Dino membuka garasinya dan langsung menjalankan mobilnya ke depan. Di depan ada Ryo yang sedang menunggu.
“Ayo naik kak! Kita pergi mencari Aldy.” Ajak Dino. Lalu Ryo menaiki mobilnya Dino dan duduk di sampingnya.
“Apa kamu bisa mengendarai mobil ini?” tanya Ryo.
“Iya. Aku sudah terbiasa, tenang saja,” jawab Dino. “Ayo kita berangkat.” Dino menginjak pedal gas dan mobil langsung melaju cepat ke jalan.
“Langsung saja menuju ke Sekolah!” Bisik si hantu pada Dino. Dino pun menuruti perkataanya. Ia mengemudikan mobilnta langsung menuju ke sekolah.
****
Tak lama kemudian, akhirnya sampai. Mereka bertiga turun dari mobil. Untung saja Ryo tidak bisa melihat si hantu.
“Kenapa kita ke sekolahan?” tanya Ryo bingung.
“Aku mengikuti kata Instingku saja. Coba kita cari dulu. Ayo, dimulai langsung dari belakang sekolah ini saja! Siapa tahu saja, Aldy ada di dekat sekolah ini. Ayo kita cari!”
Mereka menuju ke belakang sekolah untuk mencari Aldy. Saat sampai di sana, mereka ternyata tidak melihat tanda-tanda dari Aldy. Ryo terus berteriak memanggil nama adiknya.
Ah! Kebetulan ada si hantu berdiri di depan Dino. “Hey! Katamu temanku ada di belakang sekolah. Tapi di mana dia?!” bisik Dino pada hantu itu.
“Dia tidak jauh dari sini. Terus saja mencari. Kamu harus cepat cari temanmu sampai ketemu, karena dia sedang dalam bahaya!” ucap si hantu lebih tegas.
“Bahaya?!!” Tanpa sadar, Dino tiba-tiba saja teriak karena terkejut. "Ups!"
Ryo juga jadi ikut terkejut mendengar suara Dino yang tiba-tiba saja berteriak. Lalu dia kembali kembali menghampiri Dino.
“Apa yang terjadi, Dino?!” tanya Ryo.
“Eh! Tidak apa-apa kok, hehe… Ah! Ayo cepat, kita harus menemukan Aldy! Perasaanku tidak enak!”
Dino menarik tangan Ryo. Lalu mereka kembali mencari Aldy lagi. Mereka mencari dengan cara berpencar. Ryo sendiri akan mencari di sepanjang jalan ini, sedangkan Dino bersama si hantu akan memeriksa setiap gang yang ada di sini.
Waktu sudah menunjukkan pukul 21:15, dan masih saja belum bisa menemukan keberadaan Aldy.
Semua gang di sini sudah Dino periksa dan mereka belum juga menemukan Aldy. Lalu Dino dan si hantu akan kembali ke tempat tadi mereka berkumpul. Yaitu di depan mob Dino.
“Di mana!? Katamu Aldy ada di sekitar sini. Tapi di mana!? Dia tidak ada!! Apa kau ingin membohongiku!?” Dino membentak kesal pada si hantu.
“Tidak! Aku yakin temanmu pasti ada di sekitar sini kok.” Hantu itu menyangkal.
“Tapi di mana!? Sudah semua ku periksa tempat ini, tapi masih belum ketemu juga!” Entah kenapa Dino tidak bisa menahan emosi saat ini. Hantu itu benar-benar menyebalkan.
“Kita tunggu saja kakak yang tadi itu. Siapa tau saja dia yang menemukannya.”
Dino berusaha untuk sabar menunggu Ryo kembali. Semoga dia dapat menemukan Aldy.
Mereka berdua menunggu dengan sabar di mobil. Hanya berdiam diri saja rasanya membosankan. Lalu Dino mencoba kesempatan ini untuk berbicara dengan hantu itu.
“Hey.” Dino menegur si hantu.
“Ya?”
“Umm… kau ini Hantu atau apa?” tanya Dino gugup padanya.
“Aku tidak tahu. Intinya aku ini hanya manusia biasa yang mati karena pembunuhan.” Jawab Hantu itu.
“Pembunuhan?”
“Iya. Sewaktu aku masih hidup, aku dibunuh oleh seseorang yang tidak ku kenal saat pulang sekolah.”
Dino hanya diam dan tidak menjawab perkataannya itu. Kemudian ia bergumam dalam hati, "Jadi dia meninggal karena dibunuh? Kasian sekali."
“Kau sekolah di mana dulu?” Dino bertanya lagi.
“SMA Harapan II. Aku sudah kelas dua waktu itu.” Jawabnya. ‘Harapan II’ itu nama sekolah baru Dino yang sekarang. Jadi dia sekolah di sana.
