menikahi Ellisa

Saat Ellisa menggendong Elmira dan berbalik badan untuk menyusuinya, suasana menjadi hening.

"Maaf ya nak Sam, jangan menganggap aneh kalo Ellisa di usianya yang masih kembang ini sudah bisa menyusui bayi." Kata bu Ningsih.

"Tidak, bu. Saya tidak menganggapnya aneh." Sam sejenak menatap Ellisa yang tampak senang mengASIhi elmira. Senandung merdunya terdengar.

Ibu panti dan suaminya tersenyum hangat mendengar jawaban itu.

Sam memperhatikan sejenak, sebelum akhirnya mengalihkan pandangan dan mengumpulkan keberanian untuk berbicara.

"Bu Ningsih, Pak Herman," Sam memulai dengan nada serius, "saya ingin bicara penting dengan kalian."

Bu Ningsih tersenyum hangat, meski ada rasa penasaran di matanya. "Tentu, Nak Sam. Ada apa?"

Sam menggenggam kedua tangannya di atas lutut, mencoba menahan rasa gugupnya. "Maaf sebelumnya kalau ini terdengar tiba-tiba atau aneh, tapi... saya ingin memperistri Ellisa."

Ruangan tiba-tiba terasa sunyi, hanya suara napas Elmira yang terdengar samar.

"Eh?" Ellisa spontan menoleh. Tangannya secara refleks mempererat pelukannya pada Elmira.

Bu Ningsih dan Pak Herman saling pandang dengan raut wajah bingung. "Nak Sam, kami... tidak salah dengar, kan?" tanya Bu Ningsih dengan hati-hati.

Sam mengangguk mantap, meski wajahnya tampak tegang. "Kalian tidak salah dengar, Bu. Saya serius."

Pak Herman menghela napas panjang, mencoba meredakan suasana. "Nak Sam, kami mengerti bahwa kamu mungkin memiliki niat baik. Tapi, apa yang membuatmu berpikir untuk menikahi Ellisa? Dia masih sangat muda, dan kami ingin tahu alasan di balik keputusanmu ini."

Sam menghela napas, lalu menatap ke arah Ellisa yang masih terlihat bingung. "Ellisa adalah gadis yang istimewa. Dari pertama kali saya bertemu dengannya, saya merasa ada sesuatu yang berbeda. Dia bukan hanya sosok yang peduli pada Elmira, tapi dia juga memiliki hati yang tulus. Saya yakin, dengan segala yang dia miliki, dia bisa menjadi bagian penting dalam hidup saya."

Bu Ningsih menatap Sam dengan mata tajam, meski nadanya tetap lembut. "Nak Sam, kami sangat menghargai niat baikmu. Tapi, kamu tahu bahwa Ellisa adalah tanggung jawab kami. Kami harus memastikan bahwa setiap keputusan yang diambil adalah untuk kebaikannya. Menikah adalah keputusan besar, dan kami tidak bisa membiarkan ini terjadi tanpa memikirkan semua konsekuensinya."

"Bu, Pak," Sam berkata dengan nada tegas, "saya tidak akan memaksa atau terburu-buru. Saya hanya ingin menyampaikan niat saya. Jika Ellisa butuh waktu untuk berpikir, saya akan memberinya waktu sebanyak yang dia butuhkan."

Bu Ningsih menghela napas panjang, lalu tersenyum tipis. "Baiklah, Nak Sam. Kami akan memikirkan hal ini. Tapi satu hal yang harus kamu ingat, kebahagiaan Ellisa adalah prioritas kami."

Sam mengangguk dengan penuh rasa hormat. "Itu juga yang menjadi prioritas saya, Bu."

Setelah percakapan itu selesai, Sam meminta izin untuk keluar sebentar, memberikan waktu kepada Ellisa untuk berbicara lebih santai dengan Bu Ningsih dan Pak Herman.

Ellisa duduk di ruang tamu bersama mereka, Elmira tertidur nyenyak di pelukannya.

"Ellisa," kata Bu Ningsih dengan nada lembut, "apa yang kamu pikirkan tentang semua ini? Tentang apa yang baru saja Nak Sam katakan?"

Ellisa menunduk, jari-jarinya mengusap lembut rambut Elmira. "Bu, saya benar-benar tidak tahu harus berkata apa. Saya tidak pernah membayangkan hal seperti ini sebelumnya. Dan, saya juga tidak yakin apakah saya siap."

Pak Herman mengangguk pelan. "Kami mengerti, Nak. Usia kamu masih sangat muda, dan ada banyak hal yang harus kamu pikirkan. Tapi, kami juga melihat kesungguhan di mata Nak Sam tadi. Dia sepertinya benar-benar tulus."

"Tapi, Pak, Bu..." Ellisa menatap mereka dengan mata berkaca-kaca. "Saya hanya seorang gadis biasa, tanpa masa depan yang jelas. Bagaimana mungkin seseorang seperti dia berpikir untuk menikahi saya?"

Bu Ningsih menggenggam tangan Ellisa dengan hangat. "Ellisa, kamu jangan merendahkan dirimu sendiri. Kamu adalah gadis yang luar biasa. Ketulusan dan kebaikan hatimu sudah terbukti di sini. Jika seseorang seperti Nak Sam melihat nilai itu dalam dirimu, mungkin kamu juga harus mulai melihatnya dalam dirimu sendiri."

Ellisa terdiam.

Di luar, Sam duduk di bangku taman panti. Ada sedikit rasa lega karena akhirnya ia menyampaikan apa yang ada di hatinya, tapi juga rasa gelisah menunggu keputusan dari Ellisa.

"Nak Sam," suara Bu Ningsih membuatnya menoleh.

"Bu," katanya sambil berdiri, "apa yang Bu Ningsih dan Pak Herman pikirkan tentang permintaan saya tadi?"

Bu Ningsih tersenyum hangat, meski ada keprihatinan di matanya. "Nak Sam, kami melihat kesungguhanmu, dan kami menghormatinya. Tapi, ini adalah keputusan besar. Ellisa butuh waktu untuk memikirkannya."

Sam mengangguk perlahan, "Saya mengerti, Bu. Saya tidak ingin memaksanya atau membuatnya merasa tertekan."

"Itulah yang kami harapkan darimu, Nak. Jika kamu benar-benar peduli padanya, berikan dia ruang untuk merenung dan mengenalmu lebih baik."

Sam tersenyum kecil. "Terima kasih, Bu. Saya janji akan bersabar."

Bu Ningsih menepuk bahunya dengan lembut. "Bagus, Nak. Kalau begitu, kenapa tidak masuk lagi? Mungkin kamu bisa mulai mengenal dia lebih baik juga, mulai dari sekarang."

Saat Sam kembali ke ruang tamu, pandangannya langsung bertemu dengan mata Ellisa.

Tatapan itu hanya berlangsung sepersekian detik, namun cukup untuk membuat Ellisa menunduk canggung sambil memeluk Elmira lebih erat.

Melihat reaksi itu, Sam merasa perlu mengalihkan perhatian. Ia berkata dengan nada yang lebih santai, "Ellisa, bisakah kamu membantuku membawa Elmira pulang? Setelah itu, aku janji akan mengantarmu kembali ke sini."

Ellisa mengerutkan alisnya, bingung dengan permintaan itu. Ia menoleh ke arah Bu Ningsih dan Pak Herman, seolah meminta pendapat mereka.

"Oh, tentu saja, tidak apa-apa, Nak, kalau Ellisa bersedia membantu," sahut Bu Ningsih sambil tersenyum lembut.

Sedikit lama untuk menjawab, akhirnya Ellisa berkata, "Ya sudah... Kalau begitu, saya bantu antar Elmira dulu ya, Bu, Pak."

Pak Herman mengangguk. "Iya, tidak masalah. Kami percaya kok sama kamu dan Nak Sam. Hati-hati di jalan, ya."

