisa
92
Sam menurut
93
Sam menangis
94
Langkah Sam
95
menampar Sam
96
Gaya Busana Ellisa
97
Delisa Yandere
98
S E E
99
Mengangkat Elmira
100
Pernikahan Ellisa dan Sam
101
Bonus Spesial ^_^

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!