“Kamu pasti masih kelas satu SMA, kan? Kau berada di kelas mana?” hantu itu bertanya lagi.
“Kelas A-4”
“Ohh… itu juga kelasku." Hantu itu menepuk tangannya dengan gembira. "Apa kau melihat ada kursi kosong di belakang kanan kelas? Itu dulunya kursiku, hehe….”
Oh, jadi kursi rusak yang paling belakang itu punya dia. Dino tahu sekarang. Pantas saja rusak, sudah lama tidak dipakai sih…
jadinya terbengkalai.
“Hmm… siapa namamu?”
“Rinda. Rinda Misyabella. Salam kenal.” Jawabnya.
“Ooh… namamu bagus juga. Kalau aku.…”
“Kalau kamu pasti Dino Dirmansyah, kan? Aku tahu doong.” Dia menyela perkataan Dino. Ia tersentak kaget, darimana dia bisa tau namanya Dino?!
“Hey, kok kamu bisa tau namaku dari mana?” tanya Dino bingung.
“Kan kamu sendiri yang memberitahukan padaku.” Jawabannya semakin membuat Dino bingung.
Lalu ia kembali bertanya, “Benarkah? Tapi di mana? Apa kita pernah bertemu sebelumnya?”
Rinda berekspresi wajah lucu, dia menahan tawa. “Haha… karena saat kamu memperkenalkan diri di depan kelas tadi pagi, aku kebetulan sedang berada di belakang tempat dudukmu. Jadi aku tahu namamu saat kamu sedang memperkenalkan diri di depan. Ekspresimu saat di depan sana lucu sekali, hehe…” Dia tertawa sambil menundukkan kepalanya. Entah apa yang membuat hantu aneh itu tertawa, padahal tidak ada yang lucu!
“Dasar!” Dino bergumam kesal di dalam hati.
Setelah itu mereka berdua hanya berdiam-diam saja. Rasanya membosankan. Padahal ada banyak hal yang ingin Dino bicarakan pada Rinda, tapi kenapa sekarang rasanya malas sekali ingin membicarakan hal tersebut.
“UWAAAAAAA!!”
Tak lama terdiam, tiba-tiba terdengar suara Ryo berteriak keras. Sontak Dino dan Rinda sangat terkejut, lalu mereka berdua langsung bergegas menuju ke tempat suara itu berasal. Perasaan Dino jadi tidak enak. Pasti telah terjadi sesuatu yang buruk pada Ryo.
"Aku harus cepat!"
****
Setelah berputar-putar keliling sekolah, akhirnya mereka menemukan Ryo. Dia terlihat baik-baik saja. Jadi apa yang telah membuatnya berteriak?
“Kak Ryo, ada apa?” tanya Dino cepat.
Ryo hanya diam saja sambil duduk di tanah menatap ke bawah. Dia sedang memeluk seseorang. Saat Dino melirik, ia akhirnya tahu. Ternyata orang itu adalah Aldy!
Ryo berhasil menemukan adiknya. Tapi saat ini Aldy dalam keadaan tidak sadarkan diri dan di bagian perutnya ditemukan luka tembak!
Siapa yang sudah menyerangnya!?
Darah terus keluar dari lukanya. Lalu sebelum semuanya terlambat, Dino dan Ryo membawa Aldy ke mobil. Lalu setelah itu, Dino secepatnya mengemudikan mobilnya untuk segera pergi ke rumah sakit dan menolong Aldy.
****
Sesampainya di sana, Ryo langsung turun dari mobilnya sambil menggendong adiknya yang terluka parah dan segera berlari ke dalam rumah sakit itu.
“Tolong! Tolonglah, cepat!!” teriak Ryo sambil berlari mencari dokter atau perawat lainnya yang akan menolong adiknya itu. Sementara Dino dan Rinda hanya bisa mengikuti Ryo yang sedang panik dari belakangnya.
Lalu tidak lama kemudian, beberapa perawat dan dokter datang. Mereka secepatnya membantu Aldy dan Ryo di sana. Mereka akan menyelamatkan nyawa Aldy secepatnya. Aldy sekarang sedang berada di dalam ruang UGD untuk pemeriksaan dan pengobatannya.
Sambil menunggu hasil pemeriksaan dari Dokter di dalam sana, Dino, Ryo dan Rinda hanya bisa menunggu di depan pintu ruangan. Ryo terlihat sangat gelisah. Dino juga merasa khawatir dengan keadaan Aldy saat ini.
"Semoga dia selamat."
****
Lalu setelah menunggu lama, akhirnya Dokter itu keluar juga. Ryo langsung menghampiri dokter itu dan berdiri menghadapnya.
“Bagaimana keadaan adik saya, Dok!? Cepat katakan!” tegas Kak Ryo.
“Dia kehilangan banyak darah. Saat ini keadaannya sangat mengkhawatirkan. Dia membutuhkan transfusi darah secepatnya, kalau tidak maka nyawanya tidak bisa diselamatkan!" jelas sang dokter. "Apakah ada yang ingin mendonorkan darah padanya?”
“Ambil saja darahku! Aku rela melakukan apapun agar adikku selamat!” tegas Ryo.
"Apakah darah anda cocok dengan Aldy?" tanya Dokter itu ragu.
"Semoga saja! Kumohon!"
“Baiklah kalau begitu. Ayo cepat ikut saya! Kita harus cepat.”
“Baik!” Ryo langsung mengikuti Dokter itu untuk ke ruangan lain. Kalau begitu Dino juga mau ikut. Tapi tiba-tiba Ryo memberhentikan langkahnya Dino untuk mengikutinya.
“Dino, ini sudah larut malam. Sebaiknya kamu cepat pulang ke rumahmu saja, yah! Biarkan aku sendiri menunggu Aldy di sini, oke. Kamu besok harus sekolah. Ayolah pulang saja! Aldy pasti akan baik-baik saja kok, aku akan menjaganya. Dan, terima kasih untuk bantuanmu.” Ucap Ryo lirih dengan senyumannya untuk Dino.
“Oh, oke!” Hanya itu yang bisa Dino katakan pada Ryo sebelum dia pergi meninggalkannya. Dino akan pulang ke rumahnya sendiri.
****
Saat di tempat parkiran, Dino mengambil mobilnya yang terparkir di sana. Dino menaiki mobil dan langsung pergi bersama Rinda menjauh dari rumah dakit itu.
Tanpa sadar Dino telah berkendara cukup jauh, waktu sudah menunjukkan pukul 23:32. Ini sudah melebihi waktu tidurnya yang biasa. Ia juga sudah mulai mengantuk sekarang.
"Ah, aku harus cepat sampai di rumah!"
****
Akhirnya sampai juga. Dino memasukkan mobilnya kembali ke dalam garasi. Lalu setelah itu, ia langsung pergi ke kamar untuk tidur. Sebelum ia tidur, Dino baru sadar kalau ada hantu Rinda yang ada di dekatnya.
“Rinda, kamu tidak pulang ke asalmu?” tanya Dino padanya. Rinda duduk di pinggir tempat tidurnya dan menggeleng.
“Tidak. Aku harus mencari kakiku yang hilang!”
“Kakimu? Ada apa dengan kakimu?” tanya Dino lagi.
“Kakiku menghilang entah ke mana sejak aku dibunuh. Jadi aku harus menemukan kakiku, lalu meletakkannya di samping mayatku yang sudah di kubur. Baru aku akan pulang ke alam terakhirku.” Jelasnya.
"Hmm…" Dino mengerti sekarang. Menurut pemikirannya, Rinda pasti dibunuh oleh orang misterius, lalu tubuhnya dimutilasi untuk mengilangkan jejak. Potongan tubuh itu kemudian disembunyikan entah di mana oleh si pembunuh, tapi tanpa disengaja mungkin bagian potongan kakinya itu terjatuh dan menghilang.
Jadi saat semua anggota tubuh Rinda yang terpotong itu sudah ditemukan oleh Polisi, mereka tidak menemukan potongan kakinya yang tanpa sadar menghilang begitu saja. Apakah karena itu dia ingin meminta bantuan Dino?
“Rinda? Apa kamu mau aku bantu mencari kakimu itu?” tanya Dino. Rinda sangat terkejut sekaligus sangat senang. Dia tersenyum lebar sambil menatap serius pada Dino.
“Benarkah? Apa kau sungguh ingin membantuku?”
“Iya.” Jawab Dino singkat dengan senyum tulus di wajahnya.
Rinda juga tersenyum, lalu dia melayang terbang di langit-langit kamar Dino dengan senangnya. Rasanya sangat aneh jika Dino membantu hantu ini. Tapi ia juga merasa kasihan padanya, apa boleh buat?
Sekarang Dino ingin tidur. Lalu ia menyuruh Rinda keluar dari rumahnya. Rinda pun menerimanya dengan senang hati. Dia akan keluar menembus kaca jendela kamar Dino. Tapi sebelum dia pergi, Rinda mengucapkan kata “Terima kasih” pada Dino, lalu dia langsung pergi.
Dino hanya bisa tersenyum melihatnya pergi. Lalu karena sudah merasa aman dan nyaman di rumahnya sendiri, ia pun tertidur di atas kasurnya yang lembut tanpa merasa ada gangguan.
*
*
*
To be continued–
IG: @pipit_otosaka8
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments