Di Ruang kepala sekolah….
Bu Nirmala adalah kepala sekolah di sekolah. Dino pernah bertemu dengannya saat mendaftar di sekolah ini sebagai murid baru. Saat ini beliau sedang berbicara serius dengan Devan mengenai kejadian yang menimpa Dino tadi. Dan ada satu anak lain dari kelas, dia sebagai saksi matanya.
“Devan, apa yang kamu lakukan pada adik kelasmu tadi?” tanya Bu Nirmala.
Devan yang sedang duduk berhadapan dengannya pun mulai merasa kebingungan sendiri. Dia ingin mencari alasan lain untuk mempercayai Bu Nirmala agar kejadian itu tidak menjadi tanggung jawabnya.
Devan menggaruk kepalanya.
”Umm… aku tidak melakukan apapun pada anak itu. Dia sendiri yang tiba-tiba terjatuh begitu saja.” Jawabnya.
“Lah? Terjatuh begitu saja tanpa sebab? Itu tidak masuk akal. Jujur dengan Ibu! Apa yang sudah kamu lakukan padanya? Kamu tidak bisa berbohong pada Ibu, Devan. Ada banyak saksinya di sini!” tegas Bu Nirmala.
Devan tidak bisa berbuat apa-apa lagi, dia hanya terdiam sambil mencari alasan lain.
“Oke. Kalau kamu tidak mau menjawabnya, Ibu akan minta penjelasan dari saksinya saja!” tegasnya lagi. Lalu Bu Nirmala menghadap ke arah si saksinya itu.
“Ini kesempatanku, hehe…” Devan bergumam.
Devan mengubah posisi duduknya sedikit bergeser ke kanan, sedikit menjauh dari saksi itu. Dengan kepala menunduk kebawah, Devan diam-diam menatap mata anak yang sebagai Saksi itu. Mata Devan kembali berubah menjadi merah. Apa yang akan dia lakukan sekarang?
“Jadi, apa yang kamu lihat pada saat kejadian tadi?” tanya Bu Nirmala pada anak itu.
Anak itu terdiam sejenak, lalu tiba-tiba tubuhnya bergetar dan matanya berubah menjadi gelap. Bu Nirmala tidak memperhatikan keadaan anak itu. Padahal Devan sudah mengambil alih pikiran anak itu dan ucapannya bisa berasal dari pikiran Devan sendiri. Lalu anak itu mulai mengeluarkan kata-katanya.
“Kak Devan tidak bersalah, Bu! Yang aku lihat tadi, Kak Devan hanya diam saja. Dia tidak melakukan sesuatu yang buruk pada anak yang bernama Dino itu. Dino terjatuh dengan sendirinya!” jelas anak itu dengan nada datar.
Devan mengangkat kepalanya dan berkata, ”Yah. Itu benar! Aku tidak bersalah. Dan saat sebelum Dino terjatuh, dia sempat mengatakan kalau kepalanya sakit dan tiba-tiba saja dia langsung jatuh. Siapa tau saja dari awal itu Dino sedang sakit, Bu. Saya juga khawatir. Benar, kan?” Padahal dia berbohong. Tapi Bu Nirmala percaya begitu saja dengan kata-kata Devan.
“Hmm… baiklah kalau begitu." Bu Nirmala mengangguk. "Jadi tidak ada kekerasan dalam kejadian ini. Baik, Ibu minta maaf karena sudah kasar padamu, Van. Dan kalian oleh kembali ke kelas masing-masing!”
Devan mengembalikan bentuk matanya seperti semula dan kesadaran anak itu kembali lagi. Anak itu tidak tahu apa yang sudah terjadi pada dirinya tadi. Dia langsung tidak ingat dengan kejadian sebelumnya.
Devan tersenyum lalu meninggalkan ruangan kepala sekolah bersama dengan Anak itu. Anak tadi kembali ke kelas, sementara Devan masih berdiri di depan pintu ruang kepala sekolah. Dia bersandar di tembok. Lalu melirik ke arah kirinya dan terkejut. Karena tiba-tiba saja ada adiknya yang berdiri di sampingnya.
