.
bab 2
.
"Bukan hanya kekuatan, tapi kamu memiliki semua yang kamu butuhkan." jawab pria itu.
"Aku tidak mengerti apa jalan pikiranmu saat ini. Dan itu menyebalkan! Aku harus menyelesaikan misi atau tragedi apalah itu namanya, tapi aku hanya memiliki sayap ku saja? Untuk apa! Aku tidak mau! Bisa-bisa aku mati konyol!" Vivi terbang merendah dan kembali ke berdiri di dasar kolam. Dia tidak ingin berlama-lama mengobrol yang tidak berfaedah dengan pria yang bahkan tidak di kenalnya dan juga tidak di ketahui asal mulanya.
Walaupun pria itu mungkin terlihat tampan, karena suaranya terdengar begitu maskulin, tapi bukan berarti dia juga pria yang baik. Setidaknya itu yang Vivi pikirkan saat ini.
"Kamu akan menyesal jika tidak melakukan apa yang aku katakan." jawab pria itu.
"Aku hanya menyesal satu kali, yaitu karena harus bertemu dengan pria aneh sepertimu!" Vivi tidak mau lagi berurusan dengan pria yang kini bahkan dengan beraninya mengancamnya begitu saja.
"Aku tidak takut padamu!" tambah Vivi seraya bersiap untuk keluar dari kolam renang dan ingin segera ke kamarnya, namun sayap besar yang ada di punggungnya itu tidak juga menghilang dari tubuhnya.
"Ini... Bagaimana cara menghilangkannya? Orang-orang akan pingsan saat melihat ku seperti ini!" tanya Vivi dengan ketus.
"Pikirkan sendiri!" jawab pria itu dengan acuh.
"Hei! kamu yang memunculkannya! Bukan aku! Bagaimana cara untuk menghilangkannya?!" teriak Vivi seraya kembali terbang mendekati pria yang masih melayang di posisinya sedari tadi.
"Patuh padaku! Maka aku akan memberikan segalanya untukmu!" tatapan matanya begitu tajam, tidak menyiratkan sama sekali jika dia sedang bercanda atau semacamnya.
"Lalu... Apa yang harus aku lakukan?" tanya Vivi merendahkan suaranya. Saat ini dia hanya memiliki satu pilihan dan itu patuh pada apa kata-katanya. Atau dia akan selamanya menjadi manusia aneh, yang tiba-tiba saja memiliki sepasang sayap di punggungnya. Bisa-bisanya seluruh dunia akan membicarakannya dan bahkan mungkin akan menjadikannya penghuni museum!
'Itu tidak akan aku biarkan terjadi! Sekarang ini lebih baik menurut saja padanya, jika ada kesempatan aku akan kabur darinya!' batin Vivi.
"Selesaikan apa yang akan aku perintahkan dan turuti semua yang aku katakan." jawab pria itu yang masih saja terdengar begitu dingin.
"Baiklah, lalu apa yang harus aku lakukan? Apa menghentikan tragedi seperti yang kamu katakan tadi?" tanya Vivi.
"Iya... Kamu hanya perlu bertindak seperti apa yang kamu pikirkan. Lakukan apa saja untuk melindungi dirimu sendiri. Karena apapun yang akan terjadi padamu, bukan tanggung jawab dariku." Jawab pria itu uang membuat Vivi merasa semakin jengkel padanya.
"Maksudnya adalah aku harus menyelesaikan misi itu dengan mempertaruhkan nyawaku sendiri? Sedangkan kamu tidak akan membantuku? Bahkan jika aku mati, maka kamu tidak akan peduli?" Tanya Vivi lagi dengan nada marahnya. Namun sepertinya itu sama sekali tidak merubah apapun yang ada di pikiran pria dingin itu.
"Iya. Memang seperti itu.Kamu harus menyelesaikan sebuah misi sendirian, menyelamatkan sebuah tragedi buruk yang akan terjadi. Kamu juga harus melindungi dirimu sendiri. Dan itu bukan tanggung jawab ku!" jawabnya masih saja begitu dingin.
"Kamu membicarakan sebuah nyawa manusia, tapi terkesan sangat tidak peduli. Aku heran orang-orang seperti apa kamu ini, yang bahkan tidak memiliki hati." Vivi tersenyum menyeringai pada pria yang tidak dia ketahui siapa namanya, dari mana asal usulnya dan seperti apa keluarganya, apa motif dan tujuannya. Vivi sama sekali tidak mengetahui semua hal itu.
"Itu adalah takdirmu."
Lagi-lagi Vivi hanya bisa tertawa kering mendengar apa yang di katakan pria itu.
"Takdir P*ntatmu!" desisnya.
"Kamu memilik satu kehidupan dan satu misi. Jika kamu tidak menjalankan misi itu, kamu juga akan mati." jelas pria itu.
"F*ck! Langsung ke intinya saja! Aku sangat malas untuk berbicara panjang lebar denganmu! Jadi bagaimana aku bisa menghilangkan sayap ini, dan apa saja yang harus aku lakukan?! Katakan saja sekarang! Tidak perlu basa-basi lagi! Tidak ada gunanya juga! Jika intinya aku hanya berjuang dengan nyawaku sendiri!" jawab Vivi dengan geram.
Pria itu menatap Vivi yang terlihat begitu membencinya, bahkan dia melemparkan tatapan permusuhan padanya. Namun pria itu masih saja begitu tenang.
"Lakukan apa yang aku katakan. Maka kamu akan bisa mendapatkan apa yang kamu inginkan. Jangan khawatir, ada banyak keuntungan yang kamu dapatkan, dan kekuatan yang mana kamu tidak akan merasa jika kamu berada di dunia lain, karena itu semua berisi perintah yang di sesuaikan dengan tempat asalmu. Kamu juga bisa menggunakan sayap mu kapanpun kamu mau, kamu hanya perlu membayangkan saja, maka itu akan keluar dan menghilang dengan sendirinya, saat sudah berada di tempat yang seharusnya." Jelas pria itu yang kini terbang di hadapannya Vivi
"Apa misinya? Lalu, kekuatan apa itu? Aku sebenarnya masih tidak mengerti. Tapi untuk apa aku melakukan itu semua? Apa ada keuntungan lainnya untuk ku, selain aku bisa menghilangkan sayap ini?"
"Mm... tentu ada keuntungannya. Aku juga akan menjelaskan semuanya."
Mendengar itu mata Vivi berbinar-binar, dia tidak lagi kesal seperti tadi, dia bahkan lupa jika itu menyangkut nyawanya sendiri.
"Apa keuntungannya? Jelaskan semuanya!" tanya Vivi dengan begitu bersemangat.
Tersungging sedikit senyuman di wajah pria itu, jika di lihat dari sudut matanya yang mengerut, itu biasa terlihat saat seseorang tersenyum.
"Misi khusus dimana harus menghentikan sebuah ketidakadilan. Kamu akan kembali kemari setelah menyelesaikan misi itu. Jika kamu tidak bisa menyelesaikannya, maka kamu akan mati di sana saat itu juga. Karena setiap keturunan murni Dewi kupu-kupu Silvyna memiliki satu tugas khusus yang harus di selesaikan seumur hidupnya, jika tidak dia akan mati dengan segera. Jadi, pergi atau tidak pergi sama saja kamu akan mati juga." Jelas pria itu.
"Apa kamu bercanda? Apa-apaan ini? Kenapa seperti ini? Di mana keuntungannya! Seperti menemukan buah silamakama saja!"
"Simalakama!" Ucap pria itu membenarkan.
"Bukan urusanmu! Yang jelas aku masih tidak percaya dengan ini. Apa kamu benar-benar serius?" Tanya Vivi tidak percaya dengan apa yang pria itu jelaskan padanya.
"Kamu boleh membuktikannya jika kamu mau." Jawab pria itu dengan begitu dingin.
Melihat kesungguhan di matanya, Vivi merasa jika dia tidak berbohong sama sekali.
"Baiklah, anggap saja aku percaya! Aku juga sudah melihat hal yang lebih tidak masuk akal, bagaimana aku bisa terbang seperti sekarang ini. Lalu, apa aku benar-benar akan memiliki kekuatan seperti peri?" Tanya Vivi.
"Kekuatan itu akan memenuhi setiap keinginanmu, tentang apapun benda yang kamu butuhkan. Mulai dari makanan, sampai senjata, bahkan barang elektronik. Jika memang kamu menginginkannya. Semuanya akan terpenuhi hanya dengan membayangkannya saja dan itu akan muncul begitu saja di hadapanmu. Mau mencobanya?" Pria itu mengulurkan tangannya ke hadapan Vivi.
Vivi masih tidak percaya pada apa yang dia dengar, terlebih itu adalah hal yang berhubungan dengan nyawanya sendiri yang begitu berharga. Namun jika tidak menurut padanya, itu juga sebuah kerugian baginya.
'****! Ini benar-benar seperti menemukan buah simakalama, atau simalakama, atau apapun itu!' gerutu Vivi dalam hatinya.
"Kamu tidak mau membuktikan ucapanku?" tanya pria itu membawa pikiran Vivi kembali ke realita.
"Baiklah! Apa yang harus aku lakukan! Katakan saja!" Vivi kembali memperlihatkan kekesalannya pada pria menyebalkan itu.
"Pikirkan apel." Perintah pria itu.
"Baiklah." Vivi terkejut saat tiba-tiba di tangan pria itu ada apel merah besar seperti apa yang dia pikirkan.
"Sekarang kamu percaya? Itu adalah bekal untukmu selama menyelesaikan misi ini. Jika kamu gagal, maka kematianmu adalah hadiah untukmu, tapi jika kamu berhasil, maka kamu akan mendapatkan satu harapan terbesarmu. Tapi dengan kemampuan yang kamu miliki, aku memiliki keyakinan, jika kamu akan bisa melakukan semuanya ini dengan sangat baik." Jelas pria itu.
"Aku mulai mengerti. Lalu, apa keuntungan untukku?" tanya Vivi memastikan jika ada hal yang setidaknya bisa dia dapatkan.
"Kamu memiliki satu kesempatan untuk mengajukan satu permintaan, apapun itu. Dan aku pasti akan mengabulkannya dengan segera. Bahkan jika itu sesuatu yang tidak mungkin..." jawab pria itu dengan kesungguhan di matanya.
Vivi terdiam mendengar apa yang pria itu katakan tentang keuntungan yang bisa dia dapatkan dari misi bodoh itu, dia memang memiliki satu keinginan yang mustahil untuk bisa di wujudkan.
"Aku menerimanya." jawab Vivi.
"Bawa aku kemana saja yang kamu katakan, tapi kamu harus benar-benar menepati janji mu untuk mengabulkan satu permintaanku." tambahnya.
Pria itu menganggukkan kepalanya pada apa yang Vivi katakan, "baik" jawabnya.
"Sekarang aku akan membawamu ke tempat di mana kamu seharusnya berada untuk saat ini..." Lanjut pria itu.
"Tunggu! Siapa namamu? Kamu juga apa... atau siapa?" Tanya Vivi.
"Sekarang belum saatnya kamu mengetahuinya. Kamu hanya perlu mengingat namaku. Kamu bisa memanggilku Auzora." Jawab pria yang mengaku bernama Auzora itu.
"Sekarang kita harus segera pergi." Tambahnya.
"Tunggu... Aku tidak bisa meninggalkan rumah begitu saja." Ucap Vivi.
"Waktu di sini dan di sana sangat berbeda. Satu jam disini berarti satu tahun di sana." Jawab Auzora
Walaupun masih belum begitu percaya, tapi pada akhirnya Vivi menganggukan kepalanya untuk ikut dengannya. Jika benar dia bisa mewujudkan apapun yang dia inginkan, bahkan jika permintaan itu termasuk dalam keinginan yang sangat tidak mungkin terjadi secara logika. Dia memiliki sesuatu yang ingin dia wujudkan selama ini.
'sepertinya dengan menyelesaikan misi ini, aku akan bisa bertemu dengan dia kembali. orang yang tiba-tiba saja menghilang dari hidupku' batin Vivi penuh harap.
"Baiklah, aku siap. Aku juga tidak ingin mati begitu saja. Walaupun aku pada akhirnya akan tetap mati, setidaknya aku melakukan sesuatu untuk itu sebelumnya." Jawab Vivi.
"Pejamkan matamu, saat kamu mendengar suara ku untuk membuka matamu, maka kamu harus segera melakukannya dan memulai misimu. Sampai saat aku menjemputmu, itu berarti misimu sudah selesai, sebelum itu terjadi, itu berarti kamu masih belum menyelesaikan semua misimu. Mengerti?" Auzora menatap wajah cantik Vivi yang segera menganggukan kepalanya padanya.
"Aku mengerti dan aku siap!" Jawab Vivi.
"Mari kita mulai. Pejamkan matamu sekarang."
Vivi memejamkan matanya dan bersiap untuk apapun yang akan terjadi padanya nantinya
Dia merasakan semilir angin dingin yang menerpa wajahnya, kemudian berganti dengan udara yang terasa begitu panas, sampai dia juga merasakan sesuatu yang menghantam dirinya begitu keras, namun dia berusaha untuk tetap memejamkan matanya seperti apa yang telah di instruksikan oleh Auzora, sampai nanti Auzora mengatakan padanya untuk membuka matanya.
"Kehidupan baru! Aku siap!" teriaknya dengan tetap memejamkan matanya.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 202 Episodes
Comments