Sebelum keluar dari ruang tamu, Bu Ningsih memanggil mereka. "Ellisa," katanya lembut, "ingat, kalau ada apa-apa, kami selalu ada di sini untukmu."

Ellisa menoleh dan mengangguk kecil. "Iya, bu. Terima kasih."

Dalam perjalanan keluar dari panti, suasana terasa sedikit canggung. Sam melirik Ellisa beberapa kali melalui sudut matanya, tapi ia tak tahu harus berkata apa.

Sementara itu, Ellisa fokus menenangkan Elmira yang mulai menggeliat gelisah.

"Kelihatannya kamu tahu banget cara menenangkan dia," komentar Sam, sedikit kagum. "Aku bahkan nggak tahu cara menimang bayi, apalagi membuatnya berhenti menangis."

"Semua ibu panti di sini terbiasa mengurus bayi, jadi saya belajar dari mereka. Lagi pula, Elmira anak yang manis, kok. Dia nggak terlalu susah diurus."

Sam tertawa kecil, walau hatinya terasa hangat mendengar cara Ellisa berbicara. Ada kelembutan dalam suaranya yang sulit dijelaskan, sesuatu yang membuat Sam merasa nyaman, meskipun mereka baru mengenal.

Di dalam mobil, Ellisa duduk di belakang dengan Elmira di pangkuannya. Sam memperhatikan mereka melalui kaca spion, matanya sekali lagi menangkap momen di mana Ellisa menyenandungkan lagu lembut untuk Elmira yang perlahan-lahan tertidur.

"Aku nggak pernah membayangkan akan ada orang seperti kamu di hidupku," gumam Sam tiba-tiba, suaranya hampir seperti bisikan.

Terpopuler

Comments

Pembaca Novel

Pembaca Novel

uh,, maafin gue thor...
gue juga nganggep ellisa aneh, tapi kelebihannya itu emang luar biasa dn sngt membantu bagi bayi2 😇😇

2025-03-22

0

lihat semua
Episodes
1 Membawa Ellisa (REVISI)
2 Penasaran dengan Ellisa
3 menatap Ellisa
4 sosok Ellisa
5 Ellisa mengangguk
6 Ellisa pulang
7 menikahi Ellisa
8 Ellisa merasa
9 perasaan Ellisa
10 Ellisa terdiam
11 Bos Sam
12 Sam mendengus
13 sebenarnya Ellisa
14 membangunkan Ellisa
15 Ellisa mengurus Elmira
16 Ellisa tersentak
17 Ellisa dan Alana
18 Ellisa melangkah
19 Ellisa mendengus
20 Sam tersenyum
21 Ellisa menunduk
22 Sam tenggelam
23 Sam melirik
24 jerit Ellisa
25 Sam tidak pulang
26 Ellisa merengut
27 Ellisa terkejut
28 melihat Elmira
29 dari Alana
30 Alana berulah
31 membuat Sam merasa
32 Esa melangkah
33 Esa jatuh
34 Alana pulang
35 Alana tertawa
36 Ellisa menggigil
37 Ellisa menatap Sam
38 kepala Esa
39 Esa geram
40 Sam melangkah
41 Ellisa tiduran
42 respons Ellisa
43 menatap Sam
44 Esa mengepal erat
45 Sam benar
46 Esa lebih tegas
47 memikirkan Ellisa
48 pertanyaan Esa
49 Esa bersikeras
50 Ellisa menatap kedua pria itu
51 di hadapan Sam
52 mendengar Sam
53 Suara ceria Ellisa
54 Alana menyela
55 Alana kaget
56 Esa terkejut
57 Sam meraung
58 menghibur Ellisa
59 Esa meraih remot
60 sosok Sam
61 Alana tersenyum
62 Pak Kepala Sekolah
63 Sam di mana
64 menatap Delisa
65 Bagi Ellisa
66 Ellisa sungguh tulus
67 Indra tergeletak
68 Sam harus bertahan
69 Bukan Delisa
70 kata Dokter
71 Esa dan Delisa
72 akhirnya Sam
73 Esa melanjutkan,
74 Elmira senang
75 Nyonya Koki
76 Fokus Ellisa
77 Ellisa Mencoba
78 menatap Sam
79 Ellisa berbinar
80 Komitmen Sam
81 Sam tertarik
82 Genggaman tangan Sam
83 E SAMS Multimedia
84 Sam salah tingkah
85 Alexa dan Kawan-kawan
86 Ichi dan Ocha
87 sudut pandang Ellisa
88 Ellisa tertawa kecil, pahit.
89 Delisa mengancam
90 Dia hanya Sam
91 Danish dan Ellisa
92 Sam menurut
93 Sam menangis
94 Langkah Sam
95 menampar Sam
96 Gaya Busana Ellisa
97 Delisa Yandere
98 S E E
99 Mengangkat Elmira
100 Pernikahan Ellisa dan Sam
101 Bonus Spesial ^_^
Episodes

