Sam mendengus

"Es, gue harus pulang dulu buat ngabarin rumah," kata Sam sambil merapikan jasnya.

Esa memutar bola matanya, merasa aneh. "Kenapa nggak telepon aja? Kan lebih gampang."

Sam menghela napas panjang. "Elmira lagi di rumah gue. Dan lo tahu kan, rumah gue kayak apa? Nggak ada asisten rumah tangga atau siapa pun di sana."

Esa menatap Sam tajam. "Lo serius ninggalin Elmira sendirian di rumah?"

"Nggak sendirian. Dia sama seseorang," jawab Sam santai sambil mengambil kunci mobilnya.

"Siapa?"

"Nanti lo juga tahu," balas Sam sambil tersenyum samar.

Langit mulai gelap saat Sam dan Esa akhirnya duduk di dalam mobil. Suasana di jalanan masih cukup ramai, lampu-lampu kota berkilauan di kejauhan.

Sam fokus mengemudi sementara Esa bersandar malas di kursi penumpang, memainkan ponselnya.

Awalnya perjalanan mereka tampak lancar. Tapi begitu melewati jalan yang lebih sepi, deru mesin motor terdengar semakin keras di belakang mereka.

Beberapa detik kemudian, sekelompok geng motor muncul, melaju dengan ugal-ugalan di sekitar mobil Sam.

“Sial!” Sam mendengus panik, menggenggam kemudi lebih erat. “Kita bakalan kejebak di sini, Es.”

Esa menoleh ke belakang, melihat motor-motor itu semakin mendekat. “Tenang, gue telepon polisi sekarang,” katanya sambil mengambil ponselnya.

Salah satu anggota geng motor berteriak dari samping. “WOI! TURUN!” suaranya menggema di antara suara knalpot bising.

Sam mengabaikan teriakan itu dan terus melaju. Namun, seorang pengendara motor dengan kecepatan tinggi tiba-tiba melaju ke depan mobil dan memotong jalur.

Sam menginjak rem mendadak, membuat mobil berhenti dengan suara decitan tajam. “ASTAGA!” Esa terkejut.

Motor-motor lain segera mengepung mobil mereka. Lampu-lampu sorot dari motor menyilaukan mata. Salah satu pria bertubuh besar turun dari motornya dan mengetuk kaca mobil Sam dengan kasar.

“Keluar, sekarang!” teriak pria itu.

Sam menoleh ke Esa dengan rahang mengeras. “Lo cepetan telfon polisi. Gue yang urus ini.”

“Lo gila? Mereka nggak main-main, Sam!” Esa mencoba menahan lengan Sam, tapi Sam sudah membuka pintu mobilnya dan keluar.

Sam berdiri dengan tegap, menatap pria besar itu tanpa rasa takut. “Apa mau kalian?” tanyanya dingin.

Pria itu tersenyum miring, menunjukkan deretan giginya yang kuning. “Cuma sedikit uang bensin, Bos. Atau mungkin... sesuatu yang lebih berharga?” Dia melirik ke arah mobil dengan tatapan licik.

Sam mengepalkan tangan, “Denger, gue nggak ada waktu buat drama. Ambil ini, dan pergi.” Sam melemparkan dompetnya ke pria itu.

Pria itu tertawa kecil sambil menangkap dompet yang dilempar Sam. “Cerdas juga lo,” katanya sambil membuka dompet itu. Dia menoleh ke anggotanya dan memberi perintah dengan suara lantang, “Ambil juga mobilnya! Jangan biarkan mereka lolos!”

"Sialan!" Mendengar itu, Sam mengepalkan tinjunya, memasang kuda-kuda. “Lo mau masalah? Gue kasih masalah,” katanya dingin.

Salah satu anggota geng mendekat sambil memegang rantai besi, mengayunkannya ke arah Sam.

Sam berhasil menghindar, lalu melayangkan pukulan keras ke perut pria itu, membuatnya terhuyung mundur.

Namun, dua orang lainnya langsung menyerang dari sisi lain. Sam memutar tubuhnya cepat, menendang satu pria hingga jatuh, tapi yang lain berhasil melayangkan pukulan ke bahunya.

Esa, yang masih duduk di dalam mobil, melihat situasi semakin ricuh. “Sam?!” teriaknya sambil memegang ponsel.

“Jangan keluar, Es! Gue bisa urus ini!” balas Sam sambil menangkap tangan pria yang mencoba menyerangnya dengan tongkat, lalu memelintirnya hingga pria itu berteriak kesakitan.

Tapi jumlah mereka terlalu banyak. Salah satu dari geng itu berhasil menyelinap ke belakang Sam dan melayangkan pukulan keras ke sisi wajahnya.

"Arg!" Ujung bibir Sam mulai berdarah, matanya menatap tajam ke arah mereka. “Itu aja yang lo punya?” tantangnya sambil menyeka darah di bibirnya.

Keadaan semakin kacau. Sam terus bertarung dengan pria-pria itu, menghujani mereka dengan pukulan dan tendangan, meskipun dia mulai terlihat kelelahan.

Pria yang tadi memegang rantai besi kembali maju, mengayunkannya dengan lebih ganas. Esa datang dan memukulnya dari belakang.

"Duag!!"

“ASTAGA, HATI-HATI BEGO!” Sam berteriak karena pria itu terhuyung ke arahnya.

"Sorry, Sam."

Tiba-tiba, suara sirine polisi terdengar dari kejauhan, memecah kekacauan. Geng motor itu saling bertukar pandang dengan wajah panik. “Polisi! Cepat cabut!” teriak pemimpin mereka.

“Gue berhasil bawa polisi, kan?” gumam Esa menyeringai puas.

Pria-pria itu segera berlarian menuju motor masing-masing. Beberapa dari mereka bahkan meninggalkan barang-barang di tempat.

Dalam hitungan detik, mereka semua sudah melaju pergi, meninggalkan Sam berdiri di tengah jalan dengan napas terengah-engah.

Sam kembali masuk ke mobil, wajahnya tegang. Esa menatapnya dengan tatapan meledek. “Jadi, siapa yang lebih berguna disini?”

Sam hanya mendesah berat, menyalakan mesin mobil lagi. “Brengsek, lo. Tapi bagus juga.” Ujung bibirnya yang berdarah itu menyeringai sadis.

"Kita tim yang bagus, kan. Lo yang ngadepin mereka, gue yang manggil bala bantuan.”

Sam tersenyum tipis, lalu melajukan mobil mereka menuju rumah. "Ayo kita cepat, gue nggak mau ninggalin Elmira lebih lama lagi."

Malam semakin larut, Sam serta Esa akhirnya sampai di rumah. Suasana yang biasanya hangat kini terasa aneh, sangat sunyi.

Begitu memasuki ruang tengah, Sam langsung merasa ada yang tidak beres. Mainan Elmira berserakan di lantai, tampak seperti ada kekacauan yang tidak biasa.

"Astaga! Apa ada maling masuk?" tanya Esa, matanya berkeliling dengan curiga.

"Lo jangan ngada-ngada ya!" Sam menjawab cepat sambil memukul bahu sahabatnya, agak kesal tapi juga jadi cemas.

"Sakit woy!" Esa mengerutkan dahi.

Sam tidak menggubrisnya. Dia berjalan dengan hati-hati, matanya terus mencari-cari sambil memanggil dengan suara lembut. "Elmira..."

Tidak ada sahutan.

"Ellisa..." Panggilnya lagi, kali ini sedikit lebih cemas.

Tidak ada jawaban.

Esa yang mulai penasaran mendekat, mendengarkan dengan seksama. "Ellisa? Siapa itu?" gumamnya, berpikir sejenak, tetapi tidak berani bertanya lebih jauh.

Sam berjalan dengan cepat ke kamar, dan saat melihat pintu yang terbuka sedikit, cahaya kamar tampak menyilaukan dari dalam.

Perlahan dia mengintip ke dalam, dan di sana, terbaring dua gadis itu, Elmira dan Ellisa, tertidur dengan tenang di tempat tidur.

Jantung Sam hampir melompat keluar dari dadanya. Rasanya seolah-olah beban yang dipikulnya seharian tiba-tiba menghilang begitu saja.

Dengan napas yang ditahan, dia mengelus dadanya perlahan, merasa lega. "Fiuh, syukurlah..." bisiknya pelan, senyum tipis muncul di wajahnya.

Esa yang melihat perubahan ekspresi Sam, mengernyitkan dahi. “Lo khawatir banget, Sam. Gimana? Aman” tanyanya.

Sam hanya mengangguk sambil menatap kedua gadis itu dengan rasa sayang yang mendalam. "Mereka baik-baik aja," ujarnya, matanya tetap tak lepas dari Elmira dan Ellisa yang tertidur pulas.

Esa, yang sudah merasa agak canggung dengan suasana itu, akhirnya melipat tangan santai. "Trus, apa yang harus lo lakuin? Mereka udah pada tidur. Apa harus dibangunin dulu?" Tanyanya.

Terpopuler

Comments

Pembaca Novel

Pembaca Novel

wadoh, malah dicegat geng motor 🥲🥲

2025-03-22

0

lihat semua
Episodes
1 Membawa Ellisa (REVISI)
2 Penasaran dengan Ellisa
3 menatap Ellisa
4 sosok Ellisa
5 Ellisa mengangguk
6 Ellisa pulang
7 menikahi Ellisa
8 Ellisa merasa
9 perasaan Ellisa
10 Ellisa terdiam
11 Bos Sam
12 Sam mendengus
13 sebenarnya Ellisa
14 membangunkan Ellisa
15 Ellisa mengurus Elmira
16 Ellisa tersentak
17 Ellisa dan Alana
18 Ellisa melangkah
19 Ellisa mendengus
20 Sam tersenyum
21 Ellisa menunduk
22 Sam tenggelam
23 Sam melirik
24 jerit Ellisa
25 Sam tidak pulang
26 Ellisa merengut
27 Ellisa terkejut
28 melihat Elmira
29 dari Alana
30 Alana berulah
31 membuat Sam merasa
32 Esa melangkah
33 Esa jatuh
34 Alana pulang
35 Alana tertawa
36 Ellisa menggigil
37 Ellisa menatap Sam
38 kepala Esa
39 Esa geram
40 Sam melangkah
41 Ellisa tiduran
42 respons Ellisa
43 menatap Sam
44 Esa mengepal erat
45 Sam benar
46 Esa lebih tegas
47 memikirkan Ellisa
48 pertanyaan Esa
49 Esa bersikeras
50 Ellisa menatap kedua pria itu
51 di hadapan Sam
52 mendengar Sam
53 Suara ceria Ellisa
54 Alana menyela
55 Alana kaget
56 Esa terkejut
57 Sam meraung
58 menghibur Ellisa
59 Esa meraih remot
60 sosok Sam
61 Alana tersenyum
62 Pak Kepala Sekolah
63 Sam di mana
64 menatap Delisa
65 Bagi Ellisa
66 Ellisa sungguh tulus
67 Indra tergeletak
68 Sam harus bertahan
69 Bukan Delisa
70 kata Dokter
71 Esa dan Delisa
72 akhirnya Sam
73 Esa melanjutkan,
74 Elmira senang
75 Nyonya Koki
76 Fokus Ellisa
77 Ellisa Mencoba
78 menatap Sam
79 Ellisa berbinar
80 Komitmen Sam
81 Sam tertarik
82 Genggaman tangan Sam
83 E SAMS Multimedia
84 Sam salah tingkah
85 Alexa dan Kawan-kawan
86 Ichi dan Ocha
87 sudut pandang Ellisa
88 Ellisa tertawa kecil, pahit.
89 Delisa mengancam
90 Dia hanya Sam
91 Danish dan Ellisa
92 Sam menurut
93 Sam menangis
94 Langkah Sam
95 menampar Sam
96 Gaya Busana Ellisa
97 Delisa Yandere
98 S E E
99 Mengangkat Elmira
100 Pernikahan Ellisa dan Sam
101 Bonus Spesial ^_^
Episodes

Updated 101 Episodes

1
Membawa Ellisa (REVISI)
2
Penasaran dengan Ellisa
3
menatap Ellisa
4
sosok Ellisa
5
Ellisa mengangguk
6
Ellisa pulang
7
menikahi Ellisa
8
Ellisa merasa
9
perasaan Ellisa
10
Ellisa terdiam
11
Bos Sam
12
Sam mendengus
13
sebenarnya Ellisa
14
membangunkan Ellisa
15
Ellisa mengurus Elmira
16
Ellisa tersentak
17
Ellisa dan Alana
18
Ellisa melangkah
19
Ellisa mendengus
20
Sam tersenyum
21
Ellisa menunduk
22
Sam tenggelam
23
Sam melirik
24
jerit Ellisa
25
Sam tidak pulang
26
Ellisa merengut
27
Ellisa terkejut
28
melihat Elmira
29
dari Alana
30
Alana berulah
31
membuat Sam merasa
32
Esa melangkah
33
Esa jatuh
34
Alana pulang
35
Alana tertawa
36
Ellisa menggigil
37
Ellisa menatap Sam
38
kepala Esa
39
Esa geram
40
Sam melangkah
41
Ellisa tiduran
42
respons Ellisa
43
menatap Sam
44
Esa mengepal erat
45
Sam benar
46
Esa lebih tegas
47
memikirkan Ellisa
48
pertanyaan Esa
49
Esa bersikeras
50
Ellisa menatap kedua pria itu
51
di hadapan Sam
52
mendengar Sam
53
Suara ceria Ellisa
54
Alana menyela
55
Alana kaget
56
Esa terkejut
57
Sam meraung
58
menghibur Ellisa
59
Esa meraih remot
60
sosok Sam
61
Alana tersenyum
62
Pak Kepala Sekolah
63
Sam di mana
64
menatap Delisa
65
Bagi Ellisa
66
Ellisa sungguh tulus
67
Indra tergeletak
68
Sam harus bertahan
69
Bukan Delisa
70
kata Dokter
71
Esa dan Delisa
72
akhirnya Sam
73
Esa melanjutkan,
74
Elmira senang
75
Nyonya Koki
76
Fokus Ellisa
77
Ellisa Mencoba
78
menatap Sam
79
Ellisa berbinar
80
Komitmen Sam
81
Sam tertarik
82
Genggaman tangan Sam
83
E SAMS Multimedia
84
Sam salah tingkah
85
Alexa dan Kawan-kawan
86
Ichi dan Ocha
87
sudut pandang Ellisa
88
Ellisa tertawa kecil, pahit.
89
Delisa mengancam
90
Dia hanya Sam
91
Danish dan Ellisa
92
Sam menurut
93
Sam menangis
94
Langkah Sam
95
menampar Sam
96
Gaya Busana Ellisa
97
Delisa Yandere
98
S E E
99
Mengangkat Elmira
100
Pernikahan Ellisa dan Sam
101
Bonus Spesial ^_^

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!