Bos Sam

Namun, di tengah kepanikan itu, beberapa karyawan wanita malah terpana. "Ih, Bos Sam kelihatan makin keren kalau lagi serius begini," gumam salah seorang dengan senyum kecil, matanya tidak lepas dari sosok Sam yang berwibawa meski dalam keadaan marah.

"Sayangnya dia susah sekali digodain," sahut karyawan wanita yang lainnya.

"Emmm~ mau deh dikit aja dapat lirikan dari dia," salah satu karyawan wanita lainnya malah menggigit bibirnya merasa manja.

Sam tiba di depan pintu ruang kerjanya dan membukanya dengan gerakan tegas. “Esa! Apa maksud lo ngabarin gue kayak gitu?!” suaranya menggelegar, memenuhi ruangan.

Di dalam, Esa Bagaskara.

Sahabat Sam sejak kecil, duduk dengan tenang di sofa. Pria berusia 30 tahun itu mengenakan kemeja santai dengan lengan tergulung.

Kakinya bersilang, tangan menyangga kepala, dan matanya terpejam, seolah menikmati ketegangan yang dibawa Sam.

“Hm?” gumam Esa sambil membuka satu matanya, lalu tersenyum tipis. “Santai, Sam. Lo masuk kayak mau perang aja.”

“Esa, gue nggak ada waktu buat santai. Jelasin apa yang lo kirim barusan!” Sam mendekati meja kerja, tangannya mengetuk permukaan kayu dengan irama tidak sabar.

Esa malah menguap kecil, melirik Sam dengan tatapan malas. “Tenang aja, bro. Lo terlalu tegang. Nih, gue kasih lo hiburan buat ngurangin stres lo.”

"Ha?"

Esa mengangkat sebuah majalah tebal dengan sampul mencolok yang bertuliskan Nona Triple X: Edisi Khusus. Majalah dewasa kesukaan Esa.

Sam mengerutkan alisnya. “Apa lagi ini?!” gumamnya dengan nada yang lebih rendah, tapi jelas penuh ketidakpercayaan.

Esa tertawa kecil. “Gue cuma prank lo aja biar elo ke sini. Seharian nggak masuk kantor kan bikin gue kangen."

“Esa! Gue nggak ada waktu buat becanda kayak gini!” Sam mulai kehilangan kesabaran, nada suaranya naik lagi.

“Eh, gue juga nggak becanda kali,” jawab Esa santai, matanya menyipit dengan ekspresi usil. “Lihat, nih. Gue mau berbagi hiburan sama lo. Lo nggak penasaran apa yang spesial dari edisi ini? Duh... aduhai sekali ini nona~"

“Gue nggak peduli sama beginian, Esa! Gile aja lo.” Sam mendengus kesal, melipat tangannya di dada. “Lo pikir gue kayak lo, yang bisa leha-leha sepanjang waktu?”

Esa tertawa lepas, lalu meraih leher Sam dengan gaya bersahabat dan menariknya untuk duduk di sofa. “Denger ya, Sam. Lo itu terlalu serius. Hidup tuh nggak melulu soal kerjaan. Coba nikmatin hidup sedikit.”

Sam menepis tangan Esa, tapi akhirnya duduk juga, meski dengan wajah yang masih kesal. “Gue serius, Esa. Kalo ini soal kerjaan, gue nggak bakal main-main.”

“Gue juga serius, Sam.” Esa mengedipkan mata dengan gaya jahilnya. “Kita ini sahabat dari kecil. Gue cuma nggak mau lo stres sampai ubanan sebelum waktunya.”

Sam mendesah berat, lalu menyandarkan tubuhnya ke sofa. “Gue pikir kantor ada masalah beneran, sampe gue harus ninggalin mereka sendirian di rumah.”

"Sorry ya Sam. Gue nggak bermaksud buat ngganggu urusan keluarga lo. Tapi, kadangkala lo kalo udah ngurus bayi kecil itu elo jadi lupa segalanya."

"Elo bener, Sa. Elmira telah mengikat kehidupan gue. Tapi, gue juga nggak mau mengabaikan urusan kantor. Bagaimana pun juga, perusahaan ini telah membuat nama kita menjadi besar."

"Elo nggak sendiri, Sam. Ada gue. Gue akan selalu jaga ini perusahaan semaksimal mungkin."

"Elo emang yang terbaik, Sa. Tapi, elo juga kadang bikin gue naik pitam."

“Karena gue sahabat lo yang paling keren, itu sebabnya,” jawab Esa dengan senyum lebar.

Senyum tipis tersungging di wajahnya. “Esa, lo itu emang nyeselin, tapi gue nggak pernah nyesel punya lo sebagai sahabat gue.”

Esa menepuk bahu Sam dengan lembut, nada suaranya berubah lebih serius. “Sam, hidup kita udah berubah banyak sejak dulu. Tapi satu hal yang nggak akan berubah, gue bakal selalu ada buat lo. Apa pun yang terjadi.”

Hubungan mereka memang selalu penuh dinamika, dari adu argumen hingga momen saling mendukung tanpa syarat. Meski sering berselisih, keduanya tahu bahwa persahabatan mereka adalah sesuatu yang tak tergantikan.

Sekretaris mengetuk pintu dengan ragu, lalu masuk membawa berkas di tangannya. “Bos, pengajuan kerja sama perusahaan kita dengan IT Tower telah disetujui. Pihak mereka ingin kita hadir untuk pembahasan lanjutan.”

“Kapan?” tanya Esa santai sambil menutup majalahnya.

“Besok pagi, pukul delapan,” jawab sang sekretaris.

“Gila! Jam delapan pagi? Itu mustahil. Perusahaan mereka kan beda kota. Kita nggak bakal sempet,” gerutu Esa dengan ekspresi frustasi.

Sam, yang sejak tadi diam mendengarkan, langsung berdiri tegap. “Kalau begitu, kita harus berangkat sekarang,” putusnya tanpa ragu.

Esa menatap Sam dengan kaget. “Sekarang? Serius, Sam? Kita ini butuh istirahat juga, tahu!”

“Gue nggak peduli, Sa. Kesempatan ini terlalu penting buat dilewatkan. Harapan gue ada di kerja sama ini,” jawab Sam dengan nada tegas, penuh ambisi.

Esa mendesah panjang, mengacak rambutnya yang sudah berantakan. “Astaga... Kenapa mereka nggak mikir kita butuh waktu lebih fleksibel? Lo sadar kan, perjalanan ke sana bakal makan waktu berjam-jam?”

“Justru karena itu, kita harus berangkat sekarang.” Sam melangkah keluar ruangannya dengan langkah tegap dan penuh tekad, sementara Esa mengikutinya dengan langkah gontai, setengah pasrah.

Saat melewati ruang kerja karyawan, Sam melihat beberapa stafnya masih sibuk di meja masing-masing, tampak serius dengan layar komputer mereka.

Sam menghentikan langkahnya, mengernyitkan dahi. “Kenapa kalian semua masih di sini?”

Salah satu karyawan senior menoleh dengan wajah tegang. “Apa Bos Sam mau menyidak kami semua?”

“Sidak? Apa maksudnya itu?” Sam menaikkan satu alisnya.

“Bos tadi datang dengan wajah penuh amarah. Kami semua kira ada masalah besar. Jadi, kami tetap kerja untuk berjaga-jaga,” jawab si karyawan dengan hati-hati.

Sam mendengus pelan, lalu menyapu pandangannya ke seluruh ruangan. “Kalian sadar nggak ini udah jam berapa? Ini waktunya kalian pulang. Gue nggak mau lihat ada yang kelelahan besok. Pulang sana! Jangan terlalu serius sama kerjaan. Hidup kalian bukan cuma buat kantor.”

Karyawan-karyawan itu saling pandang, lalu tersenyum lega. “Baik, Bos. Kami akan pulang sekarang juga,” sahut mereka hampir serempak.

Esa, yang menyaksikan dari belakang, hanya mengangkat kedua tangannya seolah menyerah. “Nah, gitu dong. Gue kira lo bakal bikin mereka kerja lembur.”

Sam menatapnya tajam. “Lo pikir gue kayak lo, yang kerja cuma buat alasan santai?”

Esa tertawa kecil, lalu mengikuti langkah Sam lagi. “Santai, Bro. Gue tahu lo keras kepala, tapi lo juga nggak pernah lupa sama orang-orang di sekitar lo. Itu kenapa gue selalu dukung lo, meskipun kadang lo bikin gue stres.”

Sam hanya tersenyum kecil, kemudian mempercepat langkahnya menuju parkiran. “Ayo, Es. Kita harus sampai sana sebelum mereka berubah pikiran.”

Terpopuler

Comments

Pembaca Novel

Pembaca Novel

Astaga,, yg satu ini malah suka majalah dewasa,, wkwkwkw...

2025-03-22

0

Pembaca Novel

Pembaca Novel

Gue suka sikap lo Sam 👍👍

2025-03-22

0

Pembaca Novel

Pembaca Novel

sekarang udh ada mama baru 😆😆

2025-03-22

0

lihat semua
Episodes
1 Membawa Ellisa (REVISI)
2 Penasaran dengan Ellisa
3 menatap Ellisa
4 sosok Ellisa
5 Ellisa mengangguk
6 Ellisa pulang
7 menikahi Ellisa
8 Ellisa merasa
9 perasaan Ellisa
10 Ellisa terdiam
11 Bos Sam
12 Sam mendengus
13 sebenarnya Ellisa
14 membangunkan Ellisa
15 Ellisa mengurus Elmira
16 Ellisa tersentak
17 Ellisa dan Alana
18 Ellisa melangkah
19 Ellisa mendengus
20 Sam tersenyum
21 Ellisa menunduk
22 Sam tenggelam
23 Sam melirik
24 jerit Ellisa
25 Sam tidak pulang
26 Ellisa merengut
27 Ellisa terkejut
28 melihat Elmira
29 dari Alana
30 Alana berulah
31 membuat Sam merasa
32 Esa melangkah
33 Esa jatuh
34 Alana pulang
35 Alana tertawa
36 Ellisa menggigil
37 Ellisa menatap Sam
38 kepala Esa
39 Esa geram
40 Sam melangkah
41 Ellisa tiduran
42 respons Ellisa
43 menatap Sam
44 Esa mengepal erat
45 Sam benar
46 Esa lebih tegas
47 memikirkan Ellisa
48 pertanyaan Esa
49 Esa bersikeras
50 Ellisa menatap kedua pria itu
51 di hadapan Sam
52 mendengar Sam
53 Suara ceria Ellisa
54 Alana menyela
55 Alana kaget
56 Esa terkejut
57 Sam meraung
58 menghibur Ellisa
59 Esa meraih remot
60 sosok Sam
61 Alana tersenyum
62 Pak Kepala Sekolah
63 Sam di mana
64 menatap Delisa
65 Bagi Ellisa
66 Ellisa sungguh tulus
67 Indra tergeletak
68 Sam harus bertahan
69 Bukan Delisa
70 kata Dokter
71 Esa dan Delisa
72 akhirnya Sam
73 Esa melanjutkan,
74 Elmira senang
75 Nyonya Koki
76 Fokus Ellisa
77 Ellisa Mencoba
78 menatap Sam
79 Ellisa berbinar
80 Komitmen Sam
81 Sam tertarik
82 Genggaman tangan Sam
83 E SAMS Multimedia
84 Sam salah tingkah
85 Alexa dan Kawan-kawan
86 Ichi dan Ocha
87 sudut pandang Ellisa
88 Ellisa tertawa kecil, pahit.
89 Delisa mengancam
90 Dia hanya Sam
91 Danish dan Ellisa
92 Sam menurut
93 Sam menangis
94 Langkah Sam
95 menampar Sam
96 Gaya Busana Ellisa
97 Delisa Yandere
98 S E E
99 Mengangkat Elmira
100 Pernikahan Ellisa dan Sam
101 Bonus Spesial ^_^
Episodes

Updated 101 Episodes

1
Membawa Ellisa (REVISI)
2
Penasaran dengan Ellisa
3
menatap Ellisa
4
sosok Ellisa
5
Ellisa mengangguk
6
Ellisa pulang
7
menikahi Ellisa
8
Ellisa merasa
9
perasaan Ellisa
10
Ellisa terdiam
11
Bos Sam
12
Sam mendengus
13
sebenarnya Ellisa
14
membangunkan Ellisa
15
Ellisa mengurus Elmira
16
Ellisa tersentak
17
Ellisa dan Alana
18
Ellisa melangkah
19
Ellisa mendengus
20
Sam tersenyum
21
Ellisa menunduk
22
Sam tenggelam
23
Sam melirik
24
jerit Ellisa
25
Sam tidak pulang
26
Ellisa merengut
27
Ellisa terkejut
28
melihat Elmira
29
dari Alana
30
Alana berulah
31
membuat Sam merasa
32
Esa melangkah
33
Esa jatuh
34
Alana pulang
35
Alana tertawa
36
Ellisa menggigil
37
Ellisa menatap Sam
38
kepala Esa
39
Esa geram
40
Sam melangkah
41
Ellisa tiduran
42
respons Ellisa
43
menatap Sam
44
Esa mengepal erat
45
Sam benar
46
Esa lebih tegas
47
memikirkan Ellisa
48
pertanyaan Esa
49
Esa bersikeras
50
Ellisa menatap kedua pria itu
51
di hadapan Sam
52
mendengar Sam
53
Suara ceria Ellisa
54
Alana menyela
55
Alana kaget
56
Esa terkejut
57
Sam meraung
58
menghibur Ellisa
59
Esa meraih remot
60
sosok Sam
61
Alana tersenyum
62
Pak Kepala Sekolah
63
Sam di mana
64
menatap Delisa
65
Bagi Ellisa
66
Ellisa sungguh tulus
67
Indra tergeletak
68
Sam harus bertahan
69
Bukan Delisa
70
kata Dokter
71
Esa dan Delisa
72
akhirnya Sam
73
Esa melanjutkan,
74
Elmira senang
75
Nyonya Koki
76
Fokus Ellisa
77
Ellisa Mencoba
78
menatap Sam
79
Ellisa berbinar
80
Komitmen Sam
81
Sam tertarik
82
Genggaman tangan Sam
83
E SAMS Multimedia
84
Sam salah tingkah
85
Alexa dan Kawan-kawan
86
Ichi dan Ocha
87
sudut pandang Ellisa
88
Ellisa tertawa kecil, pahit.
89
Delisa mengancam
90
Dia hanya Sam
91
Danish dan Ellisa
92
Sam menurut
93
Sam menangis
94
Langkah Sam
95
menampar Sam
96
Gaya Busana Ellisa
97
Delisa Yandere
98
S E E
99
Mengangkat Elmira
100
Pernikahan Ellisa dan Sam
101
Bonus Spesial ^_^

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!