Updated 101 Episodes

1
Membawa Ellisa (REVISI)
2
Penasaran dengan Ellisa
3
menatap Ellisa
4
sosok Ellisa
5
Ellisa mengangguk
6
Ellisa pulang
7
menikahi Ellisa
8
Ellisa merasa
9
perasaan Ellisa
10
Ellisa terdiam
11
Bos Sam
12
Sam mendengus
13
sebenarnya Ellisa
14
membangunkan Ellisa
15
Ellisa mengurus Elmira
16
Ellisa tersentak
17
Ellisa dan Alana
18
Ellisa melangkah
19
Ellisa mendengus
20
Sam tersenyum
21
Ellisa menunduk
22
Sam tenggelam
23
Sam melirik
24
jerit Ellisa
25
Sam tidak pulang
26
Ellisa merengut
27
Ellisa terkejut
28
melihat Elmira
29
dari Alana
30
Alana berulah
31
membuat Sam merasa
32
Esa melangkah
33
Esa jatuh
34
Alana pulang
35
Alana tertawa
36
Ellisa menggigil
37
Ellisa menatap Sam
38
kepala Esa
39
Esa geram
40
Sam melangkah
41
Ellisa tiduran
42
respons Ellisa
43
menatap Sam
44
Esa mengepal erat
45
Sam benar
46
Esa lebih tegas
47
memikirkan Ellisa
48
pertanyaan Esa
49
Esa bersikeras
50
Ellisa menatap kedua pria itu
51
di hadapan Sam
52
mendengar Sam
53
Suara ceria Ellisa
54
Alana menyela
55
Alana kaget
56
Esa terkejut
57
Sam meraung
58
menghibur Ellisa
59
Esa meraih remot
60
sosok Sam
61
Alana tersenyum
62
Pak Kepala Sekolah
63
Sam di mana
64
menatap Delisa
65
Bagi Ellisa
66
Ellisa sungguh tulus
67
Indra tergeletak
68
Sam harus bertahan
69
Bukan Delisa
70
kata Dokter
71
Esa dan Delisa
72
akhirnya Sam
73
Esa melanjutkan,
74
Elmira senang
75
Nyonya Koki
76
Fokus Ellisa
77
Ellisa Mencoba
78
menatap Sam
79
Ellisa berbinar
80
Komitmen Sam
81
Sam tertarik
82
Genggaman tangan Sam
83
E SAMS Multimedia
84
Sam salah tingkah
85
Alexa dan Kawan-kawan
86
Ichi dan Ocha
87
sudut pandang Ellisa
88
Ellisa tertawa kecil, pahit.
89
Delisa mengancam
90
Dia hanya Sam
91
Danish dan Ellisa
92
Sam menurut
93
Sam menangis
94
Langkah Sam
95
menampar Sam
96
Gaya Busana Ellisa
97
Delisa Yandere
98
S E E
99
Mengangkat Elmira
100
Pernikahan Ellisa dan Sam
101
Bonus Spesial ^_^

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!