Dino akhirnya sampai di tempat yang dibilang Aldy. Tapi saat ini Aldy belum terlihat di tempat yang ia bilang itu. Dino akan sabar menunggunya di pinggir jalan tempat sambil terus menghubungi nomornya. Tapi Aldy tidak mengangkat telpon darinya. Ada yang aneh di sini.
Lalu tidak lama kemudian, ada sebuah bobil Van hitam datang dan berhenti di depan Dino. Dino pun mendongak dari layar ponselnya, lalu menatap mobil yang tiba-tiba berhenti di depannya. Ia mulai mencurigai mobil itu.
TRINING!
Ada pesan masuk di lonselnta. Itu dari Aldy. [ Dino aku sudah ada di dekatmu. ]
Dino terkejut. Dia sudah ada di sini? Tapi ia tidak melihat Aldy di manapun. Kemudian Dino membalas pesan itu.
[ Di mana kamu? ]
TRINING!
Aldy membalasnya lagi. [ Di belakangmu. ]
Perasaan Dino jadi tidak enak. Secara perlahan ia menengok ke belakang. Ternyata di belakangnta sudah berdiri manusia bertubuh besar.
Dino terkejut karena yang muncul itu bukanlah orang yang ia harapkan. Tak lama, pintu mobil Van itu terbuka. Dino melihat di dalam mobil itu juga dipenuhi oleh orang-orang asing yang tidak ia kenal.
"Sial! Ini pasti jebakan!"
Selama masih ada kesempatan, Dino menendang kaki orang bertubuh besar di depannya, setelah itu ia langsung berlari menjauh dari para orang asing yang telah mengepungnya.
Namun tiba-tiba–
DOR!!
Salah satu dari mereka menembak kakinya. Karena kehilangan keseimbangannya dalam berlari, Dino langsung terjatuh saat ia berlari sampai tengah jalan pertigaan dekat rumah Aldy.
Dino berusaha untuk bangkit kembali walaupun kakiku sakit dan berdarah-darah. Tapi saat ia ingin berdiri kembali, tiba-tiba ada yang memukul kepalanya dengan keras dari belakang dengan benda tumpul. Dino kembali terjatuh di tempat.
Pandangannya langsung kabur. Tapi sebelum kesadarannya menghilang, Dino sempat melihat orang yang ada dibelakangnya tadi.
Ia tidak bisa melihat wajahnya, tapi ia bisa melihat kalau orang itu juga memakai seragam sekolah yang sama seperti dirinya.
"Apa dia temanku? Apa itu Aldy? Entahlah aku tidak tahu."
“Tidurlah sebentar saja, akan kuantar kau menemui temanmu….”
"Orang itu bicara padaku. Tapi suaranya terdengar samar. Siapa dia?"
Mereka membawa Dino masuk ke dalam mobil, lalu meninggalkan tas dan ponselnya di tengah jalan.
Sesaat setelah Dino dibawa pergi oleh para penjahat tadi, ada seseorang yang datang menemukan barang-barangnya. Ternyata itu Rinda!
“Huh, Dino… dasar ceroboh! Kenapa kau meninggalkan barang berhargamu di sini, sih?” gumam Rinda. Dia akan membawakan barang-barang Dino kembali ke rumahnya. Tapi sebelum itu, Rinda berpikir dulu sejenak.
“Tunggu! Kalau dipikir-pikir, Dino ke mana yah? Tidak mungkin dia meninggalkan barang-barangnya di sini. Apalagi Ponselnya ini yang paling berharga. Ini pasti ada sesuatu yang buruk terjadi padanya!”
Rinda masih memikirkannya. "Hmm... apa mungkin saja Dino sedang buang air di suatu tempat! Karena sudah tidak tahan, makanya dia main jatuhkan barangnya di sini. Tapi lagi... Dino buang air di mana, ya? Masa lama banget."
Rinda melirik ke sekitar untuk mencari Dino yang ia anggap sedang buang air di suatu tempat. Tapi saat melirik ke sampingnya itu ada bercak-bercak darah di jalan. Rinda pun terkejut.
“Darah!? Itu tidak mungkin punya Dino, kan? Tidak mungkin!”
"Rinda bodoh!" Ia memukul wajahnya sendiri. "Masa itu darah Dino! Tidak mungkin! Itu pasti noda merah selain darah haha...."
Rinda tidak ingin mengecek noda merah itu. Ia lebih memilih untuk pergi ke rumah Dino dan mencari temannya di sana. Rinda terbang pergi, tapi dia lupa membawa barang-barangnya Dino.
Tak lama setelah Rinda pergi, ada seorang perempuan lain juga yang menemukan barang Dino yang masih tergeletak di jalan pertigaan. Perempuan itu meletakkan barang-barang Dino di pinggir jalan. Lalu dia memeriksa ponselnya Dino.
Perempuan itu terkejut saat dia mengetahui kalau barang-barang itu adalah milik Dino. Lalu kemudian, ponsel itu ia taruh di dalam sakunya dan dia juga membawa tas Dino. Setelah itu ia berlari pergi menyusuri jalan lurus di depannya. Jalan masuk ke dalam hutan kota sepertinya.
Apa perempuan itu ingin mengambil barang Dino? Apa dia berniat untuk mencari Dino?
****
“Hey! Siapapun yang ada di depan sana, tolong keluarkan aku dari sini!!” teriak Aldy dari dalam ruangan kosong yang ada di dalam rumah kecil milik seseorang. Entah dirinya ada di mana sekarang.
Sudah seharian ini, Aldy dikurung dalam ruangan kosong yang gelap itu. Dia terus berteriak meminta pertolongan.
Lalu tak lama kemudian seseorang datang menghampirinya. Orang di depan sana menggedor-gedor pintu dengan kasar. “Kau bisa diam tidak!?” bentak orang itu pada Aldy.