“Lina!?”
Liena mengerutkan keningnya dan langsung menarik tangan kakaknya. ”Kak, kita harus bicara!” lalu membawanya ke suatu tempat.
****
Pada pukul 11:12 siang, kesadaran Dino akhirnya kembali. Aldy dan Chelsea sangat senang melihat Dino membuka mata. Mereka ternyata masih setia menunggunya bangun kembali.
“Oh, Dino. Akhirnya!” Kejut Aldy. Lalu dia memeluknya. Dino sangat terkejut. Lalu ia meraba kepalanya. “Dahiku terasa dingin. Ini kenapa?”
“Oh. Itu karena Aku tadi barusan habis mengompresmu dengan beberapa es batu ini. Kepalamu tadi terasa panas, aku takut kau demam nanti.” Jawab Chelsea.
Pipi Dino memerah karena malu. Lalu ia mengangguk pelan. ”Owh, begitu. Umm… terima kasih!”
Chelsea tertawa kecil dan tersenyum kepada Dino.
****
Sekarang Dink sudah keluar dari UKS karena keadaannya sudah membaik. Jadi Dink, Chelsea dan Aldy akan kembali ke kelas, padahal sebentar lagi bel pulang sekolah berbunyi. Ia tertinggal banyak pelajaran di kelas tadi.
“Dino, sebenarnya apa yang sudah terjadi padamu tadi?” tanya Chelsea tiba-tiba.
Dino bingung. “Tadi memangnya aku kenapa?”
Aldy tertawa kecil dan menepuk-nepuk pundaknya Dino. “Apa kau tidak tahu, alasan kenapa kau tadi dibawa ke UKS?”
Dino menggeleng. ”Tidak. Memangnya kenapa? Apa aku sakit?”
Chelsea dan Aldy saling menatap bingung, lalu kembali menghap ke arah Dino. “Dino? Apa kau lupa dengan kejadian yang sudah menimpamu tadi?” tanya Chelsea.
Mereka menghentikan langkah sejenak. Dino hanya bisa menggeleng. “Aku tidak tahu tentang kejadian yang kalian maksud.”
“Hmm… wajar saja kau tidak ingat. Karena dia baru tersadar dari pingsannya!” ujar Aldy.
Mereka berdua mengangguk. ”Hmm… hmm…” Lalu setelah itu, mereka semua berjalan menuju ke kelas.
****
Sementara di tempat lain, Liena dan kakaknya berjalan menuruni tangga. Mereka habis dari atap sekolah.
“Ingat yah, Kak! Jangan lakukan hal itu lagi.” Kata Liena. Devan pun mengeluh kesal.
“Huh! Iya… iya!”
Setelah mereka berdua menuruni tangga, mereka melihat Dino, Chelsea dan Aldy sedang berjalan bersama. Mereka sempat lewat dihadapan kedua adik kakak itu.
Sambil berjalan, Dino dan Chelsea melirik ke arah Liena dan Devan. Dino melihat Devan yang menatapnya dengan sinis. Chelsea juga melihat Liena menatapnya seperti itu.
Tatapan mereka membuat Dino merinding. Tapi mereka tetap jalan saja melewati tangga yang baru digunakan Liena dan kakaknya.
“Masih saja kau mendekati pasanganku. Tidak akan kubiarkan!” ujar Liena dalam Hati.
“Tidak lama lagi, kau akan kulenyapkan, Dino!” ujar Devan dalam hati. Lalu mereka berdua pergi kembali ke kelasnya masing-masing.
****
Krriiiiiiiiiiing…. Krriiiiiiiiing… Krriiing….
Baru saja Dino duduk di tempatnya, tiba-tiba saja bel sekolah sudah berbunyi. Semua anak memberi salam pada guru yang ada di depan, lalu segera pergi keluar kelas untuk kembali ke rumahnya masing-masing. Aldy dijemput Kakaknya. Jadi Dino akan pulang bersama dengan Chelsea saja. Seperti biasa.
*
*
*
To be Continued–
IG: @pipit_otosaka8
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments