Ellisa tersentak

Ellisa menoleh, kaget setengah mati. Ia buru-buru melepaskan Elmira dari pelukannya dan berdiri. "Nona Alana?"

Tapi Alana sudah keburu heboh, terus menunjuk Elmira dengan wajah bingung sekaligus marah. "Elo serius?! Elo nyusuin dia?!"

Ellisa, yang mulai panik, dengan sigap menarik tangan Alana keluar kamar, memastikan suara mereka tidak membangunkan Elmira.

"Bisakah kamu lebih tenang dan nggak teriak-teriak?" kata Ellisa tegas begitu mereka keluar kamar.

"Eh, lo siapa gue?! Jangan ngatur-ngatur!" bentak Alana, "Jelasin ke gue, kenapa lo nyusuin Elmira?!"

Ellisa menggigit bibirnya, berusaha mencari kata-kata yang tepat. "Aku... aku memang bisa menyusuinya. Itu untuk kebaikan Elmira," jawabnya pelan.

Mata Alana menyipit curiga. "Jangan-jangan lo mau ngerebut Elmira dan ngambil harta Kak Sam juga, ya?"

"Apa?" Ellisa terkejut. "Aku nggak punya niat jelek seperti itu. Jangan asal tuduh!"

Alana mendengus, melipat tangannya dengan sinis. "Jangan sok polos lo! Gue nggak percaya sama lo. Pergi sana dari rumah Kak Sam!"

"Aku nggak bisa pergi. Aku di sini untuk Elmira!" balas Ellisa meskipun suaranya bergetar.

Ellisa tidak sempat menghindar. Dorongan kuat dari Alana membuatnya jatuh terduduk di lantai, kedua tangannya menahan tubuh agar tidak terjerembab sepenuhnya.

Alana berdiri di atasnya, menatapnya dengan angkuh dan penuh penghinaan. "Lo pikir siapa lo? Datang ke rumah Kak Sam, main nyusuin Elmira seolah-olah lo ibunya! Gila ya, lo!"

Alana yang memakai seragam SMA itu, mengingatkan pada sesuatu. Sebuah pintu memori terbuka di dalam benak Ellisa, membuatnya seolah-olah kembali ke masa lalu.

Seketika tubuhnya gemetar hebat. Napasnya memburu. Matanya melebar saat bayangan masa lalu menyeruak dengan kejamnya.

Alana, mengingatkannya pada seseorang. Dulu, di bangku kelas 1 SMA dia pernah mengalami ini.

Sorakan dan ejekan teman-temannya. Tatapan penuh jijik yang menusuk ke dalam hatinya. Tawa menghina yang terus berulang di telinganya.

"Lo itu aneh!"

"Kok bisa sih jadi orang kayak lo? Menyedihkan banget!"

"Jangan dekat-dekat gue! Gue jijik!"

Ellisa mengerjapkan mata, berusaha kembali ke realitas. Tapi suara Alana menyeretnya kembali.

"Sumpah ya, gue gak percaya sama elo!" seru Alana dengan nada jijik. "Ih! Geli banget elo bisa nyusuin bayi. Lo itu siapa sih, hah?! Emang lo siapa buat Elmira?!"

Ellisa semakin gemetar. Dia merasakan napasnya tersendat, jantungnya berdegup tidak karuan. Alana tidak peduli. Dia terus menatapnya penuh penghinaan, seakan-akan Ellisa adalah sesuatu yang kotor.

Sama seperti dulu.

Sama seperti yang pernah mereka lakukan padanya.

Dada Ellisa terasa sesak. Bayangan masa lalu menekan dirinya tanpa ampun. Dia ingin berbicara, ingin membela diri, tetapi suaranya seperti tersangkut di tenggorokan.

Ketakutan itu kembali. Luka lama itu seolah-olah kembali menganga. Tangan Ellisa mengepal di lantai, kukunya menekan permukaan kerasnya, mencoba mencari pegangan di tengah gemuruh emosinya.

"Aku... aku kenapa?"

Ellisa benar-benar bingung. Dia tidak ingat pernah mengalami perundungan. Tapi mengapa memori itu tiba-tiba muncul?

Pintu ingatannya seolah terbuka paksa setiap kali Alana menghina dan merendahkannya.

Tatapannya kembali ke wajah Alana, tetapi yang ia lihat bukanlah gadis itu. Yang tampak di hadapannya adalah kepingan masa lalu yang semakin nyata.

"Elo pasti suka main sama om-om, ya? Makanya jadi aneh gini, Lisa!" suara penuh ejekan menggema dalam pikirannya.

"Ih, masa gadis sekolah udah bisa punya ASI? Jijik banget!"

Ellisa menatap mereka, wajahnya memucat. "Enggak... aku nggak seperti itu!" katanya dengan suara bergetar.

Tapi mereka hanya tertawa, mengabaikan pembelaannya.

"Keluar aja lo dari sekolah ini!"

Dan saat itu juga, suara lain bergema, menyatu dengan suara masa lalunya.

"Keluar aja lo dari rumah ini! Lo nggak pantas tinggal di sini!"

Itu suara Alana.

Ellisa tersentak. Napasnya tercekat. "Seseorang... tolong aku..." batinnya merintih, seolah meminta seseorang menariknya dari pusaran memori kelam ini.

"Buka topeng lo! Jangan-jangan lo cuma penipu!" bentak Alana sambil meraih wajah Ellisa dengan kasar.

Ellisa, yang masih terguncang segera menangkap tangan Alana dengan kedua tangannya. Jemarinya gemetar, cengkeramannya lemah. Matanya terlihat sembab, meski tak ada air mata yang jatuh.

Dengan suara lirih dan penuh kepasrahan, dia berbisik, "Aku... aku akan pergi."

Senyum penuh kemenangan tersungging di bibir Alana. "Nah, gitu kan bagus," ujarnya sinis.

Saat suasana masih memanas, seorang asisten rumah tangga bernama Bobo mendekati mereka.

Tubuhnya tegap, dengan ekspresi datar yang sudah menjadi ciri khasnya.

"Nona Alana!" kata Bobo dengan nada tegas, "saya akan laporkan keributan ini ke Bos Sam jika Nona terus membuat masalah di rumah."

Alana menatap Bobo dengan tajam. "Gue nggak takut sama lo, Bo!" balasnya santai, bibirnya mengejek.

Bobo menaikkan alis, tidak terpengaruh oleh ancaman itu. "Kalau begitu, saya bisa rekam tindakan Nona dan sebar videonya ke teman-teman Nona. Saya yakin mereka akan suka menontonnya," katanya sambil mengeluarkan ponselnya.

Mendengar itu, Alana tertegun. "Elo itu kenapa sih, Bo?! Ganggu gue aja!" serunya kesal, menghentakkan kaki ke lantai.

Bobo tetap tenang, bahkan menunjukkan sedikit senyuman. "Tugas saya memastikan rumah ini tetap tenang, Nona. Saya hanya melakukan pekerjaan saya."

Alana akhirnya menyerah, mengembuskan napas panjang dengan penuh kekesalan. "Cih! Sebel banget gue sama kalian!" ujarnya, lalu berjalan menuju sofa, membanting tubuhnya dengan keras.

Bobo memandang Ellisa dengan rasa cemas, "Nona Ellisa, Anda baik-baik saja?"

Ellisa hanya bisa menggeleng.

"Nona Ellisa, kalau Nona butuh bantuan, jangan ragu untuk memanggil saya," ucap Bobo.

"Terima kasih," jawab Ellisa.

"Kalo Nona Alana menganggu lagi, ancam saja seperti yang saya lakukan tadi. Dia pasti langsung nyerah," tutur Bobo singkat sebelum kembali melanjutkan tugasnya.

Ellisa menggenggam tangannya di dada, mencoba menenangkan diri. "Aku nggak papa... aku nggak papa..." bisiknya berulang kali, seakan itu satu-satunya mantra yang bisa menahannya agar tidak runtuh.

Tapi kebenarannya, ia tidak tahu. Ia tidak tahu apa yang sedang terjadi dalam dirinya. Kenapa ia begitu ketakutan? Kenapa memori-memori itu datang? Kenapa tubuhnya bereaksi seolah melawan sesuatu yang bahkan tidak bisa ia ingat?

Di balik semua itu, ada seseorang yang terlibat.

Orang tuanya.

Mereka menyadari perubahan drastis itu. Saat Ellisa duduk di bangku kelas 1 SMA, perubahan besar terjadi dalam hidupnya.

Ellisa tidak mengerti. Itu seharusnya tidak mungkin terjadi pada anak seusianya. Tapi tubuhnya berkata lain. Dan perubahan itu datang bersamaan dengan rasa sakit yang luar biasa.

Awalnya, ia mencoba menyembunyikannya. Tapi di sekolah, rumor menyebar. Bisikan, ejekan, tatapan aneh—semua itu menghancurkannya sedikit demi sedikit.

"Ellisa itu aneh, jijik!"

Hari demi hari, dia terus diteror dengan hinaan dan cemoohan. Tidak ada tempat aman untuknya, bahkan tidak ada yang bisa benar-benar menjelaskan keanehan itu.

Dan pada akhirnya, solusi terakhir mereka adalah... mengeluarkannya dari sekolah.

"Kamu akan menjadi orang yang sangat bermanfaat di sini, Ellisa," kata ibunya saat mereka membawanya ke panti.

Tempat di mana mereka bisa menyembunyikannya.

Di mana tidak ada yang akan bertanya-tanya lagi tentangnya. Di mana ia bisa "dilupakan."

Tapi Ellisa tidak mengingat semua itu. Semua kenangan itu terkubur jauh di dalam dirinya, terkunci rapat oleh waktu dan kepergian kedua orang tuanya.

Episodes
1 Membawa Ellisa (REVISI)
2 Penasaran dengan Ellisa
3 menatap Ellisa
4 sosok Ellisa
5 Ellisa mengangguk
6 Ellisa pulang
7 menikahi Ellisa
8 Ellisa merasa
9 perasaan Ellisa
10 Ellisa terdiam
11 Bos Sam
12 Sam mendengus
13 sebenarnya Ellisa
14 membangunkan Ellisa
15 Ellisa mengurus Elmira
16 Ellisa tersentak
17 Ellisa dan Alana
18 Ellisa melangkah
19 Ellisa mendengus
20 Sam tersenyum
21 Ellisa menunduk
22 Sam tenggelam
23 Sam melirik
24 jerit Ellisa
25 Sam tidak pulang
26 Ellisa merengut
27 Ellisa terkejut
28 melihat Elmira
29 dari Alana
30 Alana berulah
31 membuat Sam merasa
32 Esa melangkah
33 Esa jatuh
34 Alana pulang
35 Alana tertawa
36 Ellisa menggigil
37 Ellisa menatap Sam
38 kepala Esa
39 Esa geram
40 Sam melangkah
41 Ellisa tiduran
42 respons Ellisa
43 menatap Sam
44 Esa mengepal erat
45 Sam benar
46 Esa lebih tegas
47 memikirkan Ellisa
48 pertanyaan Esa
49 Esa bersikeras
50 Ellisa menatap kedua pria itu
51 di hadapan Sam
52 mendengar Sam
53 Suara ceria Ellisa
54 Alana menyela
55 Alana kaget
56 Esa terkejut
57 Sam meraung
58 menghibur Ellisa
59 Esa meraih remot
60 sosok Sam
61 Alana tersenyum
62 Pak Kepala Sekolah
63 Sam di mana
64 menatap Delisa
65 Bagi Ellisa
66 Ellisa sungguh tulus
67 Indra tergeletak
68 Sam harus bertahan
69 Bukan Delisa
70 kata Dokter
71 Esa dan Delisa
72 akhirnya Sam
73 Esa melanjutkan,
74 Elmira senang
75 Nyonya Koki
76 Fokus Ellisa
77 Ellisa Mencoba
78 menatap Sam
79 Ellisa berbinar
80 Komitmen Sam
81 Sam tertarik
82 Genggaman tangan Sam
83 E SAMS Multimedia
84 Sam salah tingkah
85 Alexa dan Kawan-kawan
86 Ichi dan Ocha
87 sudut pandang Ellisa
88 Ellisa tertawa kecil, pahit.
89 Delisa mengancam
90 Dia hanya Sam
91 Danish dan Ellisa
92 Sam menurut
93 Sam menangis
94 Langkah Sam
95 menampar Sam
96 Gaya Busana Ellisa
97 Delisa Yandere
98 S E E
99 Mengangkat Elmira
100 Pernikahan Ellisa dan Sam
101 Bonus Spesial ^_^
Episodes

Updated 101 Episodes

1
Membawa Ellisa (REVISI)
2
Penasaran dengan Ellisa
3
menatap Ellisa
4
sosok Ellisa
5
Ellisa mengangguk
6
Ellisa pulang
7
menikahi Ellisa
8
Ellisa merasa
9
perasaan Ellisa
10
Ellisa terdiam
11
Bos Sam
12
Sam mendengus
13
sebenarnya Ellisa
14
membangunkan Ellisa
15
Ellisa mengurus Elmira
16
Ellisa tersentak
17
Ellisa dan Alana
18
Ellisa melangkah
19
Ellisa mendengus
20
Sam tersenyum
21
Ellisa menunduk
22
Sam tenggelam
23
Sam melirik
24
jerit Ellisa
25
Sam tidak pulang
26
Ellisa merengut
27
Ellisa terkejut
28
melihat Elmira
29
dari Alana
30
Alana berulah
31
membuat Sam merasa
32
Esa melangkah
33
Esa jatuh
34
Alana pulang
35
Alana tertawa
36
Ellisa menggigil
37
Ellisa menatap Sam
38
kepala Esa
39
Esa geram
40
Sam melangkah
41
Ellisa tiduran
42
respons Ellisa
43
menatap Sam
44
Esa mengepal erat
45
Sam benar
46
Esa lebih tegas
47
memikirkan Ellisa
48
pertanyaan Esa
49
Esa bersikeras
50
Ellisa menatap kedua pria itu
51
di hadapan Sam
52
mendengar Sam
53
Suara ceria Ellisa
54
Alana menyela
55
Alana kaget
56
Esa terkejut
57
Sam meraung
58
menghibur Ellisa
59
Esa meraih remot
60
sosok Sam
61
Alana tersenyum
62
Pak Kepala Sekolah
63
Sam di mana
64
menatap Delisa
65
Bagi Ellisa
66
Ellisa sungguh tulus
67
Indra tergeletak
68
Sam harus bertahan
69
Bukan Delisa
70
kata Dokter
71
Esa dan Delisa
72
akhirnya Sam
73
Esa melanjutkan,
74
Elmira senang
75
Nyonya Koki
76
Fokus Ellisa
77
Ellisa Mencoba
78
menatap Sam
79
Ellisa berbinar
80
Komitmen Sam
81
Sam tertarik
82
Genggaman tangan Sam
83
E SAMS Multimedia
84
Sam salah tingkah
85
Alexa dan Kawan-kawan
86
Ichi dan Ocha
87
sudut pandang Ellisa
88
Ellisa tertawa kecil, pahit.
89
Delisa mengancam
90
Dia hanya Sam
91
Danish dan Ellisa
92
Sam menurut
93
Sam menangis
94
Langkah Sam
95
menampar Sam
96
Gaya Busana Ellisa
97
Delisa Yandere
98
S E E
99
Mengangkat Elmira
100
Pernikahan Ellisa dan Sam
101
Bonus Spesial ^_^

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!