“Tolong biarkan aku keluar dari sini!” teriak Aldy.
“Kau tidak boleh keluar dari sini sebelum Bos ku datang membawa temanmu itu!”
“Teman? Siapa dia?” gumamnya.
Lalu tak lama kemudian, beberapa suara tapak kaki pun muncul. Kemudian pintu ruangan itu akhirnya terbuka. Aldy langsung berlari berusaha untuk keluar dari sana, tapi salah satu orang yang ada di depan pintu langsung menarik kerah baju belakang Aldy dan kembali memasukannya ke dalam.
Aldy tidak bisa keluar dari sana dengan mudah. Lalu Ketua mereka yang tidak diketahui identitasnya karena selalu memakai topeng itu datang berhadapan dengan Aldy dan berkata, “Aku membawa temanmu.”
Ia menunjukkan si Dino yang masih setengah sadar pada Aldy. Lalu salah satu dari mereka mendorong Dino masuk ke dalam bersama dengan Aldy.
“Dino!” Aldy menghampiri Dino yang masih terbaring lemah di lantai.
“Akan kuberi kalian waktu berdua, sebelum kubunuh salah satu dari kalian.” Ucap Orang bertopeng itu dan langsung beranjak pergi meninggalkan Dino dan Aldy berdua yang masih berada di dalam ruangan yang gelap.
Lagi-lagi mereka mengunci pintunya dan mengurung mereka dalam ruangan. Sebelum pergi menjauh, para penjahat itu sempat mengobrol sebentar. Aldy mendengar pembicaraan mereka.
“Ketua! Ketua! Kenapa kau tidak langsung membunuh si pemilik Death Eye itu?” tanya salah satu dari anak buah si Orang Bertopeng.
Orang bertopeng pun tersenyum kecil. “Heh! Menurut pelacakku ini, pemilik Death Eye yang dekat dengan kita hanya sisah 2 orang saja. Salah satunya adalah anak itu, dan satu lagi masih belum kita tangkap. Aku ingin kedua orang itu dibunuh bersamaan saja. Haha…” Jelas ketua bertopeng.
“Sekarang ayo kita pergi mencari 1 pemilik Death Eye yang masih hidup itu!” Lanjutnya. Semuanya pergi mengikuti ketua mereka.
“Pemilik Death Eye? Apa ada 1 orang lagi yang punya mata itu selain Dino?” Pikir Aldy dalam hati.
Lalu Aldy kembali menghampiri Dino yang masih tergeletak tidak sadarkan diri di dekatnya.
“Dino! Bangun! Kenapa kau bisa jadi seperti ini? Bangun!” teriak Aldy sambil terus menggerakkan tubuh temannya. Tapi tetap saja belum ada jawaban dari Dino. Kalau begitu, Aldy akan bersabar menunggunya sadar kembali.
****
“Dino!” teriak Rinda dari depan rumah Dino. Tapi tidak ada jawaban apapun dari dalam rumah. Lalu dia masuk dengan cara menembus pintu rumah.
Rinda memeriksa seluruh ruangan yang ada di dalam rumah Dino, tapi tetap tidak ada siapapun di sana. Rinda jadi khawatir.
TING TONG
Tiba-tiba bel rumahnya berbunyi, Rinda merasa senang. Dia pikir yang ada di depan pintu itu pasti Dino yang sudah pulang. Lalu Rinda langsung pergi menghampiri pintu dan kembali keluar dari rumah untuk menemui orang yang ada di depan pintu itu.
Tapi saat Rinda sudah ada diluar, dia sangat terkejut karena yang datang bukan orang yang dia harapkan. Ternyata yang datang adalah Chelsea.
“Chelsea?”
Chelsea mengangguk. “Iya, ini aku. Umm… apa Dino ada di rumah? Aku ingin mengembalikan buku yang ku pinjam ini padanya. Sekarang di mana Dino?” tanya Chelsea.
Rinda menggeleng. “Dino tidak ada di rumahnya!”
“Apa maksudmu? Ke mana Dino?”
“Aku tidak tahu. Baru saja aku masuk ke rumahnya, tapi ternyata di dalam tidak ada siapapun. Dan… Oh iya, ada satu hal yang akan kuberitahu padamu!”
“Kenapa? Ada apa?” tanya Chelsea penasaran.
“Aku tadi menemukan tas dan ponsel Dino di tengah jalan di sana itu. Dan yang membuatku cemas adalah, aku menemukan beberapa bercak darah Dino di tempat itu juga."
Rinda menghentikan ucapannya lalu menggeleng cepat. "Ah tidak! Aku tidak tahu itu darah Dino atau bukan. Tapi intinya aku sangat khawatir dan perasaanku tidak enak tentangnya! Bagaimana ini, Sea!?”
Chelsea terkejut mendengar cerita dari Rinda. “Tenanglah Rinda! Aku akan pikirkan sesuatu dulu!” Kata Chelsea. Rinda pun langsung diam tapi tingkahnya masih sedikit gelisah.
“Dino belum pulang sampai sekarang? Dia ke mana? Oh iya! Hari ini dia juga tidak pulang bersamaku. Haduh, ini bencana! Apa jangan-jangan telah terjadi sesuatu yang buruk padanya? Aku harus segera mencarinya!” Pikir Chelsea.
“Rinda!” seru Chelsea mengagetkan Rinda.
“Apa!?”
“Kita harus cepat pergi mencari Dino! Dia dalam bahaya!” tegas Chelsea.
Rinda mengangguk. Lalu mereka berdua meninggalkan rumah Dino dan akan pergi menuju ke tempat kejadian yang dibilang Rinda.
*
*
*
To be continued-
Ig: @pipit_otosaka8
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments