Pukul 22:58 Malam….
Saat ditengah jalan, Aldy berjalan pelan menuju rumahnya. Jalanan semakin gelap, dia mulai takut, jadi Aldy melajukan langkahnya dengan cepat.
Tapi tiba-tiba, saat Aldy sampai di pertigaan dekat rumahnya, dia mendengar suara gaduh dari arah jalan di sebelah kirinya. Karena penasaran, Aldy pergi ke arah jalan itu. Padahal jalan menuju rumahnya berada di jalan yang sebaliknya.
Semakin jauh Aldy melangkah, semakin keras suara itu terdengar. Lalu suara tersebut membawanya sampai di suatu gang kosong di pinggir jalan. Aldy mencoba untuk masuk kesana dengan hati-hati.
Lalu sampai akhirnya dia menemukan asal suara yang ia cari. Ternyata di sana sedang terjadi pembunuhan. Aldy mengintip dibalik tembok besar di depan gang gelap yang baru ia lewati tadi. Ia merasa merinding karena melihat kejadian mengerikan yang ada di depan matanya.
Di sana Aldy melihat ada 5 orang dewasa yang sedang menusuk-nusuk seorang wanita muda. Wanita itu berusaha berteriak minta tolong, tapi usahanya sia-sia.
Begitu salah satu dari 5 orang pembunuh itu menusuk kepala si wanita, dengan sekatika wanita itu langsung tidak sadarkan diri. Setelah itu, orang bertubuh besar yang ada di sana langsung menusuk mata kirinya si wanita, dan seketkika wanita itu langsung mati ditempat. Kematian wanita itu sangat mengerikan. Aldy seharusnya tidak melihat kejadian ini, dia semakin takut saja.
Setelah menghabisi nyawa wanita malang, salah satu dari 5 orang itu melirik ke belakang. Aldy sangat terkejut, dan langsung kembali bersembunyi dibalik tembok. Sambil mengumpat di tembok itu, Aldy berpikir kalau kejadian ini harus segera dilaporkan.
“Aku harus lapor polisi tentang kejadian ini.” Gumamnya.
Lalu dia mengeluarkan ponsel dari saku celananya, dan secara diam-diam dia memotret kelima pelaku pembunuhan itu. Setelah Aldy berhasil mendapatkan fotonya, dia langsung berbalik badan ingin secepatnya keluar dari gang gelap.
Tapi saat dia sedang berlari di dalam gang yang gelap itu, tiba-tiba Aldy menabrak seseorang di depannya. “Aduh!” Aldy langsung terjatuh ke tanah dan ponsel yang dia pegang tadi terlepas dari genggamannya.
“Kau tersesat anak kecil?”
Aldy menyentakan matanya dan langsung mendongak ke arah orang yang dia tabrak tadi. Dia orang yang tinggi dan dia juga membawa sebuah tongkat kayu di tangannya yang dipenuhi dengan noda darah. Tapi sayang karena di sana gelap, jadi Aldy tidak bisa melihat wajah orang itu dengan jelas.
Karena ketakutan, Aldy kembali berdiri. Ia mengambil ponselnya dan langsung lari melewati orang berbahaya di hadapannya. Selagi ada celah, ia menggunakan kesempatan itu untuk menyelamatkan dirinya. Tapi ternyata bukanlah sebuah keberuntungan untuk Aldy. Orang itu menyandung kaki Aldy hingga ia terjatuh. Dia tidak membiarkan Aldy lari.
“Apa yang kau lakukan!?” bentak Aldy pada orang asing di depannya itu.
“Kau sudah melihat terlalu banyak, jadi aku tidak akan membiarkanmu pergi dari sini dengan mudah.” Lalu orang itu mengayunkan tongkat kayunya ke atas berniat untuk memukul Aldy.
“Tidak! JANGAAAAN!!” teriak Aldy.
BUAK!!
****
“ALDY!!” Dino berteriak. Tiba-tiba ia terbangun dan mengejutkan Chelsea dan Rinda yang ada di dekatnya.
“Ada apa, Dino?” tanya Chelsea.
“Hah… hah….” Nafasnya masih terengah-engah. “Aldy! Mana Aldy!?” tanya Dino panik pada Chelsea dan Rinda.
“Dia sudah pulang.” Jawab Rinda singkat.
“Ada apa, Dino?” tanya Chelsea lembut.
“Aldy di mana!?” Dino bertanya balik dengan nada tegas.
“Dia sudah pulang. Dia sudah berada di rumahnya! Kayaknya. Hmm... memangnya ada masalah apa, Dino?”
Dino masih merasa gelisah dengan keadaan Aldy saat ini. Lalu ia menundukkan kepala dan diam sejenak. Chelsea dan Rinda kebingungan melihat tingkahnya. Lalu Dino mulai berbicara. “Aldy! Dia… dalam bahaya.”
Chelsea mengerutkan keningnya. “Apa yang kau bicarakan!? Itu tidak mungkin!”
“Perasaanku tidak enak dengannya! Pokoknya aku harus menemuinya sekarang!” Dino membentak. Kemudian ia langsung beranjak dari tempat tidurnya. Tapi tiba-tiba saja, kepalanya terasa sakit sekali. “Aduh! Aw, kepalaku!” keluhnya merintih kesakitan sambil menyentuh kepalanya.
“Dino, Dino… kau jangan banyak bergerak dulu!” tegas Chelsea. Ia membantu mengembalikan posisi Dino ke atas tempat tidurnya.
“Kau beristirahatlah dulu! Temanmu pasti baik-baik saja, dia sudah berada di Rumah sekarang. Jadi tenanglah!” kata Chelsea lirih.
Chelsea membaringkan tubuhnya seperti semula. Dino memejamkan mata untuk meredam rasa sakit di kepalanya. Lalu setelah itu, ia kembali membuka mata dan bertanya, “Apa benar Aldy baik-baik saja, Sea?”
Chelsea mengangguk. “Iya!” Sambil mengelus kepala Dino.
Dino hanya mengangguk. Ia merasa nyaman sekarang.
“Yah, baguslah kalau Aldy baik-baik saja, tapi kenapa tadi mendadak perasaanku jadi khawatir dengan keadaan Aldy, yah?” batinnya masih merasa cemas ternyata.
****
Pukul 23:36 malam–
Tadinya Chelsea juga ingin pulang ke rumahnya, tapi Dino melarangnya karena sudah hampir tengah malam, tidak baik anak perempuan muda sepertinya keluar jam segitu.
Dino tidak ingin Chelsea pulang sendirian saat ini. Ia ingin Chelsea menginap di rumahnya saja untuk malam ini. Chelsea pikir-pikir dulu, dan akhirnya Chelsea mau menginap di rumah Dino untuk satu hari saja.
Dino senang sekali. Karena Chelsea ingin menginap di rumahnya, jadi ia siapkan kamar kosong untuknya. Chelsea merasa nyaman dengan kamar yang Dino siapkan untuknya itu. Tapi sebelum ia kembali ke kamarnya, Dino ingin berbicara saru hal pada Chelsea dulu.
“Oh iya, Sea! Tadi kau bilang di telpon kalau kau ingin membicarakan sesuatu denganku. Langusng sekarang saja.”
Chelsea berpikir sejenak. Dia mengurunkan niatnya untuk bicara dengan Dino. “Hmm… tidak jadi, deh! Hehe… aku lupa apa yang ingin kubicarakan padamu.”
“Oh, baiklah. Selamat malam!” ucap Dino sambil berjalan keluar dari kamar Chelsea.
“Malam!”
Mereka sudah berada di kamar masing-masing dalam rumah Dino. Dan seperti biasa, Rinda akan keluar pada malam hari untuk mencari kakinya....
****
Keesokan harinya–
PIIP… PIP… PIP….
Pukul 06:00, alarm Dino berbunyi. Waktu cepat sekali berlalu. Tiba-tiba sudah pagi saja. Tapi karena masih terlalu mengantuk, Dino perlahan meraih alarm yang ada di atas meja di samping tempat tidurnya itu, lalu mematikan alarmnya dan kembali tidur. Sampai akhirnya, Chelsea datang ke kamar Dino dan mengejutkannya.
“Bangun tukang tidur! Ini sudah pagi! Waktunya berangkat ke Sekolah! AYOO…. BANGUUUN!!” teriak Chelsea setelah ia masuk ke kamar Dino.
“Eh? Uwaaaaaa!” Dino yang terkejut langsung terjatuh dari tempat tidurnya. “Haduuh… Bisa tidak sih, kalau bangunin tuh jangan teriak-teriak!?”
“Alarm saja kau abaikan, jadi percuma kalau aku membangunkanmu dengan lembut. Nanti jadi keenakkan!”
Chelsea melirik ke arah jam alarm Dino. “Hmm… sudah jam 6 pagi. Kalau begitu, aku pulang dulu, yah! Sampai ketemu lagi di Kelas nanti, daah… makasih untuk semuanya!”
Chelsea pergi keluar kamar Dino dan pergi dari rumah Dino meninggalkannya sendirian di rumah besarnya. Sementara Dino sendiri masih terduduk di atas tempat tidurnya. Ia bahkan belum mengganti seprai kasur yang sudah terkena noda darahnya. Ia berniat akan mencucinya setelah pulang sekolah nanti.
“Huuh….” Dino mengeluh tak lama Chelsea pergi. Lalu ia berdiri dari tempatnya dan langsung membuka tirai jendela. Ternyata di depan, langit masih berwarna jingga dan di ufuk timur sana, matahari pun muncul. Semoga hari ini cuacanya bagus.
“Hari baru lagi.”
Lalu Dino pergi ke kamar mandi untuk bersih-bersih, lalu bersiap-siap untuk sekolah. Tapi saat Dino sedang di kamar mandi, ponsel yang ada di kamarnya tiba-tiba saja berdering.
Karena Dino sedang berada jauh dari kamar, jadi ia tidak mendengar suara ponselnya berdering.
*
*
*
To be continued–
Ig: @pipit_otosaka8
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments